Jika kalian masih ingat, dulu salah satu stasiun TV nasional pernah menayangkan program reality show yang berjudul “Tukar Nasib”. Acara itu berusaha mewujudkan mimpi para keluarga yang kurang mampu untuk hidup mewah. Nantinya, si kaya pun juga harus merasakan kehidupan orang-orang tidak berkecukupan.
Namun, seiring berjalannya waktu, program tersebut mulai redup dengan sendirinya. Nah, lama tak terdengar, kini reality show tukar nasib kembali tayang di Kota Manchester. Rival sekota, United dan City terlihat sedang bertukar nasib.
Yang biasanya juara justru jadi tim kalahan. Dan si aib Inggris, kini sedang di atas awan. Namun, bagaimana ini bisa terjadi?
Daftar Isi
Derby Manchester
Ide konten ini muncul persis setelah Manchester United memenangkan duel Derby Manchester di Etihad Stadium. Dalam laga tersebut, Setan Merah harus bekerja ekstra karena tertinggal lebih dulu. Melalui tandukan Josko Gvardiol, Manchester City menutup babak pertama dengan keunggulan 1-0.
Ruben Amorim berhasil membangkitkan setan yang tertidur. Manchester United membaik di babak kedua. Di paruh kedua, Setan Merah mampu melayangkan enam tembakan yang mana tiga di antaranya menyasar gawang Ederson Moraes. Dari upaya tersebut, akhirnya United berhasil menyamakan kedudukan di menit 88.
Meski cuma dari titik penalti, gol tetaplah gol. Peluang kedua tim untuk menang kembali menjadi 50:50. Ketika semua yang hadir di stadion merasa laga akan berakhir imbang, umpan membelah lautan dari Lisandro Martinez berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Amad Diallo.
Dengan sedikit sentuhan, Amad berhasil melewati Ederson dan menjebloskan bola ke gawang. Laga berakhir dengan skor 2-1. Setelah era Fergie, Ruben Amorim jadi manajer United pertama yang mampu menang di laga Derby Manchester perdananya.
Dulu dan Sekarang
Melihat United menang di kandang City bak sebuah anomali. Karena terakhir kali itu terjadi pada tahun 2021, hampir empat tahun yang lalu. Kala itu, Ole Gunnar Solksjaer lah yang memimpin skuad MU. Meski United berhasil mengalahkan City, juara di akhir musim tetaplah Manchester City.
Gelar itu jadi awal di mana City mengukir rekor istimewa di Premier League. Tiga musim setelahnya, City selalu keluar sebagai juara. Itu membuat skuad asuhan Pep Guardiola jadi tim pertama yang menjuarai Premier League empat kali secara beruntun.
Berstatus sebagai tim yang menjuarai enam Premier League dalam tujuh tahun terakhir, City kembali dijagokan untuk menjuarai Premier League musim 2024/25. Apalagi, City sudah memuncaki klasemen sejak pekan kedua. Mereka bahkan tidak terkalahkan dalam sembilan pekan pertama Premier League musim ini.
Hal itu berbanding terbalik dengan kondisi rival sekota, Manchester United. Menjadi musim ketiga Erik Ten Hag di Old Trafford, United kian merana. Memulai musim dengan amat sangat buruk, United sudah terjerembab di urutan 14 klasemen sejak pekan ketiga.
United bahkan hanya menang dua kali dari tujuh pertandingan awal musim ini. Puncaknya, United kalah 2-1 dari West Ham yang juga sedang dalam masa paceklik. Sir Jim Ratcliffe yang sudah muak dengan si kepala botak, akhirnya mendepaknya. Di saat City kembali ke puncak, United justru sibuk bergumul dengan Everton, Wolves, dan Ipswich Town di papan bawah.
Badai Cedera
Namun, kepergian Ten Hag jadi pertanda dimulainya program Tukar Nasib tersebut. City yang belum terkalahkan tiba-tiba dikalahkan oleh Tottenham di ajang Carabao Cup. Awalnya, beberapa pihak hanya mengira ini kekalahan yang wajar. Karena City memang selalu kesulitan jika menghadapi wakil London tersebut.
Yang bikin publik Inggris tak menyangka, itu ternyata jadi awal kemunduran Manchester City. Kekalahan City menjalar ke Premier League saat dipermalukan oleh Bournemouth dengan skor 2-1. Menjadi sebuah hal yang tak biasa, Pep Guardiola pun dihujani pertanyaan dari para wartawan.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” Begitu kira-kira. Pep menyampaikan bahwa dua hasil buruk disebabkan oleh banyaknya pemain penting yang tak bisa dimainkan. Contohnya seperti Rodri yang cedera ACL, Kevin De Bruyne yang mengalami masalah kebugaran, dan Ruben Dias yang mengidap cedera betis.
