Di tahun 2013, Leicester City harus rela jadi korban salah satu pertandingan play off Championship paling dramatis dalam sejarah. Gol serangan balik dari Troy Deeney yang ikonik itu membawa Watford lolos babak semifinal play off. Sekaligus memupuskan harapan Leicester untuk naik kasta ke Premier League. Jamie Vardy hanya mampu duduk di bangku cadangan saat itu. Menyaksikan timnya terpuruk karena gagal promosi.
Itu adalah Musim 2012/13. Yang juga merupakan musim pertama Vardy di Leicester setelah dibeli dari klub liga semi profesional di Inggris dengan biaya sebesar 1 juta pounds. Jumlah yang bahkan sampai satu dekade kemudian, masih jadi rekor pembelian pemain dari non-Liga termahal di Inggris.
Sayangnya musim pertamanya bersama the foxes memang tidak terlalu baik. Ia lebih sering jadi pemanis bangku cadangan. Tapi seiring berjalannya waktu Vardy bertransformasi. Dan yang terpenting, Vardy telah membuktikan, ia layak menyandang rekor pemain non-Liga termahal dalam sejarah Inggris. Ini adalah perjalanan fenomenal seorang pesepakbola yang menciptakan dongengnya sendiri.
Daftar Isi
Dari Buruh Pabrik Jadi Striker Amatir Paling Mematikan
Vardy memang dikenal luas sebagai penyerang yang telat berkembang atau baru gacor saat usianya sudah tua. Meskipun begitu, Vardy sudah bermain sepak bola sejak kecil. Sebab menjadi pesepakbola dan bermain di Premier League adalah impiannya.
Ia lahir di kota Sheffield, dengan kultur sepak bola yang kuat dan dua klub bersejarah yang berkuasa di kota tersebut. Mereka adalah Sheffield United dan Sheffield Wednesday. Vardy sendiri sempat bergabung di akademi Sheffield Wednesday, tapi ia dianggap terlalu kurus dan kecil. Sehingga saat usianya 18 tahun Vardy dibuang begitu saja.
Vardy merasa karirnya sudah habis. Ia akhirnya melupakan mimpinya untuk jadi pesepakbola dan memilih bekerja di pabrik. Jelas ini bukan takdir yang Vardy inginkan. Ia pun mengambil satu kesempatan lagi. Vardy akhirnya bergabung dengan klub semi-profesional dari kasta ke-7 Stocksbridge Park Steels.
In 2007, Jamie Vardy made his FA Cup debut for 8th tier Stocksbridge in the preliminary rounds after being released by Sheffield Wednesday.
— SPORTbible (@sportbible) January 11, 2022
Today, he is a FA Cup and Premier League winner. He is an iconic striker who won't be forgotten any time soon.
Happy Birthday, Jamie. pic.twitter.com/K92YddGhel
Ia bergabung di tahun 2003. Tapi baru di tahun 2007 lah Vardy bisa menembus tim utama Stocksbridge. Setelah jadi pencetak gol utama dengan menciptakan 66 gol, Vardy mulai memikat perhatian Halifax Town. Disitu Vardy jadi top scorer klub dengan 26 gol dan jadi pemain terbaik sekaligus membawa Halifax Town promosi ke divisi 6.
Jadi Pemain Non Liga Termahal
Setahun setelahnya, atau di tahun 2011, Vardy pindah ke klub divisi ke-5 Fleetwood Town FC. Disinilah ia mulai menunjukan diri sebagai striker paling tajam di liga semi profesional. Di musim 2011/12, Vardy mencetak 31 gol dan 17 assist hanya dari 36 pertandingan liga.
Harga Vardy pun langsung naik. Fleetwood mematok harga 150 ribu pounds bagi siapa saja yang ingin memboyong Vardy. Dari situ Vardy sebenarnya sudah diincar banyak klub Championship atau divisi kedua. Dari Peterborough, Huddersfield, sampai Crewe.
Tapi semua klub tersebut menganggap kalau harga Vardy kemahalan. Mereka mengira untuk seorang pemain dari liga semi profesional bisa menembus label harga lebih dari 100 ribu pounds, adalah pemain muda yang hebat. Sedangkan usia Vardy saat itu sudah 25 tahun. Dimana biasanya usia saat seorang pemain sepak bola hanya punya maksimal dua tahun lagi sebelum performa mereka menurun.
