“Jika kalian ingin melatih Real Madrid, kemenangan saja tidak cukup. Anda harus menang dengan gaya, dan harus menang telak” itu kata jurnalis sepak bola Spanyol dari Mirror, Ed Malyon.
Mungkin ungkapan itu memang benar. Sebab sudah ada banyak buktinya. Hanya pelatih ikonik dengan gayanya sendiri lah yang bisa bertahan dan sukses di Madrid. Seperti Vicente Del Bosque, Jose Mourinho, Carlo Ancelotti, sampai Zinedine Zidane. Jadi, ketika Real Madrid menunjuk Rafael Benitez sebagai pengganti Ancelotti di tahun 2015, harusnya itu adalah langkah tepat, bukan?
Coba ingat-ingat, Rafael Benitez adalah pelatih yang telah menciptakan keajaiban di Istanbul untuk Liverpool. Ia juga pelatih yang membawa Valencia ke puncak sepak bola Spanyol di dekade 2000-an awal.
Diatas semua itu, Madrid adalah kota kelahiran Benitez. Ia bahkan mengawali karir kepelatihannya di tim akademi Real Madrid. Jadi, Rafa adalah pelatih yang ikonik. Lalu mengapa Benitez hanya bertahan 6 bulan di Bernabeu?
Well, nyatanya menang dan jadi ikonik masih belum cukup. Seorang pelatih los galacticos tidak boleh salah memainkan kartu politik di klub. Juga jangan sampai kehilangan kontrol di ruang ganti yang diisi para pemain bintang. Apalagi berseteru dengan pemain bintang sekelas Cristiano Ronaldo.
Daftar Isi
Pemecatan Pelatih Idaman
Ini semua berawal dari pemecatan Ancelotti di akhir musim 2014/15. Saat itu Ancelotti gagal mendapatkan satupun gelar bergengsi. Dan parahnya, Barcelona dengan trio MSN-nya lah yang mengakhiri musim sebagai treble winner.
Padahal di musim sebelumnya Ancelotti mempersembahkan gelar La Decima yang bersejarah. Ia juga sempat menjuarai Piala Dunia antar klub dan UEFA Super Cup. Tapi Florentino Perez sendiri yang berkata kalau Madrid punya ekspektasi yang tinggi.
“Ada permintaan yang tinggi dan Real Madrid butuh dorongan baru demi mencapai level yang kami inginkan. Tuntutan di klub ini adalah memenangkan piala tiap musimnya” Begitu ucap Perez dikutip dari Guardian.
Meskipun begitu, pemecatan Ancelotti nyatanya banyak menuai protes. Terutama dari fans yang puas dengan hasil kerja Ancelotti. Bayangkan saja, Ancelotti meninggalkan Madrid dengan catatan 74% kemenangan. Juga sebagai pelatih dengan kemenangan beruntun terbanyak dan gelar terbanyak dalam sejarah Madrid.
Bukan hanya para fans, para pemain juga sebenarnya tidak setuju Ancelotti dipecat. Terutama Cristiano Ronaldo. Bintang Portugal itu adalah salah satu pemain yang paling vokal menginginkan Ancelotti bertahan.
Sehari sebelum pemecatan Ancelotti diumumkan, Ronaldo menulis Tweet: “Pelatih yang hebat dan orang yang luar biasa. Saya harap kita bisa bekerjasama lagi musim depan” Beserta pula foto dirinya dengan Ancelotti.
Great coach and amazing person. Hope we work together next season. pic.twitter.com/HqHHGjGGUH
— Cristiano Ronaldo (@Cristiano) May 23, 2015
Hubungan Ronaldo dan Ancelotti memang sangat dekat sebelumnya. Ia juga mencapai puncak karir saat di bawah kepemimpinan Ancelotti. Jadi jelas Ronaldo ingin Ancelotti bertahan di Madrid. Jadi Siapapun pengganti Ancelotti, akan punya tugas berat untuk berdamai dengan Ronaldo
Babak Awal Konflik
Namun, awalnya semua berjalan baik-baik saja di antara Ronaldo dan Benitez. Ronaldo masih bisa menghargai sejarah dan prestasi Rafael Benitez sebagai pelatih. Saat ditanyai tanggapannya soal kabar Benitez yang akan menggantikan Ancelotti, Ronaldo berkata:
“Saya tidak pernah bekerja dengannya sebelumnya. Saya tahu dia adalah manajer yang sangat berpengalaman. Real Madrid adalah klub terbesar di dunia jadi selalu ada tantangan di sana. Kita lihat nanti kedepannya apa yang akan terjadi”.
Tapi keadaan tenang tidak berlangsung lama. Dan Rafa sendiri lah yang membuka babak awal perseteruannya dengan Ronaldo di Real Madrid. Ini terjadi tepat setelah Rafa tiba di Bernabeu.
