Pedro Rodriguez Ladesma adalah salah satu pemain yang paling underrated. Namun, siapa sangka Pedro yang punya segudang trofi itu sebenarnya termasuk pemain yang telat mekar?. Ia lahir di sebuah pulau bernama Tenerife. Baru di usia 17 tahun dirinya pindah ke daratan Spanyol, ketika ia ditawari untuk masuk ke La Masia.
Daftar Isi
Pemain yang Telat Mekar
Ia kelahiran tahun 1987, artinya seharusnya Pedro bisa satu angkatan dengan Messi, Fabregas dan Gerard Pique. Tapi ketika dirinya baru masuk La Masia di tahun 2004, Messi, Fabregas, dan Pique sudah mulai merintis karir senior mereka.
FC Barcelona’s Class of 87.
Plenty of amazing talents such as Leo Messi, Gerard Piqué, Cesc Fàbregas, Franck Songo’o, Víctor Vázquez, Marc Valiente, Marc Pedraza, Toni Calvo, Sito Riera.
Coached by Tito Vilanova among the others.
La Masia’s best team ever. pic.twitter.com/u28F54ZqIk
— Football Talent Scout – Jacek Kulig (@FTalentScout) January 2, 2022
Fabregas bahkan sudah menandatangani kontrak dengan raksasa Premier League, Arsenal sejak tahun 2003. Pique juga sudah pindah ke Premier League untuk memperkuat Manchester United. Sementara Lionel Messi sudah tampil reguler di depan puluhan ribu publik Camp Nou tiap minggunya. Di lain sisi Pedro masih berjuang di Barcelona B, tim junior Barca.
Meskipun begitu, ia berada di tangan yang tepat. Di Barcelona B ia dilatih oleh Pep Guardiola yang nantinya akan berperan besar dalam karirnya. Ia dan Guardiola, bersama dengan Sergio Busquets membawa Barcelona B yang tadinya terdegradasi ke Divisi empat naik ke Segunda B atau divisi ketiga. Itu musim yang diingat oleh Pedro, sebab dari situ ia bisa mendapatkan kesempatan bermain di tim senior pada pertandingan Copa Del Rey.
Menjelang musim 2008/09 dimulai, Pep Guardiola mendapatkan promosi ke tim utama Barcelona setelah Frank Rijkaard hengkang dari kursi kepelatihan. Ini adalah tiket utama Pedro untuk bisa menembus tim utama di usianya yang sudah menginjak 20-an tahun.
ON THIS DAY: In 2007, Pep Guardiola was appointed as manager of Barcelona B.
2009: First treble by a Spanish side
2018: First 100-point Premier League season
2019: First domestic treble in EnglandIt was just the start of things to come. pic.twitter.com/1Vqvx3vsIK
— Squawka (@Squawka) June 21, 2019
Meskipun begitu, ia tidak langsung jadi pemain reguler di tim utama. Pedro beberapa kali tampil di pertandingan pra musim. Di musim itu, total ia hanya mengemas 14 penampilan di semua kompetisi. Setidaknya ia bisa merasakan laga final Liga Champions melawan Manchester United meskipun hanya bermain di menit 90 menggantikan Iniesta.
Perjuangan di Tim Utama
Musim 2008/09 Itu jadi musim terbaik Pep Guardiola bersama Barcelona. Di musim pertamanya menjadi pelatih utama, ia berhasil mendapatkan gelar treble yang bersejarah. Menjelang musim 2009/10 ia mengkonfirmasi dan memastikan Pedro akan mendapatkan promosi ke tim utama. Usianya sudah menginjak 22 tahun saat itu
Tapi, perasaan bahagia Pedro hanya bertahan sebentar. Pasalnya, Barcelona juga sudah mendatangkan penyerang baru. Dia adalah Zlatan Ibrahimovic yang mencuri perhatian bersama Inter Milan saat itu. Barcelona menghabiskan dana sebesar 45 juta euro ditambah Samuel Eto’o demi mendatangkan raksasa asal Swedia itu.
In 2009, Barcelona bought Zlatan Ibrahimović for 60m€. Inter also got Samuel Eto’o out of the deal and used the money to buy Sneijder, Milito, Pandev, Motta and Lucio. 10 months later, Inter won the treble.
The greatest bargain in football history. pic.twitter.com/xGEPpP4HNY
— IM🇵🇹 (@Iconic_Mourinho) September 25, 2022
Sudah jelas bagi Pedro bahwa dia tidak akan menjadi langganan starting eleven Guardiola saat itu. Ditambah, Ia bukan pemain yang berusia 17 tahunan lagi. Meskipun begitu, Pedro tidak patah arang. Ia selalu memanfaatkan kesempatan yang datang padanya untuk tampil maksimal.
Seperti pada pertandingan UEFA Super Cup tahun 2009 melawan Shakhtar Donetsk. Ketika Lionel Messi dan Ibrahimovic tidak mampu memecah kebuntuan di laga tersebut. Pep Guardiola kemudian memasukan Pedro di menit ke-81 menggantikan Ibrahimovic. Ia pun bisa mencetak gol kemenangan di menit ke-115.
Pundi-pundi gol datang darinya di sisa musim 2009/10. Kebanyakan gol tersebut tercipta dari bangku cadangan. Di akhir musim debutnya, ia mencatatkan 23 gol dari 53 penampilan di semua turnamen. Ia bahkan tercatat sebagai pemain pertama yang mampu mencetak gol dalam enam kompetisi bergengsi dalam satu musim.
