Bukan hanya grup K-Pop Blackpink saja yang hingar-bingarnya menghebohkan dunia. Di Liga Italia juga pernah ada klub yang berjersey Blackpink juga sempat menghebohkan dunia pada era 2000an. Mereka adalah Palermo.
Klub Serie A asal kota para mafia Sisilia ini, pernah memiliki segerombolan pemain top pada masanya. Termasuk para pemainnya yang sempat memberi sumbangsih nyata bagi kemenangan Italia di Piala Dunia 2006. Mau tahu siapa saja punggawa mereka dan ke mana mereka sekarang?
Palermo have recently released their Hall Of Fame & gave us a hit of nostalgia 🤩
— Italian Football TV (@IFTVofficial) September 1, 2020
Congratulations to Sorrentino, Balzaretti, Barzagli, Grosso; Corini, Ilicic, Pastore, Zauli, Dybala, Miccoli, Luca Toni & coach Guidolin on making the list ⭐👏 pic.twitter.com/v8FIakaObI
Daftar Isi
Salvatore Sirigu
Dari kiper ada Salvatore Sirigu. Sosok kiper muda dari Palermo. Masuk akademi Palermo sejak 2002 silam, Sirigu akhirnya menyelinap sebagai kiper inti Palermo sejak musim 2009/10.
Dikontrak secara profesional hingga 2014, Sirigu tampil mengesankan. Sampai akhirnya klub kaya baru PSG kepincut untuk menebusnya pada 2011.
Menjadi pilihan utama PSG selama beberapa musim, ia juga sempat menggondol banyak gelar domestik. Namun pada 2016, tiba-tiba masalah datang. Pelatih Laurent Blanc membeli kiper baru dari Jerman, Kevin Trapp.
Menit bermainnya digilir dengan Trapp. Sampai akhirnya Sirigu muak dan memilih pergi dari Paris. Sempat dipinjamkan ke Sevilla dan Osasuna, akhirnya ia pulang kampung ke Italia.
👤 Salvatore #Sirigu
— SSC Napoli Brasil (@Napoli_Brasil) August 11, 2022
🎂 12/01/1987, 35 anos
🌍 Nuoro 🇮🇹
💪 Goleiro
📏 1,92m
🦶 Direito
↩️ Venezia, Palermo, Cremonese, Ancona, PSG, Sevilla, Osasuna, Torino e Genoa
🏃 516 jogos
🏆 4x Campeonato Francês, 2x Copa da Fraça, 3x Copa da Liga Francesa e 4x SC da França pic.twitter.com/RC9ZVJAu99
Berpindah-pindah klub dari Torino, Genoa, Napoli, hingga sekarang ia berada di Fiorentina.
Bersama La Viola, di usia yang sudah menginjak 36 tahun ia masih menjadi pilihan utama pelatih Vincenzo Italiano.
Zaccardo dan Barzagli
Di posisi bek tengah, ada dua punggawa timnas Italia yakni Cristian Zaccardo dan Andrea Barzagli. Keduanya punya karir yang cemerlang di Palermo.
Today is Cristian Zaccardo’s birthday. The 2006 World Cup winner turns 37. Buon compleanno! 🇮🇹 🏆 🎂 pic.twitter.com/VPPlqxwXmH
— Raffaele (@ItalianoCalcio) December 21, 2018
Tak dipungkiri banyak klub yang kesengsem usai Piala Dunia 2006. Benar saja, pada musim 2008/09, Palermo rela melepas Zaccardo dan Barzagli ke klub yang sama VFL Wolfsburg. Mereka untung karena di Bundesliga langsung merasakan gelar juara bersama Wolfsburg.
Hace 11 años Grafite convertía un gol antológico ante el Bayern Münich. ¿El resultado? 5 a 1. Al final el VfL Wolfsburg salió campeón con figuras como Andrea Barzagli, Cristian Zaccardo y Edin Džeko. Ganaron una Bundesliga brillante. #VfLWolfsburg #Bundesliga #CentralFutbol pic.twitter.com/VkiZog6xwG
— Central Fútbol (@cenfutbol) April 4, 2020
Namun kedua palang pintu Italia itu setelahnya berpencar. Zaccardo memilih pulang kampung terlebih dahulu pada 2010 ke Parma. Sedangkan Barzagli baru pulang kampung 2011 ke Juventus.
2006 World Cup winner Andrea Barzagli officially retires from the National Team.. Grazie Andrea! #ITA pic.twitter.com/vRlKSNaarK
— Stereo Serie A (@StereoSerieA) July 3, 2016
Karir Zaccardo tak sementereng Barzagli. Ia sempat setengah hati membela AC Milan dan akhirnya berlabuh ke tim papan bawah macam Carpi maupun Vicenza. Ia bahkan nyasar sampai klub Liga Malta, Hamrun Spartans dan klub Liga San Marino, The Fiori. Sebelum akhirnya, ia memilih pensiun pada 2019.