Kesalahan pertamanya adalah tidak bertemu secara pribadi dengan Ronaldo. Padahal ini sudah jadi sebuah ritual khusus. Dimana para manajer baru yang datang, harus bertemu dengan Ronaldo secara privat sebagai bentuk rasa hormat terhadap para pemain.
Dilansir dari media Spanyol El Pais, ini sudah jadi kebiasaan sejak Ronaldo pindah ke Real Madrid. Bertemu dengan Ronaldo adalah ungkapan rasa hormat untuk tim. Pelatih-pelatih sebelumnya pun melakukan itu. Tapi tidak dengan Rafa. Ia menolak bertemu karena memang menganggap kalau Ronaldo setara dengan para pemain lain.
“Ronaldo Bukan Pemain Terbaik”
Tensi panas bak perang dingin pun segera terjadi diantara keduanya. Namun seakan belum puas, Rafa malah menyulut api dari sumbu lain. Saat konferensi pers pertamanya di Bernabeu, Rafa ditanya apakah Cristiano Ronaldo adalah pemain terbaik yang pernah ia latih. Dengan santai Rafa menjawab:
“Dia adalah pemain yang hebat dan dia salah satu pemain terbaik yang pernah saya latih. Tapi saya tidak bisa berkata yang terbaik karena saya pernah melatih banyak pemain hebat sebelumnya. Tapi untuk saat ini, jelas dia yang terbaik.” Ucapnya dikutip dari Independent
Jawaban dari Rafa itu tentu membuat para fans menurunkan alis mereka. Sebab Ronaldo saat itu baru saja menerima Ballon d’Or nya yang ketiga. Jadi versi Ronaldo ini bukan Ronaldo biasa. Ini adalah puncak karir dan potensi terbaik Ronaldo dalam karirnya. Mengatakan kalau ia bukan pemain terbaik yang pernah Rafa latih adalah ungkapan yang tidak masuk akal.
Tapi tidak sampai situ saja, Rafa juga menolak Ronaldo sebagai pemain terbaik bahkan di Real Madrid. Rafa berkata kalau Ronaldo sejajar dengan para pemain Madrid lainnya seperti Bale, Benzema, dan James Rodriguez.
“Saya pikir Ronaldo, Bale, Benzema, James… mereka semua berada di level yang teratas saat ini”
Ucapan itulah yang membuat rasa hormat Ronaldo kepada Rafa mulai menghilang. Padahal itu baru hari pertama dan hari perkenalannya kepada publik Bernabeu. Tapi aroma perseteruan sudah sangat menyengat.
Insiden di Tempat Latihan
Benitez memang sangat jarang memuji Ronaldo di depan media. Meskipun gol demi gol ia cetak dan penampilan baik ia tampilkan bersama Madrid tiap minggunya, Rafa seakan tidak pernah terkesan dengan Ronaldo.
Ada teori kalau Rafa memang tidak ingin menambah tinggi ego Ronaldo yang sudah selangit. Tapi bahkan di balik layar dan di tempat latihan pun, Rafa seakan tidak menghormati Ronaldo sebagai pemain.
Saat latihan di pramusim, Benitez kembali terlibat perseteruan dengan Ronaldo. Saat itu, Ronaldo mencetak gol dan Benitez malah menganulir gol tersebut dengan alasan yang tidak jelas. Dikutip dari mirror yang melansir marca, saat itu Ronaldo emosi sampai berkata “Vai Caralho!” atau “persetan denganmu”.
Cristiano Ronaldo has reportedly already fallen out with Rafael Benítez over his 's**t' training methods. pic.twitter.com/sEdVtAjAia
— Football Tweet ⚽ (@Football__Tweet) July 23, 2015
Ronaldo juga tidak suka dengan metode latihan Rafa. Saat itu Rafa mengumpulkan para pemain untuk melakukan latihan crossbar challenge. Ronaldo tidak suka itu dan mengatakan itu latihan yang tak berguna. Karena seharusnya bola ditendang masuk ke gawang, bukan malah mengenai mistar.
Itu bukan satu-satunya insiden di balik layar. Pernah suatu saat, Benitez mengirim salah satu asistennya untuk memberikan sebuah USB untuk Ronaldo. Setelah diterima Ronaldo, ternyata USB itu berisi tentang video tutorial cara-cara menendang tendangan bebas dan mencetak gol.
Tidak hanya Ronaldo menolak hadiah dari pelatihnya itu, Ronaldo malah berkata “Bilang ke Benitez, saya akan kirim dia cuplikan semua gol saya untuk ia pelajari”. Ucapnya dikutip dari sportbible.
Beberapa tahun setelahnya, Ronaldo hanya bisa tertawa mengenang momen tersebut. Ronaldo sudah tidak menganggap Benitez sebagai pelatih yang serius. Apalagi setelah Benitez malah mengajari Ronaldo caranya mencetak gol.
