Terkuak Kontroversi Arab Saudi Tuan Rumah Piala Dunia 2034

spot_img

Tahun 2034 masih 10 tahun lagi. Selama itu sudah ada dua juara Piala Dunia. Dua tim Eropa juga sudah mengangkat trofi EURO. Lima negara juara Piala AFF. 10 tim juara Liga Champions Eropa. Dan sudah ada dua presiden lengser keprabon alias turun tahta.

Singkatnya, 10 tahun itu masih lama. Namun FIFA sudah mengumumkan bahwa Arab Saudi akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034. Bagaimana bisa begitu? Piala Dunia 2026 dan 2030 saja belum terjadi, kok tuan rumah Piala Dunia 2034 sudah diumumkan?

Jika berkaca pada edisi 2022, hal semacam ini bukan barang baru. Qatar sendiri diumumkan jadi tuan rumah Piala Dunia 2022 pada 2 Desember 2010 alias 12 tahun sebelum Piala Dunia itu digelar. Hal yang sama juga terjadi di Piala Dunia 2014, di mana Brasil diumumkan jadi tuan rumah pada tahun 2003.

Yang jadi soal bukan kapan keputusan pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2034 itu diumumkan, tapi prosesnya. Ada banyak kontroversi, skandal, patgulipat, polemik di balik pemilihan Arab Saudi sebagai tuan rumah.

Piala Dunia 2030

Rabu pagi, 11 Desember 2024, FIFA menggelar kongres di Zurich, Switzerland. Dalam kongres tersebut, FIFA mengumumkan bahwa Maroko, Spanyol, Portugal, Uruguay, Paraguay, dan Argentina akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030. FIFA menyebut, Piala Dunia 2030 akan menjadi Piala Dunia yang spesial.

Ini adalah untuk pertama kalinya enam negara di tiga benua yang berbeda akan menggelar Piala Dunia. Selain itu edisi 2030 juga sekaligus menandai seabad Piala Dunia. Jadi, Piala Dunia 2030 tak boleh kalah dari pesta ulang tahun Akira Gregory, anak Greg Nwokolo.

Namun, rencana ini semula ditentang oleh banyak orang. Salah satunya kelompok peduli iklim. Benja Faecks dari LSM Carbon Market Watch mengevaluasi janji-janji FIFA terhadap iklim dan lingkungan. Menurutnya memainkan Piala Dunia di enam negara dan tiga benua yang berbeda adalah bentuk dari penyimpangan ekologis.

Masih menurut Benja, menempatkan Piala Dunia 2030 di Benua Afrika, Amerika Latin, dan Eropa sekaligus merupakan pilihan geografis yang tidak menguntungkan. Pasalnya, penggemar dipaksa melewati ribuan mil dari satu pertandingan ke pertandingan lain, dan itu artinya mesti menggunakan pesawat.

Seperti biasa, suara-suara marjinal semacam itu tak didengar FIFA. Keputusan Piala Dunia 2030 akan digelar di enam negara dan tiga benua tetap diketok palu. Gianni Infantino lalu seolah-olah mencari alasan untuk membenarkan keputusan ini. Menurut presiden FIFA, keputusan ini dibuat untuk mengirimkan pesan besar tentang perdamaian, toleransi, dan inklusivitas.

Berdampak ke Piala Dunia 2030

Keputusan atau lebih tepatnya ambisi menaruh Piala Dunia 2030 di tiga benua yang berbeda berimbas pada Piala Dunia berikutnya, yakni tahun 2034. Lantaran Eropa, Amerika Latin, dan Afrika sudah menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030, maka ketiga benua itu dikecualikan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia berikutnya.

Jelas ini merugikan bagi ketiga konfederasi. Sebab boleh jadi salah satu dari konfederasi punya niat untuk menjadi tuan rumah tunggal di Piala Dunia. Tapi nasi sudah menjadi nasi kuning. FIFA berdalih pengecualian Afrika, Amerika Latin, dan Eropa sebagai tuan rumah edisi berikutnya sesuai dengan prinsip rotasi alias gantian.

Alhasil, Piala Dunia 2034 wajib diadakan di Benua Asia atau Oseania. Kita kemudian tahu, di kongres tersebut FIFA juga mengumumkan bahwa Arab Saudi diberikan hak tuan rumah Piala Dunia 2034. Yang di kemudian hari pemberian hak tuan rumah pada Arab Saudi ini ternyata menyimpan skandal.

Sengaja Digelar di Arab Saudi?

Prinsip rotasi alias gantian diumumkan FIFA pada Oktober tahun lalu. Di saat itu pula isu Piala Dunia 2030 akan digelar di enam negara dan tiga benua sudah menjadi keputusan yang tidak bisa diubah lagi.