Tapi salah satu klub dari Championship, yaitu Leicester City berpikir hal lain. Leicester sedang berusaha kembali ke Premier League sejak terakhir kali degradasi di musim 2003/04. Sejak itu pula mereka telah berganti kepemilikan. Sampai di tahun 2010, konsorsium dari Thailand atas nama Asian Football Investment mengambil alih klub.
Ambisi besar untuk promosi ke Premier League dari pemilik baru membuat Leicester tidak tanggung-tanggung dalam membeli pemain. Dan mereka percaya Vardy yang punya portofolio mencetak 31 gol dan 17 assist dari 36 pertandingan adalah orang yang tepat untuk mengisi kepingan puzzle yang hilang.
Jamie Carragher has claimed that Leicester's £1million signing of Jamie Vardy is the BEST transfer in football history! Agree? 👇😳 pic.twitter.com/98VzAZxN4g
— Football Hub (@FootbalIhub) February 14, 2021
Akhirnya pelatih the foxes saat itu, Nigel Pearson berhasil meyakinkan para pemilik baru untuk membeli Vardy. Dan tak tanggung-tanggung, uang sebesar 1 juta pounds pun mereka keluarkan untuk mendatangkan Vardy. Angka tersebut, sampai saat ini masih jadi rekor pemain non-liga termahal di Inggris dalam sejarah.
Steve Walsh
Tapi pertanyaannya, bagaimana Leicester sampai rela mengeluarkan uang sebesar itu? Well, orang yang bertanggung jawab atas penandatanganan Vardy bukan hanya Nigel Pearson. Tapi juga Steve Walsh sebagai asisten pelatih sekaligus pencari bakat di Leicester saat itu. Dia adalah orang yang bertanggung jawab mengamati perkembangan Vardy sebelum dibeli Leicester.
🔎 Lets take a moment to appreciate the shrewdest man in football… former Leicester City scout Steve Walsh was responsible for the signings of:
— Betting Hub (@BettingHub) May 6, 2021
N'Golo Kante €9 million
Jamie Vardy £1 million
Riyad Mahrez €500k
Who's your teams biggest bargain buy? 😮 pic.twitter.com/DCkmMJzQkX
Mengenal sedikit soal Steve Walsh, ia adalah salah satu tokoh kenamaan di balik sepak bola Inggris. Sir Alex Ferguson pernah berkata: “Dia adalah orang paling berpengaruh dan paling penting di Premier League”
Itu bukan statement yang berlebihan. Walsh adalah orang dibalik bakat-bakat hebat yang bermain di Premier League. Sebelum di Leicester, ia pernah bekerja sebagai asisten Mourinho di Chelsea. Di situ, ia adalah orang yang menulis laporan soal para pemain incaran Mou seperti Gianfranco Zola, Didier Drogba, dan Michael Essien.
Khusus untuk Vardy, Walsh mengaku ia sudah mengamatinya sejak Vardy masih bermain di Stocksbridge. Tapi yang membuat Walsh yakin adalah saat ia menonton pertandingan FA Cup antara Fleetwood melawan Yeovil yang merupakan tim divisi diatasnya. Di laga itu Vardy berhasil mencetak gol sekaligus membuat skor 2-0 untuk Fleetwood.
Tapi Walsh mengaku kalau ia punya kendala dalam merekrut Vardy. “Dia bukan orang yang pemalu dan tidak ragu untuk menolak klub yang tidak cocok. Saya ingat kami harus menunjukkannya video ia bermain dan menjelaskan bagaimana ia bisa sangat cocok untuk Leicester”
Cara itu juga Walsh terapkan kepada petinggi klub agar mereka mau mengeluarkan uang sebesar 1 juta pounds untuk pemain non-liga. “Saya tidak menyangka kami harus mengeluarkan 1 juta pounds, tapi saat itu Southampton juga mengincarnya” Ucap Walsh dikutip dari The Athletic.
Musim Pertama Yang Sulit
Saat awal-awal diperkenalkan Leicester, penampilan Vardy lebih seperti seorang fans daripada pemain seharga jutaan poundsterling. Penampilan Vardy di lapangan juga tidak mencerminkan pemain non-liga termahal dalam sejarah.
