Jelang pertandingan melawan Jepang, Erick Thohir gagal mengumumkan Ole Romeny sebagai kejutan bagi para pecinta sepakbola Indonesia. Itu karena Erick sudah kecolongan lebih dulu oleh salah satu warga X. Melalui kamera paparazzi, salah satu pengguna X membagikan foto Ole Romeny yang sedang berada di rumah sakit kawasan Cibubur, Jakarta Timur.
Karena sudah kepalang tanggung, Ole pun tak lagi disembunyikan oleh PSSI dan dipersilahkan menonton pertandingan Indonesia vs Jepang di tribun VVIP Gelora Bung Karno. Kemunculannya di GBK pun membuat masyarakat geger. Sebab, Ole adalah pemain yang sudah ditunggu-tunggu oleh fans. Dirinya dianggap bisa jadi solusi dari tumpulnya lini depan Timnas Indonesia. Lantas, sehebat apa Ole Romeny?
Daftar Isi
Sebelumnya Sempat Bimbang
Sebelum akhirnya berfoto dengan Erick Thohir, Ole Romeny adalah pemain yang sama dengan Mees Hilgers dan Kevin Diks. Ole perlu waktu lama untuk mengatakan “Iya” pada tawaran PSSI. Itu wajar, karena pada tahun 2023, saat Ole mendapat panggilan pertama dari PSSI, usianya masih 23 tahun.
Itu jadi usia yang terlampau muda untuk langsung memilih Timnas Indonesia sebagai kelanjutan karir internasionalnya. Apalagi Ole paham bahwa Belanda juga sedang krisis penyerang jempolan. Ia merasa masih memiliki peluang yang besar untuk dipanggil Ronald Koeman.
Dirinya enggan menutup diri dari tawaran PSSI, tapi Timnas Belanda masih jadi prioritasnya saat itu. Namun, setelah pertimbangan matang dan beberapa kali melakukan komunikasi langsung dengan Erick Thohir, Ole Romeny pun luluh. Dirinya memutuskan bergabung setelah terpukau dengan kinerja dan proyek Timnas Indonesia selama satu tahun terakhir.
Menariknya, yang memegang peran penting dalam pengambilan keputusan Ole bukan Erick, melainkan Ragnar Oratmangoen. Mengapa demikian? Karena Ragnar adalah kawan karib Ole sejak dari akademi NEC Nijmegen. Dilansir Suara.com, Wak Haji berusaha membujuk Ole ketika tahu PSSI sedang mencari striker bagus. Ragnar meminta Ole untuk mempertimbangkan tawaran PSSI.
Ragnar merasa akan bagus jika Skuad Garuda memiliki striker sepertinya. Skuad asuhan Shin Tae-yong sudah terbentuk dengan cepat selama satu tahun terakhir. Namun, STY masih membutuhkan sosok goal getter di lini depan. Dan Ragnar ingin Ole mengisi posisi tersebut.
Berbakat Sejak Dini
Tapi, apakah yang dikatakan Ragnar Oratmangoen bisa dipertanggungjawabkan di lapangan? Tentu akan terlalu dini untuk menarik kesimpulan. Karena sumpah WNI aja belum. Proses Ole Romeny menuju striker Timnas Indonesia masih panjang. Tapi, kita bisa memproyeksikannya melalui sepak terjang Ole di dunia sepakbola.
Di tanah kelahirannya, yakni Nijmegen, Ole Romeny tumbuh sebagai bakat sepakbola yang menjanjikan. Sudah menimba ilmu di NEC Nijmegen sejak 2011, Ole memang difokuskan untuk bermain sebagai striker sejak kecil. Kala itu, Nijmegen masih berlaga di kasta kedua sepakbola Belanda. Maka dari itu, tak butuh waktu lama bagi Ole untuk menembus skuad utama.
Ole Romeny bahkan sudah bermain untuk skuad utama Nijmegen sejak usianya masih 17 tahun. Namun, posisi striker utama baru bisa diamankan Ole pada musim 2019/20 saat usianya menginjak 20 tahun. Bermain sebanyak 27 pertandingan di Keuken Kampioen Divisie, Ole mengemas 10 kontribusi gol dengan rincian 8 gol dan dua assist.
Berkat performanya di musim itu, Ole telah menarik perhatian klub-klub top Eropa. Menurut arsip Football Espana, Ole Romeny sempat masuk radar Real Sociedad, Norwich City, Leeds United, Brentford, dan beberapa klub papan tengah Liga Jerman dan Italia. Tahun 2020, Nijmegen diragukan untuk promosi ke kasta tertinggi, jadi klub-klub tersebut mulai bergerak untuk memantau situasi Ole.
Namun, yang paling mencengangkan bukan itu. Football Espana menyebut bahwa Manchester City asuhan Pep Guardiola juga berada di antrian yang sama untuk mendapatkan Ole. Itu berarti, bakat Ole sudah mendapat pengakuan dari Txiki Begiristain selaku direktur olahraga City.
Gaya Bermain
Kapan lagi woi punya striker yang pernah ditaksir sama Manchester City dan Real Sociedad? Gokil sih ini. Sayangnya status Ole cuma sampai “diincar” saja. Kesepakatan itu tak pernah terjadi karena Nijmegen lebih memilih untuk meminjamkan Ole ke Willem II musim 2020/21. Apakah dengan begitu sudah cukup untuk menyebut Ole Romeny sebagai penyerang hebat? Tentu saja belum.
Karena ada kehebatan-kehebatan lain yang harus kalian tahu. Dari segi gaya bermainnya misal. Pemain yang kini memperkuat FC Utrecht itu dikenal sebagai penyerang tengah yang memiliki mobilitas tinggi. Meski berpostur 185 cm, dirinya bukan cuma jadi pemantul bola di lini depan. Dirinya sering berkeliaran di sektor sayap dan menjemput bola ke area setengah lapangan.
Kita semua tahu, pemain yang nggak mager adalah kesukaan Coach Shin dan Ole lolos standar itu. Selain mobilitas, Ole unggul dalam hal penguasaan bola. Dirinya memiliki dribble dan akselerasi yang sangat baik. Di media sosial bahkan sudah beredar luas bagaimana Ole cukup sering melakukan dribble progresif dengan cara melewati lawan.
Dan yang terpenting, Ole merupakan pemain yang bisa bermain di berbagai posisi. Ole memang bermain sebagai striker tengah. Selama karir profesionalnya, ia sudah memainkan posisi tersebut sebanyak 77 kali. Namun, selain posisi tersebut, Ole juga sering diturunkan sebagai pemain sayap dan gelandang serang.
Menurut situs Transfermarkt, pemain yang kabarnya punya darah Medan itu tercatat pernah 50 kali bermain sebagai sayap kiri, 47 kali sebagai sayap kanan, dan 14 kali sebagai gelandang serang. Fleksibilitas ini kabarnya jadi salah satu alasan mengapa Shin Tae-yong dan PSSI ngebet banget datengin Ole.
Keunggulan Lain
Eits, belum selesai, masih ada keunggulan lain yang ditawarkan oleh calon striker Timnas Indonesia ini. Dengan posturnya yang tinggi, Ole bisa diandalkan dalam duel udara. Dilansir Fbref, Ole mampu mencatatkan 1,37 duel udara per 90 menit dengan tingkat kesuksesan mencapai 91%.
Sebagai striker, dirinya juga tampil efektif saat menghadapi peluang. Menurut FotMob, dari sepuluh tembakan yang dilepaskan Ole musim ini, enam diantaranya menyasar gawang. Nah, dari enam tembakan on target itu, Ole sudah mencetak dua gol. Itu menandakan bahwa penyerang FC Utrecht itu mampu memaksimalkan peluang yang didapat.
Secara keseluruhan, Ole Romeny telah mengemas 41 gol dan 15 assist dalam 191 pertandingan di semua jenjang kompetisi. Mungkin yang jadi kelemahan Ole adalah kemampuan passing-nya. B aja gitu. Dia cuma punya akurasi umpan di angka 74,8%. Statistik itu dicatatkan di rumput stadion Belanda yang bagus dan rata. Nggak bisa bayangin gimana berantakannya passing Ole kalau main di GBK.
Bagaimana STY Menggunakannya?
Lantas, bagaimana Ole Romeny bisa menyesuaikan diri di lini depan Indonesia? Di situ kan sudah ada Ragnar Oratmangoen dan Rafael Struick. Justru itu, Ole dapat membentuk trio dengan mereka dalam skema 3-4-3. Jika Ole ditempatkan sebagai penyerang nomor 9, maka kedua pemain itu bisa kembali ke posisi aslinya sebagai sayap. Soal siapa yang akan menempati sayap kanan dan kiri, itu bisa dipikir nanti.
Karena ketiganya merupakan pemain versatile dan memiliki daya jelajah yang tinggi, mereka bisa switch play dari kiri ke kanan, kanan ke tengah, dan begitu pun sebaliknya. Mungkin, nantinya Ole tak melulu yang jadi sasaran umpan di kotak penalti. Bisa saja Ragnar atau El Klemer.
Meski demikian, Ole diperkirakan akan tetap menanggung tuntutan mencetak gol yang lebih besar karena statusnya sebagai seorang striker tengah. Tugas kita sebagai fans adalah mengendalikan ekspektasi masing-masing.
Ole Romeny juga manusia biasa. Butuh adaptasi dan proses pembelajaran. Jadi mimin minta tolong banget nih, kalau nantinya Ole nggak langsung cetak gol di laga debut, kalian jangan menghujat sang pemain. Dukung dan percaya saja pada prosesnya. Insyaallah, usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Sumber: Bola.com, Suara Merdeka, Liputan6, Football Espana