Kini, Indonesia punya pemain yang bermain di Serie A, Eredivisie, Liga Thailand, hingga kasta kedua Liga Inggris. Namun, enam atau tujuh tahun lalu, hampir tidak ada pemain Indonesia yang mau bermain di luar negeri. Terutama pemain-pemain dari Indonesia Timur. Karena buat apa juga? Bermain di Liga Indonesia adalah zona nyaman.
Ngapain susah payah berkarir di luar negeri? Jauh dari keluarga, terkendala bahasa, nggak bisa makan papeda dan ikan cakalang fufu. Namun, di antara banyaknya yang menolak, ada satu nama dari Timur yang memiliki pola pikir berbeda. Dia adalah Rudolof Yanto Basna. Di saat banyak pemain memilih untuk stay di Indonesia, Basna justru meniti karir di Thailand dari nol.
Perjuangannya bahkan sempat jadi inspirasi pemain-pemain lain. Namun, kini namanya tak terdengar lagi. Apa kabar Yanto Basna sekarang?
Daftar Isi
Kemunculan Bersama Mitra Kukar
Sebelum membahas bagaimana perjuangan Yanto Basna membangun karir di Thailand, kita akan sedikit membahas bagaimana perkenalan dirinya kepada publik sepakbola Indonesia. Tak seperti pemain Timur pada umumnya, Yanto Basna tidak memulai karir dari Persipura Jayapura. Selepas dari SSB di Kota Sorong, dirinya langsung bergabung dengan diklat.
Masih ingat dengan program SAD Uruguay? Proyek yang menerbangkan pemain-pemain muda Indonesia ke Uruguay untuk menimba ilmu sepakbola? Nah, Yanto Basna termasuk dalam proyek itu pada tahun 2012. Dirinya jadi angkatan pertama dari anak timur yang ke sana.
Karena tiga tahun sebelumnya penjaringan bakat SAD Uruguay hanya seputar Pulau Jawa saja. Singkat cerita, setelah program itu rampung, ia tidak pulang ke Papua, melainkan ke klub asal Kutai Kartanegara, Mitra Kukar pada tahun 2014. Kompetisi resmi pertama yang diikuti oleh Yanto adalah Piala Jenderal Sudirman. Dan dari situ publik Indonesia tahu, siapa Rudolof Yanto Basna ini.
Di kompetisi tersebut, Yanto keluar sebagai pemain terbaik. Padahal usianya baru 20 tahun. Saking hebatnya, dia sempat dikira pemain asing dari Benua Afrika. Karena memang, gaya bermainnya tidak mencerminkan pemain-pemain Timur pada umumnya. Ia lebih tenang dan dewasa dalam bagaimana cara mengambil bola.
Yanto kala itu sukses menyingkirkan dua pesaingnya, yang notabene seorang penyerang. Mereka adalah Cristian Gonzales dan Nur Iskandar. Penghargaan ini menjadi bonus tersendiri bagi Yanto, usai dirinya membantu Mitra Kukar menjuarai Piala Jenderal Sudirman dengan mengalahkan Semen Padang di final.
Naik Turun di Liga Indonesia
Usai penampilan impresifnya di turnamen tersebut, nama Yanto Basna langsung jadi komoditas panas di bursa transfer Liga Indonesia. Dirinya juga dipanggil untuk membela Timnas Indonesia di Piala AFF 2016. Selain itu, Yanto juga diminati banyak klub lokal. Dari banyaknya tawaran, Yanto memilih Persib Bandung sebagai kelanjutan karirnya. Persib dipilih karena baru menjuarai Liga Indonesia tahun 2014.
Namun, bergabung dengan Maung Bandung jadi sebuah pertaruhan bagi Yanto. Jika bermain bagus, dirinya pasti akan semakin dikenal dan karirnya kian melejit di persepakbolaan Tanah Air. Namun, jika dirinya gagal membuktikan kualitas, sudah jelas, karirnya akan habis di Bumi Pasundan.
Hal yang ditakutkan pun terjadi. Beberapa bulan awal bermain untuk Persib, Yanto tampil sangat buruk. Itu karena dirinya tidak dimainkan di posisi terbaiknya. Di bawah asuhan Dejan Antonic, Yanto justru diturunkan sebagai bek kanan, bukan bek tengah.
Namun, emang dasarnya Mental Timur, persetan dengan posisi. Yang penting, main aja. Sialnya, Yanto cukup sulit untuk beradaptasi dengan peran barunya. Hingga akhirnya Yanto dilepas ke Sriwijaya FC pada tahun 2017. Di Palembang, performa Yanto membaik. Osvaldo Lessa paham betul bagaimana cara memaksimalkan Yanto.
Menentang Takdir dan Ditipu Agen
Kembali ke performa yang stabil, Persipura pun memanggil pulang. Panggilan ini bak sebuah panggilan dari leluhur. Sudah selayaknya pemain Indonesia Timur membela Persipura. Jika pemain Papua tak membela Persipura, kayaknya kurang afdol aja gitu. Namun, Yanto menentang takdir anak timur. Yanto ngotot ingin mengembangkan karirnya di luar negeri.
Mendengar itu, banyak klub Asia Tenggara yang menawarkan kontrak kepada agen Yanto Basna. Kebanyakan dari Malaysia. Pada tahun 2018, Kuala Lumpur FA bahkan menawarkan gaji yang sangat tinggi. Namun, Yanto tidak tertarik dengan gaji tinggi. Dirinya memprioritaskan cari pengalaman di Liga Thailand, liga terbaik di Asia Tenggara saat ini.
Perjalanan Yanto Basna untuk berkarier di Liga Thailand pun tidak mulus. Ia bahkan sempat kena tipu oleh seorang agen pemain. Yanto sempat dijanjikan bermain untuk BG Pathum, salah satu klub terbaik saat ini. Namun, setelah tiba di Thailand ternyata itu hanya omong kosong.
Menjadi korban penipuan tidak membuat mantan pemain Persib tersebut patah arang. Ia akhirnya tetap berjuang mencari klub di Thailand dengan cara menghubungi salah satu agen pemain lokal Thailand untuk mencarikannya klub. Alhasil, ketemulah Khon Kaen, klub kasta kedua Liga Thailand saat itu. Pun tidak langsung dikontrak, ia harus ikut seleksi terlebih dahulu baru bisa diterima.
Naik Level ke Liga 1 Thailand
Namanya rejeki nggak ke mana, Khon Kaen justru jadi batu loncatan bagi Yanto Basna. Di klub tersebut, Yanto tampil apik dalam mengawal lini pertahanan. Tampil sebanyak 27 kali di semua kompetisi, Yanto solid dan tak mudah untuk dilewati. Dirinya membantu Khon Kaen finis di urutan keempat klasemen akhir Liga 2 Thailand musim 2018.
Saat itu, Khon Kaen kebobolan 30 gol, itu jadi yang terbaik kedua jika dibandingkan dengan kontestan lain. Bahkan, Yanto dengan cepat jadi idola baru bagi publik Pao Stadium. Fans Khon Kaen sampai menjuluki Yanto Basna sebagai “The Wall of Khon Kaen”. Atau dalam Indonesia berarti Temboknya Khon Kaen.
Performa menjanjikan bersama Khon Kaen, Yanto Basna pun akhirnya dilirik oleh klub kasta tertinggi Thailand, Sukhothai FC tahun 2019 dan akhirnya bergabung dengan klub kasta tertinggi Thailand lainnya, PT Prachuap setahun setelahnya. Prachuap tercatat jadi klub paling lama yang dibela oleh Yanto. Hampir 3 tahun ia di sana.
Cedera Parah
Bersama Prachuap lah badai besar menerjang karir Yanto Basna. Ia mengalami cedera lutut parah pada tahun 2021. Meski harus menepi cukup lama, Prachuap menghargai talenta dan performa Yanto selama ini. Maka dari itu, klub tetap memperpanjang kontraknya satu tahun lagi. Tapi ya gitu, Yanto sama sekali tidak bermain di musim keduanya.
Daripada di Thailand, Yanto Basna pun meminta izin klub untuk pulang ke Indonesia. Alasannya, untuk mempercepat pemulihan. Karena jika dekat dengan keluarga, psikologis Yanto tetap terjaga. Selama di Indonesia, Yanto mengisi waktu dengan beberapa kegiatan positif. Ia juga sempat muncul di podcast-podcast Indonesia yang bertemakan olahraga.
Januari 2022, kontraknya bersama Prachuap habis. Cedera yang belum pulih 100% membuatnya memilih untuk menganggur terlebih dahulu. Setidaknya butuh waktu enam bulan sampai akhirnya Yanto mendapat klub baru. Kala itu, Bhayangkara FC lah yang mengontrak Yanto.
Semusim di Bhayangkara, Yanto justru mengambil langkah karir yang mengejutkan. Ia pindah ke klub kasta kedua, Kalteng Putra pada tahun 2023. Dikontrak selama satu musim, Yanto tidak memenuhi durasi kesepakatan. Pada Januari 2024, ia meminta izin kepada manajemen Kalteng untuk kembali merantau ke Thailand.
Menginspirasi
Menariknya, PT Prachuap lah yang memberikan kesempatan kedua pada Yanto. Mereka seakan kurang puas dengan periode pertama karena Yanto dibekap cedera. Menurut Prachuap, eks bek Timnas Indonesia itu dinilai punya kualitas yang bagus. Selain itu, Yanto Basna juga direkrut untuk melengkapi kuota pemain ASEAN.
Sayangnya, Yanto hanya diberi kontrak jangka pendek berdurasi enam bulan. Kondisi kebugaran yang tak sama lagi membuat Yanto hanya tampil sekali dalam kurun waktu tersebut.
Walaupun periode keduanya jauh dari kata sukses, tekadnya untuk terus membangun karir di negeri orang telah menginspirasi banyak pemain, terutama dari Indonesia Timur. Setelah Yanto, banyak pemain muda yang berani meninggalkan kenikmatan dan gaji tinggi di Indonesia, demi pengalaman di luar negeri.
Contohnya saja Egy Maulana Vikri, Witan Sulaeman, Saddil Ramdani, dan Pratama Arhan. Bahkan, pemain dari Indonesia Timur pun mulai berani mengambil resiko. Sebut saja seperti Asnawi Mangkualam, Terens Puhiri, David Laly dan Todd Rivaldo Ferre.
Kini, giliran generasi yang lebih muda untuk mencoba. Yanto yang sudah habis kontrak di Prachuap pun memilih pulang. Berstatus tanpa klub, ia merampungkan pendidikan S2 dan kembali ke Jayapura. Mungkin akan indah jadinya jika bisa melihat Yanto Basna membela Persipura suatu saat nanti.
https://youtu.be/FNpWZ18PqkE
Sumber: Kompas, Vocket, Panditfootball