“Selalu ada pelajaran menarik yang diajarkan seorang pelatih. Tapi ada beberapa hal yang seorang pelatih tidak bisa ajarkan kepada anda. Dia tidak hanya ingin mengajari saya freekick tapi juga cara menendang bola dan mencetak gol. Apa yang bisa saya katakan? saya hanya bilang terima kasih lalu pergi” Kenang Ronaldo.
Rafa Kehilangan Kontrol Ruang Ganti
Sebenarnya tidak adil untuk menggambarkan Rafael Benitez sebagai pelatih yang selalu punya rekor buruk di Madrid. Sebab faktanya, ia menampilkan hasil yang cukup baik di awal musim 2014/15.
Di pertandingan pembuka, memang Madrid hanya bisa imbang 0-0 lawan Sporting Gijon yang baru promosi. Itu juga yang membuat citra Benitez sudah buruk di awal. Tapi setelah itu, Madrid menjalani rentetan pertandingan tak terkalahkan.
Di gameweek kedua, Real Madrid berpesta gol 5-0 saat menjamu Real Betis di Bernabeu. Di pertandingan selanjutnya, El Real kembali pesta gol 6-0 saat bertandang ke markas Espanyol. Ronaldo juga mencetak lima gol di pertandingan tersebut.
Hasil positif terus didapat los blancos. Mereka menang lawan Granada, kemudian mengalahkan Athletic Bilbao sekaligus menggeser Barcelona dari puncak klasemen. Real Madrid juga masih tak terkalahkan sampai pekan ke-10 dengan total hanya pernah imbang 3 kali.
Tapi konflik yang terjadi di antara Ronaldo dan Benitez sepanjang kampanye tersebut mulai mempengaruhi tim. Hilangnya rasa hormat Ronaldo pada Benitez menular ke pemain lain. Dikabarkan, Rafa bahkan terus-terusan jadi bahan olok-olokan di ruang ganti karena berat badannya. Media Spanyol juga ikut mengolok-olok Rafa karena dinilai tak punya karisma.
Rentetan Hasil Buruk Berdatangan
Hasil buruk di lapangan mulai menimpa Madrid. Mereka kalah lawan Sevilla dengan skor 3-2 di pekan ke-11 La Liga. Namun bukan itu saja. Tepat setelah itu, Madrid dibantai Barcelona 4-0 di Bernabeu. Padahal Lionel Messi bahkan tidak tampil sebagai starter di laga itu. Tapi mereka dicabik-cabik oleh Neymar, Suarez, dan Iniesta.
Keesokan harinya, Marca menulis “Madrid dalam reruntuhan” sebagai headline mereka. Benitez pun jadi kambing hitam. Media mengkritik Rafa karena memainkan starting eleven yang terlalu menyerang. Saat itu ia menurunkan James Rodriguez, Kroos, dan Modric tanpa ada gelandang bertahan.
Dari sini para pemain sudah mulai tidak percaya dengan taktik yang dipakai Rafa. Setelah kekalahan itu, bahkan Isco dan Alvaro Arbeloa dilaporkan dari bleacher reports berseteru dengan sang pelatih di ruang ganti.
Selain itu juga Madrid terlempar dari Copa del Rey di babak 32 besar dengan cara konyol. Saat itu Madrid bisa menang lawan Cadiz. Tapi di laga itu Rafa memainkan Denis Cheryshev yang seharusnya masih dalam masa skorsing. Pelanggaran tersebut membuat Madrid terdepak secara otomatis dari Copa del Rey.
Kejadian itu semakin menyiratkan kalau Benitez tidak tahu apa yang ia lakukan dengan skuadnya. Kejadian itu juga sangat memalukan bagi Madrid dan dinilai sebagai aib klub.
Ronaldo Berikan Ultimatum
Waduh, terlalu asik bahas bapuknya Madrid dan Benitez malah lupa sama konfliknya dengan Ronaldo. Oke, balik lagi ke Ronaldo. Lalu bagaimana Ronaldo menanggapi segala kekacauan yang ditimbulkan Benitez itu? Jawabannya, Ronaldo mengancam untuk pindah.
Sejak sebelum el clasico itu digelar, rumor soal hengkangnya Ronaldo sudah menggema di Spanyol. Banyak yang percaya kalau Ronaldo sudah muak dengan Rafa dan itu akan jadi el clasico terakhir Ronaldo. Dan hasil kekalahan memalukan itu pun jadi bahan bakar rumor tersebut.