Nah, ketika diumumkan bahwa Piala Dunia 2034 akan digelar di Asia atau Oseania, FIFA mengultimatum setiap negara, bahwa siapa yang ingin menjadi tuan rumah diberikan waktu 25 hari untuk mengajukan penawaran. Tatkala semua negara di dua benua itu baru berpikir, dalam hitungan menit Arab Saudi mengajukan diri.

Waktu 25 hari terhitung sebentar bagi sebuah negara buat mengajukan tawaran. Biasanya butuh waktu berbulan-bulan. Selain Arab Saudi, Australia sebenarnya juga ingin menjadi tuan rumah. Namun mereka perlu mempertimbangkannya terlebih dahulu sehingga tidak mampu mengajukan penawaran dengan cepat.

Hanya diberi waktu 25 hari, Australia pun menarik diri. Tapi Arab Saudi tidak. Jika prosesnya terbuka dan transparan, keputusan bahwa Arab Saudi akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 tidak akan menimbulkan kecurigaan. FIFA memang mengatakan bahwa prosesnya dijalankan secara integritas, objektif, dan transparan. Tapi syak wasangka tetap mencuat.

Proses Tidak Transparan

Keputusan Arab Saudi jadi tuan rumah Piala Dunia 2034 melalui kongres luar biasa yang dihadiri seluruh petinggi dan 211 asosiasi anggota. Tapi itu dilakukan secara daring. Mengutip Sky Sports, karena kongresnya virtual pengawasan media berkurang. Sebab yang ditampilkan dalam kongres hanya keputusan akhir, tidak ada pemungutan suara.

Lebih mencurigakan lagi setelah diketahui FIFA memberi nilai tinggi pada penawaran Arab Saudi. Mengutip The Athletic, nilainya 4,2 dari lima. Skor ini tertinggi dalam sejarah. FIFA menyebut rencana Arab Saudi sebagai “visi yang unik, inovatif, dan ambisius untuk ‘abad berikutnya’ Piala Dunia FIFA”.

Pelanggaran HAM

Tentu saja hal ini melahirkan amarah dari banyak pihak. Terutama kelompok pembela hak asasi manusia. Sudah menjadi rahasia umum, Arab Saudi adalah negara yang paling parah soal hak asasi manusia. Organisasi HAM, Amnesty Internasional menduga FIFA mengabaikan hal ini.

Para pegiat HAM geram karena FIFA menganggap isu pelanggaran HAM di negara itu sebagai resiko sedang. Mereka khawatir FIFA dan Arab Saudi sebagai tuan rumah tidak punya komitmen terhadap HAM.

Padahal pelanggaran HAM seperti penghilangan nyawa jurnalis Jamal Khashoggi, perlakuan terhadap pekerja migran dan perempuan, hingga perlakuan buruk terhadap komunitas LGBTQ+ terjadi di negara ini. Menurut laporan terbaru dari Human Right Watch, saat ini ada sekitar 13,4 juta pekerja migran di Arab Saudi.

Dengan adanya Piala Dunia 2034, kekhawatiran terkait hak-hak mereka muncul, seperti biaya perekrutan ilegal, pencurian upah, paparan suhu panas, hingga yang paling mengiris hati, perbudakan modern.

Tahun 2024, Arab Saudi melalui Public Investment Fund atau PIF juga telah dicurigai melakukan tindakan yang setara perbudakan modern di perusahaan yang jadi sponsor Newcastle United, Noon di Riyadh. Pihak PIF menolak berkomentar, sedangkan pihak Noon membantah.

Sama halnya dengan Qatar, Piala Dunia 2034 juga dicurigai akan menjadi lahan basah Arab Saudi untuk melakukan pencucian uang dan sport washing. Kerajaan, dengan uang yang dilumuri minyak, akan memanfaatkan Piala Dunia untuk menutupi kasus pelanggaran HAM, termasuk yang menyeret nama Pangeran Mohammed bin Salman.

Piala Dunia Musim Dingin Lagi?

Ironisnya, di tengah terpaan kasus pelanggaran HAM dan pembatasan yang boleh dan yang tidak, Asosiasi Sepak Bola Inggris atau FA justru mendukung Arab Saudi sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034. Padahal hampir semua kebiasaan orang Inggris, ilegal di Arab Saudi. Mengutip BBC, FA memilih berhati-hati dengan tidak menolak.

Sikap menentang justru datang dari FA Norwegia. Mereka abstain dari pemungutan suara karena menganggap keputusan yang ada merusak reformasi FIFA. Nah, setelah kejanggalan pemilihan tuan rumah dan potensi pelanggaran HAM, Piala Dunia 2034 di Arab Saudi juga dipermasalahkan terkait waktunya.

Apakah ini akan kembali jadi Piala Dunia musim dingin sebagaimana Piala Dunia 2022? Jika demikian, pemain lagi-lagi akan menjadi korban. Kelak, perbudakan modern yang ditakutkan, tidak hanya terjadi di pembangunan venue, tapi juga di atas lapangan hijau.

Sumber: TheGuardian, Forbes, TheAthletic, FIFA, Barrons

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru