Sudah 4 Musim! Jalan Real Madrid ke Final Liga Champions Selalu Sulit

spot_img

Bermain di babak play-off bukanlah skenario yang diinginkan Real Madrid. Apa boleh buat, hasil kurang memuaskan di fase liga memaksa sang juara bertahan mengakhiri fase liga di Liga Champions dengan hanya bertengger di posisi 11, dan mendorong mereka ke babak play-off, alih-alih ke babak 16 besar langsung.

Carlo Ancelotti geram. Carletto yang biasanya tenang, kali ini seperti orang mau didatangi petugas leasing. Terlebih setelah tahu lawannya adalah Manchester City. Ia kembali menunjukkan rasa frustrasi pada format baru Liga Champions. Sikap ini justru kontradiktif dengan anak asuhnya.

Thibaut Courtois tak khawatir menghadapi Manchester City. “Kami tidak takut sama siapa pun,” katanya. Pernyataan Courtois itu memperlihatkan pengalamannya sebagai pemain Real Madrid. Pengalaman menghadapi tim-tim sulit. Sebab Real Madrid, selama empat musim terakhir, selalu melewati jalan berduri menuju final Liga Champions.

Nggak percaya? Mari kita menyusuri waktu untuk mengetahui betapa jalan Real Madrid menuju final Liga Champions selalu berkelok, licin, dan curam itu.

Fase Liga di Liga Champions Musim 2024/25

Kita mulai dari yang terbaru. Musim ini format Liga Champions versi yang lebih mirip Liga Super Eropa digunakan. Sebetulnya bukan cuma Carletto yang nggersulo alias mengeluh pada format baru. Sejumlah pelatih seperti Josep Guardiola juga kesal. Tapi kita nggak akan bahas itu di sini.

Musim ini Real Madrid berstatus juara bertahan. Sayangnya, di hadapan format baru, status juara bertahan tak menguntungkan. Sudah dari fase liga, Real Madrid mesti menghadapi lawan-lawan yang berat bin sulit. Betul ada VfB Stuttgart, Stade Brestois, dan Lille, tapi sisanya?

Real Madrid dipaksa melawan Liverpool, AC Milan, Atalanta, dan Borussia Dortmund. Los Merengues sanggup mengatasi Dortmund yang musim ini, seperti tidak niat menjalani kompetisi karena memilih Nuri Sahin, pelatih yang tak lebih berpengalaman dari Alex Pastoor, sebagai pelatih. Real Madrid juga bisa mengalahkan La Dea.

Tapi melawan Liverpool, Real Madrid terpukul. Pria gundul berkebangsaan Belanda tapi bukan Ten Hag, tak disangka berhasil mengalahkan Ancelotti. Selain Liverpool, Madrid juga kalah dari AC Milan. Ironisnya, Real Madrid kalah di markas sendiri.

Ironis yang kedua, Milan mengalahkan Real Madrid dengan skor mantap 3-1. Ironis ketiga, gol yang diciptakan Madrid cuma berasal dari titik putih. Ironis keempat, kekalahan itu terjadi saat Milan dibesut Paulo Fonseca, pelatih yang kita tahu, akhirnya dipecat.

Fase Gugur, UCL 2024/25

Sebelum dihajar Setan Merah dari Italia, Real Madrid justru lebih dulu dikalahkan oleh Lille. Memang sih, cuma kalah karena gol penalti. Namun kekalahan itu ikut membuat Real Madrid terseret ke babak play-off. Tempat yang biasanya cuma dihuni klub-klub fakir trofi.

Malang bagi Madrid. Di babak play-off musuhnya adalah Manchester City. Ya, ya, oke, City baru dibantai Arsenal. Tapi City masih bukan tim yang mudah dikalahkan. Bagaimanapun The Citizens juara Liga Inggris musim lalu. Tidak seperti Arsenal, City bahkan punya trofi Liga Champions.

Dari segi head to head, City mengungguli Real Madrid. Keduanya telah bertemu di 12 pertandingan Liga Champions. City memenangkan empat, sedangkan Real Madrid baru tiga kali menang. Sialnya, kalaupun mengalahkan City yang sedang mode Wycombe Wanderers, musuh yang lebih sulit menanti.

Di babak 16 besar, Los Blancos akan melawan Bayer Leverkusen atau Atletico Madrid. Lalu di perempat final, calon musuh Real Madrid tak kalah sulit. Antara Juventus, PSV, Arsenal, atau Inter Milan. Juve dan PSV akan saling tikam dulu di babak play off. Kalau Juve yang lolos, calon lawan Madrid akan lebih ringan.

Tapi kalau Juve yang tersingkir, selain Inter dan Arsenal, lawan sulit tambah satu, yakni PSV. Menghadapi pelatih Belanda, berkepala botak tapi bukan Ten Hag, menjadi momok tersendiri bagi Ancelotti. Fyi aja, baru Peter Bosz yang bisa mengalahkan Arne Slot di Liga Champions musim ini.

Di semifinal, calon lawan Madrid akan lebih sulit lagi. Ada potensi El Clasico. Selain itu, Real Madrid juga berpeluang melawan PSG atau Liverpool di semifinal. Mulai saat ini, madridista mungkin akan lebih sering shalat malam, berharap yang lolos di babak selanjutnya tim-tim seperti Brest atau Club Brugge.