Sementara Barzagli di Juventus menjadi andalan selama beberapa musim. Penampilannya justru menanjak ketika di Juve. Delapan musim ia di Juve dengan seabrek gelar. Akan tetapi ia memilih pensiun pada tahun yang sama dengan Zaccardo yakni 2019. Setelah itu ia juga sempat ditunjuk sebagai asisten pelatih ketika Juve dilatih Maurizio Sarri.
Fabio Grosso dan Mattia Cassani
Di bek sayap ada Fabio Grosso dan Mattia Cassani. Dua bek sayap agresif pada jamannya.
Grosso di sebelah kiri, Cassani di sebelah kanan. Di Palermo, talenta Grosso sebagai bek kiri semakin menjanjikan.
Penampilannya yang meyakinkan sampai membuatnya masuk timnas Italia ke Piala Dunia 2006. Golnya di semifinal kala melawan Jerman, dan eksekusi penaltinya di final, adalah hal yang selalu dikenang publik Italia hingga sekarang.
The real #Grosso is only this… (fifaWorldcup 2006 Italy worldchampion ) Grosso scored the last penalty against france 🇫🇷😱😱#FRAvITA #6Nations2018 pic.twitter.com/tg9YuS4zbt
— Centaine Nicorix 🐺 (@1900nicorix) February 23, 2018
Setelah Piala Dunia, karirnya di Palermo terhenti. Ia ditebus Inter Milan namun hanya awet semusim. Ia melancong ke Perancis bersama Lyon pada 2007. Sebelum akhirnya pada 2009, ia pulang kampung dan bergabung dengan Juventus.
Kontrak Grosso berakhir pada musim panas 2012, dan setelah itu ia memilih pensiun. Ia kemudian mencoba peruntungan menjadi pelatih. Dimulai dari akademi muda Juve, hingga sekarang ia masih menjadi pelatih klub Serie B, Frosinone.
Sedangkan Mattia Cassani yang notabene adalah akademi Juventus, menjadi bagian dari Palermo sejak 2006. Karirnya justru menanjak setelah dirinya pindah dari Juventus. Ia mencapai caps ratusan kali sebagai bek kanan Palermo hingga tahun 2011. Sebelum akhirnya pindah ke Fiorentina, Genoa dan Parma. Ia kini sudah pensiun sejak 2014.
#ClubLegend Mattia Cassani – Palermo – Full Back 2006-11 Made 161 League Appearances & Capped 11 times by Italy pic.twitter.com/s3zHKbch2q
— Martyn Bishop (@MartynBCFC) November 4, 2014
Eugenio Corini dan Simone Barone
Di tengah, Palermo sempat mempunyai dua pemain andalan yang kokoh menjaga kedalaman yakni Eugenio Corini dan Simone Barone. Corini bersama Palermo menjadi legenda selama empat tahun dengan ban kapten di lengannya.
Namun di 2007 ia tak memperbaharui kontraknya dan bergabung bersama Torino. Di Torino ia sempat menderita cedera tendon achilles. Akhirnya, ia memilih pensiun dan mencoba peruntungan menjadi pelatih.
Selama menjadi pelatih, ia sudah melanglang buana di beberapa klub. Termasuk dua periodenya di Palermo. Musim 2022/23 ini, ia sedang melatih Palermo di Serie B.
#Sport #calcio Palermo, a Cittadella per spezzare la ‘pareggite’. Corini: “Rigori? Brunori in pausa, batterà Di Mariano” https://t.co/9wghW0or60 pic.twitter.com/S2AE0o9KgI
— ilSicilia.it (@ilSicilia) March 10, 2023
Sedangkan rekannya, Simone Barone lebih beruntung karena karirnya di Palermo sempat membawanya menjadi bagian skuad timnas Italia kala meraih juara Piala Dunia 2006.
Simone Barone. World Champion 2006 pic.twitter.com/YsdhPy9GiH
— Art Vendelay ⚜ 🇮🇹 (@TonyMellace7) May 14, 2020
Usai Piala Dunia, ia kemudian melepaskan baju Blackpink Palermo dan memilih melanglang buana di klub Serie A lainnya macam Torino, Cagliari, sampai akhirnya pensiun di Livorno pada 2013.
Setelah pensiun, Barone mencoba menjadi pelatih seperti Corini. Ia lebih fokus di tim muda sampai akhirnya ditunjuk sebagai direktur teknik klub Salernitana. Namun ia kini sudah didepak per Februari 2023.
Pastore, Dybala dan Ilicic
Di posisi playmaker, Palermo banyak menghasilkan bakat besar yang dijual dengan harga mahal. Contohnya Javier Pastore, Dybala, maupun Ilicic.
Awalnya Pastore bergabung sejak 2009 dari klub Argentina, Huracan. Pastore memberi dimensi baru serangan Palermo yang sebelumnya jarang diisi playmaker flamboyan. Penampilannya yang ikonik bersama Palermo tercium sampai Paris. PSG rela menebusnya mahal pada 2011.