Di musim tersebut, Pedro bersama Barcelona mendapatkan gelar Supercopa Espana, UEFA Super Cup, dan piala dunia antar klub. Sekaligus mempertahankan gelar La Liga mereka.
Masa Emas Bersama Barcelona
Degan peran besarnya dalam mempertahankan gelar La Liga. Juga memiliki peran penting dalam perjalanan Pep Guardiola mengangkat enam trofi di tahun 2009, Pedro pun menandatangani kontrak selama lima tahun di Barcelona.
Di musim 2010/11 menjadi musim emasnya. Dimulai dari dirinya yang termasuk dalam skuad timnas Spanyol yang berjaya di Piala Dunia 2010. Pedro kemudian masuk dalam jajaran starting eleven reguler Barca untuk musim 2010/11. Ia bahkan mencetak gol dalam pertandingan El Clasico yang berakhir dengan skor 5-0 itu.
Penampilan yang apik dari Pedro masih ia tunjukan sampai ke laga final melawan Manchester United. Kali ini tidak seperti dua tahun sebelumnya, ketika dirinya hanya tampil di menit akhir sebagai penghibur. Kali ini ia adalah senjata utama Guardiola.
Sebelum laga final champions dimulai, media memprediksi siapa yang akan menjadi pembeda di laga tersebut. Muncul nama-nama umum seperti Lionel Messi, Xavi, Andres Iniesta, dan David Villa. Tapi justru Pedro lah yang mencetak gol pembuka di pertandingan itu.
Pedro memang tidak punya kemampuan teknis seperti Lionel Messi atau Andres Iniesta. Tapi kemampuan finishing nya luar biasa. Pep Guardiola juga sempat mengatakan kalau kemampuan finishingnya lebih bagus daripada Messi. Tidak hanya itu saja, ia selalu bekerja keras untuk tim dan tidak pernah terlihat berhenti berlari. Itulah yang membuatnya spesial.
Masa Suram di Catalan
Di musim setelahnya, 2011/12 adalah musim dimana karir Pedro mulai meredup di Camp Nou. Kedatangan Cesc Fabregas dan Alexis Sanchez membuat ia kembali tersingkirkan. Jose Mourinho sukses menggulingkan dominasi Barcelona di La Liga melengkapi masa suramnya di Catalan.
Alexis Sanchez was a different gravy at Barcelona 🇨🇱 pic.twitter.com/FAiShViMfz
— GOAL (@goal) August 3, 2022
Ia masih bisa mempersembahkan Copa del Rey dengan mencetak dua gol di laga final melawan Atletico Madrid. Tapi itu adalah trofi terakhir yang ia persembahkan untuk Pep di Barcelona. Pelatih berkepala plontos itu hengkang dan memilih untuk cuti selama setahun di New York sebelum kembali melatih untuk Bayern Munchen di tahun 2013.
Pedro pun sendirian, tanpa pelatih yang membentuk kesuksesannya selama ini. Setelah masa singkat Tito Vilanova di Barca habis, datanglah Tata Martino sebagai pelatih baru Barcelona. Ia membawa bakat baru yang sensasional waktu itu, Neymar ke Camp Nou.
Pedro tentu terancam, seperti ketika di musim debutnya ia kembali harus bersaing dengan seorang superstar untuk memperebutkan tempat utama. Tapi kali ini berbeda, tidak ada Pep Guardiola yang rela membangku cadangkan Thierry Henry dan mempercayakan Pedro di starting line up.
Pedro sebenarnya ditawari untuk pindah dari Barcelona. Paris Saint-Germain membuka lebar pintu masuk bagi sang pemain. Tentu saja, di PSG ia akan jauh lebih banyak mendapatkan menit bermain. Tapi ia menolak. Hatinya masih di Camp Nou. Ia berkata “yang saya pikirkan hanyalah berhasil di Barcelona.”
Kesetiaan Pedro seperti tidak dihiraukan oleh takdir setelah Blaugrana mendatangkan Luis Suarez di tahun 2014. Bomber asal uruguay itu melengkapi ujung tombak trisula bersama dengan Messi dan Neymar. Membuat peran Pedro semakin sedikit di tiap laga. Trio MSN jadi perbincangan dimana-mana. Apalagi setelah bersama Luis Enrique, mereka mendapatkan gelar treble di musim 2014/15.
Berpisah dengan Barcelona
Meskipun begitu, Pedro masih bisa sekali lagi menjadi pahlawan Barca. Tepatnya ketika Barca menghadapi Sevilla di UEFA Super Cup 2015. Setelah Messi CS menyia-nyiakan keunggulan 4-1, laga dilanjutkan ke babak tambahan waktu. Di menit ke-115 Pedro hadir sebagai juru selamat dengan mencetak gol kemenangan. Seperti yang ia lakukan pada tahun 2009 lalu di kompetisi yang sama.
Itu adalah hadiah terakhir Pedro untuk Barcelona. Dua minggu kemudian ia hengkang. Jose Mourinho yang saat itu sudah menjadi pelatih Chelsea dengan senang hati menampungnya. Mourinho berkata “kami sekarang punya pemain terbaik di dunia.”
Messi pun mengucapkan selamat tinggal kepadanya dengan berkata “Kami menginginkan yang terbaik untuknya, setelah apa yang ia berikan kepada klub.” Di barcelona, Pedro sudah mendapatkan 6 trofi La Liga, 4 Copa Del Rey, 3 Liga Champions, 3 Super Cup, dan 3 Piala dunia antar klub. Namun, dirinya tidak pernah mendapatkan penghargaan individu bergengsi.
Sumber referensi: These Football Times, B/R, Guardian, UEFA, Transfermarkt, Independent