Di pekan-pekan berikutnya, masalah cedera yang dialami City justru kian memburuk. Situasi ini berhasil dimanfaatkan oleh United yang sudah berpengalaman. Badai cedera adalah masalah yang so last year bagi United. Setelah kepergian Ten Hag, pemain-pemain pesakitan malah pulih. Bahkan, sang makhluk mitologi, yakni Tyrell Malacia kembali muncul di Carrington.
11 Pertandingan Terakhir
Dalam situasi sulit, biasanya Pep Guardiola jadi yang paling tanggap dalam mencari solusi. Namun, kali ini seperti sebuah masalah yang lain bagi Pep. Segala spekulasi dan rancangan formasi tak bisa menyelamatkan City dari jeratan kekalahan. Semakin Guardiola berusaha, City justru semakin hilang arah.
The Sky Blue mengalami empat kekalahan beruntun di Premier League. City bahkan mengakhiri bulan November tanpa satu pun kemenangan. Tiga poin baru kembali ke pelukan City saat mengalahkan Nottingham Forest. Kemenangan atas Forest jadi satu-satunya kemenangan yang bisa diraih Erling Haaland cs dalam sebelas pertandingan terakhir.
Lagi-lagi, itu berkebalikan dengan MU. Empat pertandingan yang dipimpin oleh Van Nistelrooy, tak ada satu pun yang berakhir dengan kekalahan. Paling, cuma sekali imbang. Itu pun lawan Chelsea, si peringkat dua saat ini. Hasil positif pun berlanjut ke era kepemimpinan Ruben Amorim.
Meski sempat kalah dari Arsenal dan Nottingham Forest, itu masih termaafkan. Karena kedua klub tersebut sedang dalam performa yang sangat baik. Dalam jumlah yang sama, United hanya kalah dua kali dalam sebelas pertandingan terakhirnya.
Sebagai catatan, performa yang tertukar bukan cuma di Premier League aja. Di Eropa pun demikian. United tercatat belum terkalahkan di Europa League. Sedangkan City, terseok-seok di papan tengah. Mereka bahkan terancam tak lolos ke babak berikutnya jika kembali kalah dari PSG.
Produktivitas
Okey, kita akan gunakan sebelas pertandingan terakhir dari kedua klub sebagai patokan. Selain hasil laga yang berbeda jauh, produktivitas Manchester United dan Manchester City juga seperti tertukar. City seperti kehilangan rasa haus golnya di depan gawang lawan. Dari sebelas laga, City hanya mampu cetak sepuluh gol.
Itu berarti, City hanya mencetak 0,9 gol per pertandingan. Beda dengan skuad asuhan Ruben Amorim yang terbilang cukup produktif. Dari sebelas laga, mereka sudah mencetak 25 gol. Itu berarti United setidaknya mampu mencetak 2,3 gol per laga.
Dari performa individu para penyerang kedua tim pun kelihatan. Erling Haaland hanya mencetak empat gol dari sebelas pertandingan terakhirnya bersama City. Padahal, biasanya Haaland bisa menjamin satu laga satu gol kepada para penonton.
Di sisi lain, Rasmus Hojlund sedikit lebih baik dari Haaland. Dari sebelas pertandingan terakhirnya, ia bisa mencetak lima gol. Meski cuma beda satu gol, Hojlund terlihat lebih baik karena jumlah menit bermainnya lebih sedikit dari Haaland. Sebab, ia harus bergantian dengan Joshua Zirkzee.
Mulai Bahas-bahas Sejarah
Nah, yang bener-bener mencerminkan tertukarnya nasib duo Manchester adalah soal kebiasaan. Biasanya, United yang terus-terusan dihujat sana-sini selalu bersembunyi di balik sejarah masa lalu. Para fans selalu membangga-banggakan jumlah gelar Premier League yang jumlahnya dua kali lipat dari milik City.
Tapi, kemarin yang bahas-bahas sejarah malah Pep Guardiola. Usai kalah dari Liverpool, Pep Guardiola jadi bahan olok-olok para kopites. Mereka juga meneriaki pelatih asal Spanyol itu dengan kalimat “Hari ini anda akan dipecat!” Mendengar hal itu, kesabaran Pep habis.
Pep membalas dengan gestur enam jari, merujuk pada jumlah gelar Liga Inggris yang telah diraih bersama City. Gestur tersebut menandakan Pep sudah kehabisan kata untuk membela diri. Timnya benar-benar kalah dalam segala hal saat ini. Satu-satunya hal yang tak tertukar dari kedua klub ini adalah peringkat di liga. Meski United menang atas City, mereka masih aja ngejogrok di urutan 13 klasemen sementara.
https://youtu.be/n2Yfbh5H4j0
Sumber: Fotmob, Eurosport, Daily Mail, ESPN