Musim 2012/13, atau musim debutnya bersama the foxes adalah musim yang memalukan untuk Vardy. Dia memulai dengan baik, mencetak empat gol dalam sembilan pertandingan pertamanya. Tapi Vardy hanya mencetak satu gol dari 20 pertandingan selanjutnya.
Vardy memainkan 26 pertandingan di Championship musim itu. Tapi hanya mencatatkan 4 gol dan 4 assist. Ia bahkan tidak dipercaya untuk main di dua leg semifinal play off melawan Watford. Vardy hanya bisa menyaksikan pertandingan dari pinggir lapangan saat timnya kalah dan tidak bisa promosi ke Premier League.
Vardy saat itu memang bukan striker utama Leicester. Di musim 2012/13, the fox sudah punya David Nugent yang mencetak 16 gol. Pada pertengahan musim Leicester juga mendatangkan Chris Wood dari West Brom. Untuk tambahan kompetisi, disitu ada juga pemain pinjaman dari Spurs, Harry Kane. Jadi memang persaingan Vardy sangat ketat.
Selain itu, Vardy juga punya masalah kepercayaan diri. Wajar memang, baru semusim sebelumnya ia bermain di Conference Premier atau divisi ke-5 bersama para pemain semi profesional lainnya. Dan kini ia harus punya target promosi ke Premier League. Tekanannya sangat berat.
Hampir Menyerah
Fakta kalau ia dibeli dengan harga 1 juta pounds tidak membantu perkembangannya. Ekspektasi para pendukung pun jadi beban. Dan ketika Vardy tidak menciptakan gol dan mencapai performa seperti saat ia di Fleetwood, penggemar kecewa. Cap sebagai pemain overpriced atau kemahalan pun melekat.
Disitulah Vardy merasa kalau ia tidak pantas berada di divisi 2. Steve Walsh mengenang saat Vardy bertemu dengan dirinya dan pelatih Nigel Pearson di akhir musim. Vardy mengungkapkan kalau ia ingin pulang ke Fleetwood. Vardy merasa ada banyak pemain yang lebih hebat darinya di Leicester.
“Kami langsung menyuruhnya keluar ruangan dan lakukan yang terbaik. Kami berusaha meyainkan dirinya sangat penting untuk tim. Dan meskipun ia tidak mencetak gol, kecepatan dan skill yang ia miliki bisa membantu tim mencetak gol.” Kenang Walsh.
Yang menjadi masalah Vardy juga tidak hanya kepercayaan diri. Tapi juga kedisiplinan dan profesionalisme sebagai pesepakbola. “Kami tahu saat itu dia tidak menjalani gaya hidup pada dasarnya seorang profesional. Tapi dia bisa cepat belajar dan jauh lebih dewasa.”
Tembus ke Premier League
Satu hal yang bisa kita tahu pasti dalam diri Vardy adalah kerja kerasnya. Saat muncul di pra musim 2013/14, penampilan Vardy berbeda. Bukan hanya karena perban di tangannya. Tapi tubuhnya juga tidak kurus kerempeng lagi. Selama musim panas 2013, Vardy berlatih keras untuk memperbaiki kebugarannya. Di musim sebelumnya, fisik Vardy dinilai masih terlalu lemah dibandingkan pemain lain.
Meskipun begitu, Vardy masih belum jadi striker utama. Tugas itu masih dipegang oleh David Nugent. Sedangkan Vardy punya peran pendukung di belakangnya. Biasanya bermain lebih melebar atau jadi second striker.
Leicester juga mendatangkan striker lain, Kevin Phillips dari Crystal Palace. Pemain senior Premier League itu akan berperan membimbing Vardy. di bawah bimbingannya Vardy mengembangkan kualitas finishing dan seni menjadi striker.
Oh iya, di musim itu juga Leicester membeli Riyad Mahrez dari klub Prancis, Le Havre di pertengahan musim. Ia kan jadi bagian penting skuad. Dan sementara Mahrez mencetak 3 di musim pertamanya bersama the foxes, catatan gol Vardy meningkat drastis.
