Rasanya kalau menyebut Pep Guardiola sebagai salah satu pelatih terbaik di dunia saat ini, tepat adanya. Tentu dengan beberapa prestasi gemilang serta rekor yang telah ia capai. Namun Pep tak serta merta mencapai itu semua, Di setiap klub yang dinaunginya, Pep selalu butuh serdadu lini depan yang mumpuni.
Maka dari itu tak jarang ia mendatangkan khusus para bomber terbaik, bahkan dengan harga mahal sekalipun. Tapi apakah para striker yang dipilih Guardiola selalu moncer? Atau jangan-jangan ada juga yang tak sesuai ekspektasi?
Daftar Isi
Keirrison
Sejak promosi ke tim senior Barca, Pep Guardiola langsung sukses meraih “Quadruple” tanpa membeli satu pun striker. Ia masih memanfaatkan adanya trio Messi, Henry, dan Eto’o.
Namun musim berganti, Pep dihadapkan lini depannya yang mulai menua, termasuk Eto’o dan Henry. Pep bergerak cepat mencari formula baru. Dasarnya Pep suka daun muda, ia kepincut dengan talenta Brasil dari Palmeiras bernama Keirrison. Masih berusia 20 tahun, tak butuh waktu lama bandrol 14 juta euro ditebus Barca untuk mendaratkan wonderkid ini ke Camp Nou.
Keirrison turns 26 today. Barcelona spent £11m on him back in 2009.
— Squawka (@Squawka) December 3, 2014
He never played a game for the club in 5 years. pic.twitter.com/DszDuuoBWB
Alih-alih akan menjadi partner baru bagi Messi, ia malah tak kelihatan. Pep sendiri mengatakan bahwa ia tak mau berjudi dengan pemain itu setelah melihatnya berlatih beberapa kali bersamanya. Sejak saat itulah karir wonderkid gagal itu tak karuan. Ia gonta-ganti klub dan tak mencapai suatu kesuksesan yang berarti.
Zlatan Ibrahimovic
Hal itulah yang menjadikan Pep harus memutar otak kembali mencari bomber lain. Tak tanggung-tanggung, bintang Inter, Zlatan Ibrahimovic yang diincarnya. Namun Pep kembali harus berjudi. Ia harus membuat keputusan transfer itu dengan cara menukarnya dengan striker andalannya, Samuel Eto’o.
Dengan penuh pertimbangan, akhirnya Pep menerima pertukaran tersebut. Barca membayar sejumlah uang, plus mengirim Eto’o ke Giuseppe Meazza. Pep berdalih hal itu dilakukan untuk penyegaran skuad sekaligus mengubah taktiknya dengan menggunakan pemain “Big Man” di lini depan.
🗂 Il y a 13 ans, Pep Guardiola qualifié de ” meilleur entraîneur du football”, décidait de se débarrasser du meilleur attaquant du FC Barcelone, Samuel Eto’o pour recruter Zlatan Ibrahimovic. José Mourinho bondit sur l’occasion. pic.twitter.com/fUj9NeK0jp
— Me 🍃🔅🇨🇲 (@Me0fficiel237) July 17, 2022
Sebelumnya Pep hanya menggunakan Eto’o yang notabene hanya kuat di bola-bola bawah. Dengan adanya Ibra, serangan Barca diharapkan akan lebih bervariasi. Hasilnya cukup menggembirakan. Ia selalu mencetak gol di tujuh pertandingan pertama.
Ukuran golnya di akhir musim pun mentereng, yakni 21 gol. Lord Ibra juga menjadi bagian Barca meraih beberapa trofi musim itu. Namun kekalahan menyakitkan dari mantan pemainnya, Samuel Eto’o di semifinal Liga Champions mencoreng namanya. Ia dicap gagal menyaingi pencapaian Eto’o oleh publik Catalan.
Selama satu musim di Catalan, Ibra juga tak akur hubungannya dengan Pep. Terkait dengan kegagalannya meraih Liga Champions musim itu, Ibra juga menganggap Pep tak tahu cara menggunakan kemampuannya. “Ibarat kamu membeli Ferrari tapi kamu mengendarainya seperti Fiat,” sindir Ibra kepada Pep.
Zlatan Ibrahimovic says Pep Guardiola ‘immature’ during time together at Barcelona pic.twitter.com/cA3biKXr9c
— Sportalaw (@sportalaw) December 13, 2017
Alhasil dengan keruhnya hubungan tersebut, Ibra tak diperpanjang lagi masa pengabdiannya di Barca. Pep berpaling darinya, sampai-sampai Ibra bilang bahwa Pep adalah pengecut.
David Villa
Setelah tak percaya Ibra, untung Pep masih punya Pedro. Pemain yang gacor ketika dipromosikan Pep dari Barca B. Tapi setelah kehilangan Henry yang pindah ke Amerika, Pep butuh satu lagi suntikan striker.
Dipilihlah David Villa dari Valencia. Bandrol mahal sekitar 40 juta euro nampak sebanding dengan apa yang Villa capai di Valencia maupun Timnas Spanyol. Villa yang sudah sering bermain di Timnas Spanyol sebagai penyerang kiri membuat Pep kesengsem.
Pep berniat meramu trio baru penyerang Barca dengan Villa di kiri, Messi di tengah, dan Pedro di kanan. Alhasil, trio itu terbukti gacor dengan membawa kesuksesan menggondol beberapa trofi di musim 2010/11.
🔵🔴 #OTD in 2010, Barcelona unveiled new signing David Villa. The rest is history.
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) May 21, 2020
⚽️ @Guaje7Villa
🏆2⃣0⃣1⃣1⃣#UCL | @FCBarcelona pic.twitter.com/FMRotIyuJ5
Villa sendiri tergolong produktif di posisi penyerang kiri, dengan raihan 23 gol selama semusim. Tapi musibah datang menimpanya ketika cedera patah kaki membuat dirinya sering absen di musim berikutnya dan bahkan tak sampai masuk skuad di Piala Eropa 2012.
Alexis Sanchez
Setelah dipusingkan cederanya Villa, Pep memutuskan untuk membeli striker baru. Di sisi lain, Pep juga tak lupa mengorbitkan berbagai penyerang mudanya dari Barca B macam Cristian Tello maupun Isaac Cuenca.
Seperti biasa, bukan Pep namanya kalau tak punya formula baru tiap musimnya. Ia kembali coba merubah komposisi penyerangnya. Dengan menaruh Pedro di kiri, Messi di tengah dan membeli penyerang kanan asal Udinese bernama Alexis Sanchez.
Penyerang Chile berusia 23 tahun ketika itu, secara catatan gol dan perannya terbukti menjawab kemauan Pep. 13 gol telah Alexis cetak sebagai penyerang yang fleksibel baik di kanan maupun kiri.
⚽ Guardiola habla del Alexis Sánchez de Barcelona: “No tuvimos su máxima expresión” » https://t.co/jsFAfBfkTa pic.twitter.com/41VUqEMR3G
— T13 (@T13) September 14, 2018
Ia pun juga sempat menggondol beberapa trofi bersama Pep di Barca. Namun gelar La Liga dan Liga Champions yang raib, membuat namanya kurang banyak diakui publik Camp Nou sebagai pembelian yang berhasil.
Robert Lewandowski
Sampai pada akhirnya Pep pergi dari Camp Nou dan menuju Allianz Arena pada musim 2013/14. Di Munchen ia memulai petualangan baru dengan cerita para penyerangnya. Kehilangan Mario Gomez, Pep hanya punya Mandzukic dan Muller sebagai striker guna mendulang gol.
Membeli seorang gelandang seperti Mario Gotze yang perannya hendak disulap seperti Messi, ternyata tak berjalan sesuai ekspektasi. Justru Mandzukic lah yang tetap membantu keran gol Munchen musim itu.
Namun Mandzukic tetap tak dipercaya Pep sebagai sumber gol bagi Munchen di musim berikutnya. Mandzukic pun rela pergi. Dan Pep akhirnya mendapatkan amunisi baru yang lebih menyeramkan dalam diri Robert Lewandowski. “Dortmund Mart” selanjutnya setelah Gotze ini, dimaksudkan untuk menjadi target man baru bagi Munchen.
Bersama Pep, talenta Lewi makin menjadi-jadi. Dari 100 pertandingan, ia mencetak 67 gol selama dua musimnya bersama Pep. Sejumlah trofi pun mereka gondol. Namun sayang, trofi Liga Champions belumlah didapat.
Do you remember when Robert Lewandowski came on as a substitute and scored 5️⃣ GOALS in 9️⃣ minutes? 💯
— Sportskeeda Football (@skworldfootball) December 17, 2021
Pep Guardiola’s reaction is priceless! 🤯
Bayern Munich face Wolfsburg in the Bundesliga tonight. 😳#lewandowski #Bayern #FCBayern pic.twitter.com/NqGduOBnPH
Nolito, Sane, dan Gabriel Jesus
Sudahi karirnya bersama Bavaria, Pep pada 2016/17 berlabuh ke Manchester City. Dengan uang segepok dari Abu Dhabi, Pep leluasa membangun tim. Termasuk membangun serdadu bombernya.
Di City, sudah ada maskot bernama Sergio Aguero. Sama halnya ketika di Barca dengan Messi, Pep tinggal cari pelengkapnya saja untuk menyempurnakannya. Ia masih percaya pada Sterling yang lincah di sisi penyerangan sayap. Namun ia butuh suatu kedalaman di format tiga penyerang City.
Pep akhirnya menjatuhkan pilihannya pada transfer Nolito, Sane, dan Gabriel Jesus. Dari beberapa rekrutan tersebut, trio penyerang yang justru sering dipercaya Pep hanya Aguero, Sane, dan Sterling. Trio yang mengemas 52 gol selama semusim. Nolito dan Gabriel Jesus, hanya bernasib menjadi rotasi.
Manchester City this summer:
— Transfer News Live (@DeadlineDayLive) August 3, 2016
Gabriel Jesus – £27m
Sané – £37m
Nolito – £13.8m
Gündoğan – £21m
(Source: @ManCity) pic.twitter.com/PaJrm5tGVV
Sampai akhirnya Nolito dianggap pembelian gagal oleh publik Citizens dan didepak musim berikutnya. Sedangkan Gabriel Jesus, di samping kesetiaannya menjadi pelapis, ia mampu berkembang di bawah Pep. Tapi sayang, sinarnya selalu terbentur oleh bayang-bayang nama besar Aguero selama di City.
Julian Alvarez dan Erling Haaland
Bermusim-musim Pep mengandalkan Aguero, Sane, Sterling, maupun Jesus. Di saat Sane dan Aguero pergi, Pep juga selalu berhasil menyiasatinya dengan bermain tanpa menggunakan striker.
Sampai akhirnya Pep kembali pada eksperimennya. Ia di musim 2022/23 ingin penyegaran skuad dengan mendatangkan seorang mesin gol baru yang bisa diandalkan. Pep tepat ketika menjatuhkan pilihannya pada Erling Haaland.
Akibatnya Jesus dan Sterling pun jadi korban dan hengkang dari Etihad. Kini semua tertuju pada Haaland sebagai muara gol City. Terbukti hasilnya, Haaland bak monster musim ini dengan torehan golnya. Sebagai target man di depan, Haaland tentu juga butuh pelapis.
Untung Pep sudah punya rekrutan baru lainnya bernama Julian Alvarez. Pemuda Argentina yang ditebus dari River Plate. Kegacoran Alvarez di Piala Dunia 2022 lalu juga kembali jadi bukti bahwa Pep tak salah pilih striker.
Your friendly reminder that Manchester City signed Erling Haaland and Julian Alvarez in the same transfer window 😳 pic.twitter.com/za6PJvFhAR
— PFF FC (@PFF_FC) December 17, 2022
Sumber Referensi : bleacherreport, theguardian, eurosport, bleacherreport, theguardian, sportskeeda, theguardian