Francesco Totti, Ryan Giggs, dan Paolo Maldini sudah pensiun. Lionel Messi adalah legenda hidup produk akademi Barcelona, tapi dia dari rumahnya di belahan dunia lain di Argentina. Jadi, tinggal Thomas Muller seorang, anak lokal sekaligus one club man di level tertinggi sepak bola dunia.
Thomas Muller adalah orang asli Bavaria, yang membuatnya dijamin akan disukai seumur hidup oleh suporter Bayern Munich. Logat bicaranya pun, banyak orang bilang, logat orang kampungan di Munich. Lahir di Weilheim, Thomas Muller kecil tumbuh di kawasan yang hanya berjarak 35 kilometer dari Munich. Ia pun langsung masuk sebagai pemain akademi Bayern pada usia 10 tahun.
Setapak demi setapak, ia memanjat tim Bayern dari berbagai kelompok usia. Pada musim 2007/08, ia mencetak 18 gol bersama tim U-19. Angka ini menarik perhatian Jurgen Klinsmann, yang waktu itu menangani tim utama Bayern.
“(Ketika ada panggilan masuk), aku tidak mengangkat telepon,” kenang Muller. Namun begitu ia membuka pesan suara, “Itu adalah Jurgen Klinsmann.” Setelah menjalani pramusim bersama tim senior, ia mencatatkan debut dalam laga pembuka 2008/09 menghadapi Hamburg, tepat sebulan sebelum ultahnya yang ke-19.
Setelah penampilan sebentar di laga debut, ia menghabiskan musim bersama tim cadangan, mencetak 15 gol di Divisi Tiga Jerman. Ketika musim berakhir, kursi pelatih sudah diduduki Louis van Gaal.
Oleh Van Gaal, bakat Muller dipoles hingga ia jadi salah satu pemain ofensif paling berbahaya di dunia. Ia terang-terangan akan terus memainkan Muller, meski Franck Ribery dan Arjen Robben tersedia sekalipun. Muller menjalani musim 2009/10 dengan bermain di seluruh laga Bundesliga, serta mencetak 13 gol dan 10 assist.
Piala Dunia datang tepat pada waktunya. Pelatih timnas Joachim Low menyadari Muller yang baru berusia 20 tahun sudah pantas jadi pilihan utama Jerman. Meski baru memainkan caps ketiganya di pertandingan pertama fase grup Piala Dunia 2010 melawan Australia, ia langsung mencetak gol dan sebiji assist. Di akhir turnamen ketika Jerman merebut posisi tiga, ia mencetak 5 gol dan berhak atas penghargaan sepatu emas. Musim perdana yang luar biasa bagi anak kampung Bavaria.
Ketajaman Muller ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan pengamat. Dia bukan pendribel ulung seperti para pemain Brasil. Umpannya juga buruk. Dia kadang kikuk. Bahkan, Pep Guardiola punya catatan tersendiri tentang Muller saat pertama kali datang ke Bayern pada 2013:
“Muller menghilangkan bola lebih banyak dari seluruh pemain Bayern dalam dua setengah musim terakhir. Dribelnya tidak terlalu bagus dan dia juga bukan pelari tercepat dalam tim. Sundulannya tidak bertenaga dan caranya menembak pun perlu diperbaiki. Dia suka menekan lawan tapi sering melakukannya dengan kepala menatap rekan setimnya. Tapi dia adalah pesepak bola yang sangat bertalenta.”
Ketika Muller ditanya wartawan apa yang bisa membuatnya mencetak gol dengan skill pas-pasan, ia menjawab, “Karena aku adalah penafsir ruang (Raumdeuter).”
Penafsir ruang punya pekerjaan khusus yang barangkali tak bisa didapatkan dengan cara berlatih. Kemampuan Muller seperti sudah melekat dari dirinya sejak lahir. Ini menjelaskan, bahkan ketika Muller tak terlibat dalam proses membangun peluang, ia dapat menjadi orang yang mengekseksui serangan tersebut menjadi gol.
Ia bergerak bebas dan tak pernah terpaku pada satu posisi di sepanjang kariernya. Di lembar formasi, ia mungkin pernah ditaruh di mana pun di sepertiga akhir serangan: penyerang tengah, second striker, gelandang serang, atau sayap kanan. Namun dalam ejawantah di lapangan, ia berada di mana-mana, di tempat yang nyaris selalu mengancam pertahanan lawan.
Jelas sudah, Muller adalah pemain yang mampu membaca dan mengeksploitasi ruang di pertahanan lawan. Keberadaan ruang bagi Muller sama pentingnya dengan kaki kiri bagi Lionel Messi.
Dalam usia yang belum menyentuh kepala tiga, ia sudah mencatat 425 penampilan bersama Bayern dan Jerman, serta mencetak 154 gol dan 108 assist. Masih banyak ruang yang bisa ditaklukannya dalam sisa kariernya yang masih panjang…