Regarding Javier Pastore, I remember being absolutely excited about him about 14-15 years ago (crazy its been that long). I really thought he was going to be the next big thing out of Argentina. More excited when he went to Palermo. At 33, I would not have guessed his trajectory. pic.twitter.com/p0afVcVp5z
— Roy Nemer (@RoyNemer) January 11, 2023
Karirnya makin aneh di PSG. Ia tak terlalu bersinar di sana dan akhirnya tak betah. Ia kembali lagi ke Italia bersama Roma pada 2018. Sejak saat itulah karirnya menurun. Ia sempat tanpa klub setelah dilepas Roma. Sampai akhirnya ada klub Spanyol, Elche yang mau mengontraknya pada 2021. Kini ia masih bermain di Qatar bersama Qatar SC.
Sebelum Pastore hengkang ke Paris, Palermo juga sudah mendatangkan Josip Ilicic pada 2010. Playmaker flamboyan berkaki kidal yang semakin menambah variasi serangan Palermo.
22-year-old Josip Iličić for Palermo during the 2010/2011 season:
— Football Talent Scout – Jacek Kulig (@FTalentScout) January 21, 2021
✅39 games
⚽️8 goals
🅰️10 assists
His first season in Italy. He was such a sensation back then. Brilliant player with a left foot made of gold. pic.twitter.com/xugjv1gj8J
Bertahan hingga 2013, Ilicic memilih pelabuhan barunya ke Fiorentina kemudian Atalanta. Sempat menghilang karena mengalami depresi hingga kelebihan berat badan, ia kini kembali lagi ke klub asalnya, NK Maribor.
Sebelum Ilicic pergi, Palermo juga sempat mendaratkan pemuda Argentina bernama Paulo Dybala. Dari Palermo talentanya dipupuk sampai akhirnya ia ditebus Juventus dan hidup di sana sebagai bintang hingga tujuh tahun lamanya. Sebelum akhirnya, ia kini menjadi bagian dari skuad Mourinho di AS Roma.
Palermo president says Argentine forward Dybala is “at the same level as Pastore & Cavani” & will probably leave. pic.twitter.com/XqZaTRlBe0
— Sam (@samuelJayC) February 10, 2015
Luca Toni dan Cavani
Di lini depan, ada Luca Toni. Legenda Palermo yang sempat mengantarkan Palermo di masa kejayaan mencapai Piala UEFA. Namun pahlawan yang mengantarkan Palermo promosi ke Serie A pada 2004 itu, sempat dicap sebagai pengkhianat oleh fans Palermo karena transfernya ke Fiorentina.
Happy birthday to Azzurri and Palermo legend Luca Toni, who turns 42 today. 🎉
— Sicilian Football (@SicilianCalcio) May 26, 2019
⚽️ 50 goals in 80 appearances for the Rosanero #Palermocalcio pic.twitter.com/upzyxyIpzF
Sebagai salah satu andalan timnas Italia meraih Piala Dunia 2006, talenta Toni pun akhirnya sampai ke Jerman bersama raksasa Bayern Munchen. Di Munchen selain banyak gol yang dihasilkan, ia juga sempat mengalami cedera tendon achilles.
Mulai saat itu performanya menurun drastis, sampai akhirnya ia memilih pulang kampung pada 2010. Toni juga sempat meraup cuan ke Dubai membela Al-Nasr SC. Ia akhirnya pensiun di Verona pada 2016 silam, setelah membela klub itu selama tiga tahun.
Sejak Toni pergi dari Palermo, datanglah Edinson Cavani dari klub Uruguay ,Danubio pada 2007. Striker yang sering berselebrasi mirip Rambo ini kemudian menjelma sumber gol bagi Palermo. Selama berseragam Blackpink, Cavani telah mengemas 117 penampilan dan mengemas 37 gol.
Pink kit and braces: Palermo era Cavani was a vibe 💫 pic.twitter.com/KmbdKm2Ni8
— GOAL (@goal) March 24, 2022
Napoli, adalah klub beruntung yang membeli Cavani dari Palermo pada 2010. Sebelum akhirnya Napoli juga cuan besar ketika melegonya ke PSG. Cavani juga sempat menjadi striker alternatif MU di bawah Ole. Sebelum akhirnya ia didepak dan nyasar ke La Liga bersama Valencia hingga sekarang.
It’s incredible how we don’t speak much about how Palermo have had Cavani, Pastore, Dybala, Barzagli and Belotti on their books at different points. Salvatore Sirigu, Josip Ilicic and Matteo Darmian are a few others. pic.twitter.com/sK0ByDQaw6
— After The Whistle Podcast (@ATWPodcastGCR) March 7, 2020
Sumber Referensi : squawka, breakingthelines, givemesport, footballitalia, tifosipalermo