Musim Lalu Juga Begitu

Di lain sisi, madridista mungkin tak begitu terkejut dengan drawing yang memberatkan. Musim lalu, sebelum bertemu Borussia Dortmund di final, Real Madrid bagai mendaki Gunung Merbabu via Suwanting. Di fase grup lawan cenderung ringan, hanya Napoli, Braga, dan Union Berlin. Memuncaki klasemen grup bukan perkara rumit waktu itu.

Di fase 16 besar, RB Leipzig lawannya. Tidak sulit, tapi juga tidak bisa dianggap enteng. Die Roten Bullen memberi perlawanan berarti, walau ujungnya kalah tipis 2-1. Di babak perempat final, Real Madrid dihadang lawan tangguh: Manchester City. Tim yang menjungkalkan mereka di semifinal musim sebelumnya.

Laga pun berjalan alot. Di Bernabeu, Bernardo Silva dan kolega menahan imbang mereka. Di Etihad laga tak kalah ketat. Real Madrid unggul lebih dulu di sebagian besar waktu normal lewat gol Rodrygo. Kevin de Bruyne lalu muncul untuk memaksa laga ke perpanjangan waktu dan bahkan adu penalti. Madrid lalu berhasil menumpas perlawanan City di sana.

Di empat besar musuhnya tak kalah sulit. Thomas Tuchel kala itu ingin menyelamatkan musim buruk Bayern Munchen. Di leg pertama mereka menahan imbang Madrid. Di leg kedua, final hanya berjarak 22 menit bagi Munchen, setelah Alphonso Davies merobek gawang Andriy Lunin.

Malang, tatkala Die Roten hanya berjarak dua menit dari kemenangan, pemain pengganti, Joselu, menyarangkan dua gol ke gawang Manuel Neuer. Menciptakan keajaiban dan mengubah hasil akhir. Madrid melaju ke final. Kelak kita tahu bagaimana akhirnya.

Liga Champions Musim 2022/23

Selain kisah dari pahit ke manis, ada pula musim ketika Real Madrid benar-benar jatuh ke parit. Itu di musim 2022/23. Musuh-musuh gampang di fase grup hanya kenikmatan sementara. Di 16 besar Real Madrid harus melawan Liverpool.

Menghadapi Liverpool yang sedang goyah, mudah bagi Madrid. Kemenangan telak agregat 6-2 didapat. Ketika melangkah ke perempat final, Chelsea lawan berikutnya. The Blues bukan lawan mudah, semestinya begitu. Mereka pernah menjungkalkan Madrid di semifinal 2021.

Tapi Chelsea musim 2022/23 bukan Chelsea yang sama. Meski Frank Lampard percaya diri, tapi jelas ia kalah kelas. Los Galacticos dengan mudah mendominasi Chelsea dan mengalahkan mereka 4-0. Mimpi buruk sesungguhnya hadir dalam bentuk Manchester City di semifinal.

Mereka wajib menang di Bernabeu. Kebetulan itu adalah laga pertama. Madrid nyaris memenangkan pertandingan di leg pertama, tapi gol De Bruyne mengubah hasil akhir. Peluang lolos ke final pun menipis. Niat mengalahkan City justru berujung tragis.

Musim 2021/22

Di antara tadi, mungkin musim 2021/22 adalah yang paling terjal. Musim itu tidak ada yang percaya kalau Real Madrid akan menjuarai Liga Champions. Betapa tidak? Jalan menuju final sedemikian terjal. “Saya belum pernah melihat rute yang lebih sulit menuju final,” kata Rio Ferdinand.

Musim itu, Real Madrid kalah dari Sheriff Tiraspol di fase grup. Karim Benzema dan kolega lalu bangkit, persis ketika banyak orang tak lagi percaya. Setelah keok dari Tiraspol, Madrid menyapu sisa laga dengan kemenangan, tak terkecuali saat laga kedua melawan Tiraspol.

Di 16 besar, Real Madrid berjumpa PSG. Gol telat Kylian Mbappe membawa satu kaki PSG ke perempat final. Namun di laga kedua, Madrid bangkit lewat hattrick Benzema. Kemenangan itu membawa Madrid ke perempat final dan membuat Nasser Al-Khelaifi ngamuk. Di perempat final, Madrid nyaris kalah.

Chelsea nyaris menyingkirkan mereka usai unggul 3-1 hingga menit 78 di leg kedua. Namun, keajaiban lagi-lagi menghampiri Real Madrid. Saat kekalahan sudah di tenggorokan, Los Blancos mengejar agregat lewat gol Rodrygo. Gol ini memaksa laga berlanjut ke babak tambahan. Baru enam menit waktu tambahan, Benzema mencetak gol dan membuat Madrid unggul agregat.

Chelsea alami turbulensi. Tak mampu membalas gol itu, mereka pun kalah. Situasi yang sama terjadi di semifinal. Manchester City mengalahkan mereka di leg pertama. Di leg kedua, kurang dari semenit, City akan ke final berkat gol Riyad Mahrez. Namun di menit 90, Rodrygo menjebol gawang City dan mengulanginya lagi semenit berselang.

Di babak tambahan, Real Madrid unggul lewat gol Benzema. Gol itu tak kuasa dibalas City. Madrid ke final dan juara usai menundukkan Liverpool. Perjalanan Real Madrid juara musim itu membuat semua orang terkagum-kagum.

Dari pengalaman Real Madrid menyusuri jalur neraka sebelum ke final, kita akan tunggu apakah musim ini mereka berhasil melaluinya, atau, malah tersingkir sebelum waktunya. Bagaimana menurutmu football lovers?

Sumber: BBC, 90Min, France24, TheGuardian, EuroSport, SportingNews, ManagingMadrid

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru