Ada pepatah yang mengatakan bahwa setia bukanlah soal selalu ingin bersama, tapi…akan tetap ada di hati meski jarak dan waktu memisahkan. Ya, arti sebuah kesetiaan itu tampaknya tepat untuk menceritakan kisah hubungan unik antara pelatih baru Timnas Indonesia, Patrick Kluivert dengan Louis Van Gaal.
Kedua maestro sepakbola Belanda itu ternyata mempunyai kisah yang menarik untuk dibahas. Mengingat, ada desas-desus rumor yang mengatakan bahwa mereka akan kembali bekerjasama di Timnas Indonesia. So, bagaimana sih cerita awal hubungan unik mereka berdua ini?
Sebelum mendengar kisahnya, kalian baiknya subscribe dan nyalakan lonceng notifikasinya dulu ya, agar tak ketinggalan konten menarik dari Starting Eleven Story.
Daftar Isi
Rasa Terima Kasih Kluivert
Awal perkenalan Kluivert dengan Van Gaal terjadi di Ajax tahun 1994. Ketika itu Kluivert yang masih ingusan umur 18 tahun, dipanggil oleh Van Gaal dari Ajax U-19 masuk ke skuad senior. Van Gaal yang sudah melatih Ajax sejak 1991, saat itu ingin skuadnya dipenuhi para pemain muda agar lebih bergairah. Tak hanya Kluivert saja, pemain muda seperti Van der Sar, Seedorf, hingga Overmars juga dipromosikan.
Khusus untuk Kluivert, Van Gaal menaruh hati berkat kemampuan dan etos kerjanya sejak di skuad U-19. Sebagai pemain muda, Kluivert dianggap tak neko-neko dan disiplin dalam berlatih. Kluivert juga mau tunduk dan patuh apa yang Van Gaal instruksikan.
Inilah momen awal ketika Kluivert banyak dicekoki doktrin sepakbola Van Gaal. Merasa cocok dengan pemahaman sepakbola Van Gaal, Kluivert lambat laun mudah berkembang sesuai apa yang dimau Van Gaal.
Hasilnya, di musim 1994/95, Kluivert mampu tampil menggila. Kalian tau tidak, sebelum fans Arsenal membangga-banggakan invincible, Ajax di tahun 1995 sudah melakukannya. De Godenzonen berhasil jadi juara Eredivisie dengan 61 poin, dan tanpa kalah. Yang lebih spesial, anak bau kencur yang terus dicekoki ideologi sepakbola Van Gaal itu, sukses jadi top skor klub dengan 18 gol.
Tak sampai di situ, “si anak ideologis’ Van Gaal itu, membuat sejarah di Final UCL 1995 saat melawan AC Milan di Ernst Happel. Masuk sebagai pemain pengganti, Kluivert jadi pencetak gol satu-satunya di laga itu, dan berhasil menggondol gelar UCL.
Bertemu Di Barcelona
Rasa terima kasih Kluivert tak terhingga pada Van Gaal. Berkat Van Gaal-lah kariernya makin cemerlang. Kluivert berjanji ia akan setia pada sang mentor kapan pun ia pergi. Benar saja, saking setianya, mereka berdua pun memutuskan untuk keluar dari Ajax secara bersama pada tahun 1997.
Namun uniknya, dalam memilih klub baru Kluivert punya jalan berbeda. Ia lebih memilih pergi ke Milan, sementara Van Gaal menerima pinangan melatih Barcelona. Meski berpisah, Kluivert tetap berjanji suatu saat nanti tetap akan bekerjasama lagi dengan sang mentor.
Janji itu pun ditepati. Kluivert mengalami hambatan di San Siro. Ia mengaku hanya berada di bawah bayang-bayang seniornya seperti Van Basten maupun Ruud Gullit. Hanya semusim berseragam Rossoneri, Van Gaal yang tahu kondisi ketidaknyamanan Kluivert lalu memboyongnya ke Camp Nou pada 1998. Hasil kerjasama ibarat bapak dan anak itu, kembali bertuah. Blaugrana diantarkan mereka meraih gelar juara La Liga musim 1998/99.
Mencatat Sejarah Di Alkmaar
Kisah indah mereka di Catalan, hanya berlangsung sampai tahun 2003. Di tahun tersebut, Van Gaal memilih meninggalkan Kluivert, untuk menerima pinangan menjadi direktur teknis di klub lamanya, Ajax.
Kluivert ogah kembali ke Ajax dengan alasan mau mencari tantangan lain. Kluivert memilih untuk berpetualang layaknya pendekar ke beberapa klub seperti Newcastle, Valencia, PSV, hingga Lille. Namun layaknya sebuah film, petualangan Kluivert itu pun ada akhirnya. Ya, pemain berdarah Suriname itu akhirnya memilih gantung sepatu dari dunia sepakbola di tahun 2008.
Meski sudah pensiun, Kluivert tetap mau berkecimpung di dunia sepakbola. Saat ia bermaksud mencoba peruntungan karier di dunia kepelatihan, lagi dan lagi, ia kembali ditolong oleh sang mentor.
Di tahun 2008, ia ditunjuk membantu Van Gaal sebagai pelatih penyerang di AZ Alkmaar. Kluivert di situ membimbing para striker seperti Mounir El-Hamdaoui maupun Graziano Pelle. Hasilnya mengejutkan, baru semusim Mounir El-Hamdaoui langsung bisa jadi top skor Eredivisie dengan 23 gol. Tak hanya itu, kolaborasi Van Gaal dan Kluivert mampu memberikan gelar Eredivisie pertama kali bagi AZ Alkmaar.
Bak dua sejoli yang selalu setia, Kluivert dan Van Gaal akhirnya hengkang bersama dari AZ pada tahun 2009. Mereka punya alasan yang berbeda saat hengkang. Van Gaal hengkang untuk menerima pinangan Munchen, lalu Kluivert hengkang karena ingin menempa karier kepelatihannya secara mandiri, tanpa cawe-cawe Van Gaal.
Selama Van Gaal coba mengukir sejarah di Jerman, Kluivert berpetualang menjadi asisten Ange Postecoglou di Brisbane Roar, menjadi pelatih penyerang Nijmegen, lalu menjadi pelatih kepala Jong Twente.
Timnas Belanda Dan Kritik
Lama tak bersua, akhirnya Van Gaal dan Kluivert dipertemukan kembali di tahun 2012. Ketika Van Gaal diangkat jadi pelatih Timnas Belanda, ia langsung menelepon Kluivert untuk disuruh jadi asistennya.
Inilah kesempatan pertama duet Kluivert dan Van Gaal berkolaborasi untuk memberikan sumbangsih bagi negaranya. Ada cerita menarik pencapaian mereka berdua di De Oranje saat itu. Mereka mencatatkan pencapaian tak terkalahkan di fase Kualifikasi Piala Dunia 2014 hingga babak semifinal Piala Dunia 2014.
Masih ingat momen gol Van Persie ala pesawat terbang ke gawang sang juara bertahan Piala Dunia 2010? Ya, itulah awal mula perjalanan kolaborasi Van Gaal dan Kluivert di Piala Dunia 2014, hingga akhirnya berbuah juara ketiga.
Namun di balik kisah manis itu, Van Gaal dan Kluivert menuai banyak kritik tentang gaya permainannya. Mereka dikritik media lokal Belanda karena sudah meninggalkan pakem pola 4-3-3 menyerang khas Belanda. Sebab, Van Gaal dan Kluivert saat itu berani ambil resiko merevolusi skuad De Oranje dengan pola 3 bek.
Hampir Bersama Di MU
Pasca berkolaborasi membawa nama harum negara, mereka kembali berpencar. Ada cerita menarik juga menurut pengakuan Kluivert kepada ESPN. Saat Van Gaal menangani MU, Kluivert sebenarnya ingin diangkutnya menjadi asisten. Kluivert awalnya sudah menyetujuinya, namun akhirnya gagal.
Pihak Red Devils saat itu ingin sosok Ryan Giggs yang menjadi asisten Van Gaal. Giggs dianggap lebih tahu seluk beluk budaya di Setan Merah. Alhasil, Kluivert pun diberi tahu Van Gaal, untuk melanjutkan kariernya sebagai pelatih kepala di tempat lain.
Lama Berpisah, Menuju Indonesia?
Pasca gagal bersua di Old Trafford, mereka lama tidak bertemu. Begitupun ketika Van Gaal dipercaya menangani De Oranje menuju Piala Dunia 2022. Kluivert memilih tak lagi bersama Van Gaal karena sedang fokus menangani Curacao.
Sejak itu, mereka berdua sudah tak ada kabar. Namun di tahun 2025, kabar mengenai mereka berdua kembali muncul. Ketika Timnas Indonesia mengontrak Kluivert sebagai pelatih, rumornya Van Gaal akan jadi direktur tekniknya.
Meski sudah banyak bantahan soal Van Gaal jadi direktur teknik, namun ada asumsi liar yang mengatakan bahwa penunjukan Kluivert sebagai pelatih Indonesia, adalah buah dari rekomendasi sang mentor kepada PSSI.
Pada akhirnya, meskipun tidak bersama di Timnas Indonesia, hubungan mereka tetaplah abadi sebagai sahabat setia. Seperti ungkapan diawal video ini bahwa, setia itu tak harus saling bersama kan?
https://youtu.be/-8Fzjlrv4yY
Sumber Referensi : 90min, espn, goal, skysports, transfermarkt, transfermarkt