Dilansir dari the independent, Ronaldo mengamuk di ruang ganti setelah kekalahan lawan Barca. Pertengkaran antara Ronaldo dan Benitez pun pecah di hadapan para pemain lainnya. Di depan rekan-rekan setimnya di ruang ganti, Ronaldo berteriak “Antara dia yang pergi, atau saya yang pergi”
Kita tahu kalau Ronaldo pada akhirnya tidak akan pergi. Tapi saat itu, ancaman Ronaldo untuk pergi benar-benar nyata terasa. Sebab saat itu ada klub yang sudah mengincar Ronaldo. Mereka adalah Manchester United dan PSG.
Kepulangan Ronaldo ke Manchester United memang sudah diantisipasi saat itu. Tapi United saat itu diragukan mau membayar mahal biaya transfer Ronaldo yang sudah berumur 30 tahun. Sedangkan bagi PSG, itu bukan masalah.
Throwback to Thiago Silva wishing Cristiano Ronaldo could join PSG in 2015: "Ronaldo is the best player in the world. I believe that he will come to PSG." pic.twitter.com/HMsj8VkqOE
— MR SKILLS (@MR_SKILLS1) July 6, 2022
Dilansir dari ESPN, The Parisiens sudah siap menggelontorkan uang sebesar 125 juta euro untuk memboyong Ronaldo ke Paris. Ronaldo sudah bersedia, dan dengan ultimatum yang dikeluarkan Ronaldo, semua tinggal bergantung pada keputusan Florentino Perez.
Benitez Dipecat
Tentu saja, Perez tidak mau kehilangan anak emasnya itu. Nasib Benitez pun sudah jelas. Ia bakal dipecat. Perez hanya menunggu waktu yang tepat sambil mencari orang yang tepat penggantinya.
Hasil imbang melawan Valencia di pekan ke-18, tepat setelah perayaan tahun baru 2016 pun jadi akhir dari perjalanan Benitez di Madrid. Perez kemudian mengangkat Zinedine Zinedine yang sebelumnya jadi pelatih Real Madrid Castilla.
Lalu gimana kabarnya Rafael Benitez? Setelah didepak, ia sempat menganggur selama dua bulan. Bencana yang ia buat di Madrid membuat reputasinya hancur di Spanyol. Untungnya di Inggris tidak seperti itu. Rafa masih dipandang sebagai pelatih yang dihormati di Premier League.
Newcastle pun mengontraknya di bulan Maret 2016. Tapi ingat, ini bukan Newcastle yang sudah didanai uang dari Arab. Musim itu Newcastle sedang berjuang untuk menghindari degradasi. Kedatangan Rafa memang memberikan nuansa positif di Newcastle. Tapi tetap saja, mereka tidak bisa terhindar dari degradasi di akhir musim.
Benitez yang baru dua bulan sebelumnya memimpin para pemain sekelas Cristiano Ronaldo, Gareth Bale, Karim Benzema, dan galactico lainnya pun terdegradasi ke divisi 2 Inggris. Itu nasib Benitez. Lalu, bagaimana nasib Madrid dan Ronaldo?
Oh, tidak usah dihiraukan. Meneruskan skuad warisan Benitez, Zinedine Zidane membawa Real Madrid juara Liga Champions. Itu jadi awal dari hattrick Champions League yang bersejarah Madrid. Untuk Ronaldo sendiri, musim 2015/16 ia juga menjuarai Euro 2016 bersama Portugal. Ia pun mengenang kalau itu merupakan musim terbaik sepanjang karirnya.
Harga Yang Harus Dibayar
Kenangan soal Rafael Benitez sudah menghilang dari Madrid setelah ia pergi dari Bernabeu. Bahkan hanya sedikit orang yang mengingat kalau Rafa pernah melatih Madrid. Tapi itu memanglah harga yang harus dibayar untuk melatih tim sekelas los galacticos.
Pada dasarnya, langkah awal Benitez yang berani masuk menggantikan posisi Ancelotti yang dicintai semua orang adalah sebuah perjudian. Sebab Benitez secara sadar memainkan peran “ibu tiri” di hadapan para pemain.
Dan lebih parahnya lagi, Benitez tidak bisa menurunkan egonya untuk memenangkan hati Cristiano Ronaldo. Padahal ia harusnya tahu, Ronaldo bukan hanya bintang di skuad tapi juga opinion leader. Ronaldo adalah panutan seluruh pemain. Jika Ronaldo sudah hilang respect pada Rafa sejak awal, jangan heran kalau seluruh tim juga jadi tidak hormat.
Alih-alih, Rafa malah berusaha menjilat Florentino Perez. Setelah didepak, diketahui kalau starting eleven saat dibantai Barcelona 4-0 itu adalah permintaan pribadi dari Perez sendiri. Kredibilitas Rafa pun hilang karena memainkan kartu politik yang salah.
Sumber referensi: Sky, Mirror, Mirror2, Guardian, Guardian2, Independent, Independet 2, Bein, Bein 2, Bible, B/R, ESPN