Di musim 2013/14 Vardy mencetak 16 gol dan 10 assist dalam 37 pertandingan liga. Itu termasuk gol kemenangan melawan Middlesbrough di pekan pertama, kemudian gol tunggal lawan QPR tanggal 21 Desember, kemudian lima gol dari empat pertandingan antara Februari sampai Maret. Momen-momen itu jadi momen penentu nasib Leicester di Championship. Dimana mereka keluar sebagai juara setelah mengoleksi 102 poin.
Jatuh Bangun Musim Pertama di Premier League
Vardy telah mewujudkan mimpinya. Yaitu dari bermain di non-League sampai bisa ke Premier League. Di akhir musim 2013/14, Vardy juga menerima penghargaan Leicester’s Players’ Player of The Year dan memperpanjang kontraknya di klub sampai tahun 2018.
Tak butuh waktu lama bagi Vardy untuk mengumumkan dirinya ke para penonton Premier League. Itu berkat permainan Leicester musim 2014/15 yang sangat enerjetik meski sering kalah. Juga berkat gaya rambut mohawk yang ikoniknya itu.
Tapi momen yang benar-benar menancapkan namanya di level tertinggi adalah saat pertandingan lawan Manchester United. Di hari saat United memimpin 1-3 dan Robin Van Persie mencetak gol Premier League ke-135 nya, Vardy mencuri panggung dengan mencetak gol pertamanya di Premier League.
Jamie Vardy's first Premier League start vs Manchester United (H) (14/15) pic.twitter.com/G21tgujp24
— A Man of Experience and Wisdom (@luvvmychoppa) July 14, 2023
Tapi tidak hanya itu. Ia juga memimpin Leicester dengan menciptakan 2 assist dan 2 penalti. Dan pada akhirnya membawa Leicester comeback dengan skor 5-3. The Athletic bahkan memasukkan penampilan Vardy di laga itu kedalam 50 penampilan terbaik individu dalam sejarah Premier League.
Namun performa Leicester menurun setelah comeback fenomenal tersebut. Mereka menjalani 13 pertandingan tanpa kemenangan dan hanya 2 kali imbang. Vardy baru bisa menciptakan gol lagi di pekan ke-18 saat melawan Tottenham. Total Vardy hanya mencetak 5 gol dan 10 assist di Premier League musim itu. Tapi setidaknya Leicester bisa terhindar dari degradasi di akhir musim.
Jadi Juara Premier League
Kedatangan Claudio Ranieri di musim 2015/16 memiliki peran besar untuk Vardy. Vardy sudah jadi pembicaraan umum di kalangan publik Premier League. Ia juga sudah mulai tampil reguler di timnas Inggris.
Terlebih lagi, Ranieri tahu potensi besar yang dimiliki Vardy dan memasangnya sebagai striker utama. Ini mungkin jadi salah satu keputusan terbaik Ranieri selama karir kepelatihannya.
vardy menjelma jadi mesin gol yang tak terhentikan. Ia memberikan kontribusi dengan mencetak gol atau assist di 17 pertandingan pertama. Itu juga termasuk saat Vardy mencetak gol di 11 pertandingan berturut-turut. Sekaligus memecahkan rekor milik Ruud van Nistelrooy yang tak terpecahkan sejak tahun 2003.
Tawaran untuk memperkuat tim-tim big four Premier League pun berdatangan. Arsenal adalah salah satu klub yang paling dekat untuk merekrutnya. Tapi Vardy masih setia. Tidak pernah terbesit di pikarannya untuk pindah.
Leicester membayar kesetiaan Vardy dengan performa di Liga yang luar biasa. Akhirnya setelah hanya 3 kali kalah dan 12 kali imbang, Leicester menciptakan dongeng terhebat dalam sejarah Premier League. The Foxes mengalahkan kemungkinan 5000 banding 1 untuk bisa juara Premier League.
Bagi Vardy, ia menciptakan dongengnya sendiri. Dari ditolak oleh akademi Sheffield, bekerja di pabrik, bermain di non-Liga bersama para pemain semi-profesional lainnya, sampai jadi seorang juara Premier League. Dan ia masih tetap setia bersama Leicester, klub yang percaya padanya. Klub yang mau menjadikannya pemain non-Liga termahal dalam sejarah Inggris.
Sumber referensi: Goal, BBC, BBC 2, Sky, Atheltic, Atheltic 2, Atheltic 3, Mirror, SB, Kettle, ESPN