Roberto Martinez, Sang Penghancur Generasi Emas

spot_img

Timnas Portugal jadi salah satu tim yang tampil mengecewakan di Euro 2024. Tapi, ketika kita mengintip siapa yang menakhodai Cristiano Ronaldo cs, kita pasti akan ngebatin “Oalahhh, pantesannn”.

Roberto Martinez adalah pelatih yang sangat terkenal, tapi dikenal karena kegagalannya. Martinez dirasa kelewat beruntung karena selalu dianugerahi skuad-skuad mewah kala menukangi tim nasional. Tapi, negara besar yang mempekerjakannya justru bernasib seperti pria yang menginjak tai ayam. Apes.

Mau bukti? Sebelum kita paparkan buktinya, kalian bisa subscribe dan nyalakan notifikasi lonceng terlebih dahulu agar tak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven Story.

Piala FA Jadi Satu-satunya Prestasi

Tapi tunggu dulu, sebelum kita dibuat gemes lantaran membahas soal kegagalan Roberto Martinez, kita akan sedikit bernostalgia tentang bagaimana Martinez mendapatkan status manajer top di sepakbola Eropa. Pada tahun 2009, selayaknya pelatih muda dari Spanyol pada umumnya, Martinez dianggap sebagai pelatih potensial.

Maka dari itu, klub-klub Inggris berani mempekerjakannya. Berawal dari Swansea, Martinez yang kala itu belum botak direkrut oleh Wigan Athletic. Dari sini, reputasi Martinez mulai terbangun. Dirinya membawa klub gurem seperti Wigan bersaing di papan tengah Liga Inggris.

Tapi bukan itu pencapaian yang membuat namanya dikenal dunia, melainkan apa yang dilakukannya bersama Wigan pada musim 2012/13. Benar memang, kalau performa Wigan di Premier League sangat buruk. The Latics bahkan menelan kekalahan sebanyak 20 kali dan hanya meraih kemenangan sembilan kali.

Mereka bahkan harus puas terdegradasi ke Divisi Championship musim berikutnya. Tapi, Martinez membawa Wigan berprestasi di kompetisi lain. Ia menjuarai Piala FA musim tersebut. Caranya pun terbilang mengesankan, karena Wigan mengalahkan Manchester City di partai final.

Dengan begitu, Martinez memiliki sisi lain yang bisa dijual kepada khalayak. Yakni, statusnya sebagai juara Piala FA. Tak heran, setelah gagal mempertahankan Wigan di kasta tertinggi, Martinez justru dipinang oleh klub Liga Inggris yang lebih matang secara finansial dan materi pemain seperti Everton pada tahun 2013.

Dianugerahi Skuad Mewah

Setelah menangani Everton, Martinez ditawari kesempatan untuk memperindah CV-nya dengan mengisi jabatan pelatih utama di Timnas Belgia tahun 2016. Tanpa pikir panjang, pelatih yang kini berusia 51 tahun itu menerima tantangan tersebut. Roberto Martinez mewarisi skuad pelatih sebelumnya, Marc Wilmots. 

Kala itu, skuad Belgia berisikan nama-nama populer. Dari penjaga gawang, sudah ada nama Thibaut Courtois di situ. Di lini pertahanan, Belgia masih punya Vincent Kompany, Jan Vertonghen, Toby Alderweireld, dan Thomas Vermaelen. Di lini tengah ngeri lagi. Ada sosok Radja Nainggolan, Mousa Dembele, Marouane Fellaini, hingga Kevin De Bruyne.

Lini depan pun tak kalah mewah. Saat itu Martinez bisa mengandalkan Eden Hazard, Michy Batshuayi, Romelu Lukaku, Dries Mertens, dan Yannick Carrasco. Dengan skuad yang dijuluki sebagai generasi emas itu, Martinez diprediksi bakal panen trofi. Tapi, kenyataan jauh dari impian. Martinez justru merusak segalanya.

Ujian Pertama

Setelah kegagalan di Euro 2016, Federasi Sepakbola Belgia mulai merakit kembali skuad, target, dan proyek masa depan yang baru bersama Roberto Martinez. Keberadaannya di Timnas Belgia tidak serta-merta diterima begitu saja. Banyak fans dan pundit yang meragukan kapasitasnya yang cuma berpengalaman melatih klub-klub medioker.

Ajang pembuktian pertama bagi Roberto Martinez adalah Piala Dunia 2018 dan UEFA Nations League 2018/19. Federasi meminta Martinez untuk membawa Belgia lebih jauh dari Piala Dunia edisi lalu. Di Piala Dunia 2014, Belgia hanya mencapai babak perempat final. 

Roberto Martinez pun menjawab ekspektasi itu dengan permainan atraktif di fase grup. Tergabung di Grup G bersama Inggris, Panama, dan Tunisia, Belgia menyapu bersih tiga pertandingan dengan kemenangan.

Tak cuma disitu, Martinez melampaui pencapaian edisi lalu dengan mencapai semifinal. Jalan yang ditempuh pun luar biasa. Karena Belgia mengalahkan Brazil di babak perempat final. Kevin De Bruyne jadi pemain paling bersinar dengan umpan-umpan manisnya serta satu gol di menit 31.

Mengalahkan Inggris dan Brazil, Belgia dipercaya bisa menaklukan Prancis di semifinal. Tapi nahas, mereka justru kalah 1-0. Belgia asuhan Roberto Martinez pun mengakhiri pesta olahraga terbesar di dunia itu dengan status juara ketiga setelah kembali menaklukan Harry Kane cs di perebutan juara ketiga. 

Lantas, bagaimana nasib Belgia di UEFA Nations League musim itu? Gagal total. Bersaing dengan Islandia dan Swiss di Grup 2 UEFA Nations League A, Belgia malah kalah saing dengan Swiss. Mengantongi poin yang sama, yakni sembilan. The Reds Devils kalah dalam produktivitas gol. Alhasil, Belgia gagal lolos ke fase gugur.

Kembali Gagal di Euro 2020

Okelah masih bisa dimaklumi. Setidaknya Belgia bisa selangkah lebih baik dari Piala Dunia sebelumnya. Roberto Martinez pun diminta untuk fokus ke Euro 2020. Tidak ada yang berubah secara signifikan di skuad Belgia yang dibawa Martinez ke Euro 2020. Tercatat hanya ada beberapa tambahan seperti Jeremy Doku dan Leandro Trossard.

Dengan materi skuad yang sudah disempurnakan, Belgia kembali jadi tim yang dijagokan di Euro kali ini. Skuad asuhan Roberto Martinez ternyata cuma manis di awal. Setelah meraih tiga kemenangan di fase grup, Belgia menaklukan sang juara bertahan, Portugal dengan skor 1-0 di babak 16 besar. 

Mengalahkan Portugal harusnya jadi modal bagus di babak berikutnya. Tapi, Belgia justru seperti kehabisan bensin saat melawan Italia di babak perempat final. Belgia kalah 2-1 dari tim yang pada akhirnya menjuarai kompetisi tersebut.

Puncaknya di Piala Dunia 2022

Puncak dari gunung kegagalan Roberto Martinez menangani generasi emas Belgia terjadi di Piala Dunia 2022. Alih-alih mencapai final dan juara, Belgia justru kian tergopoh-gopoh di kompetisi yang diadakan di Qatar tersebut. Tergabung dalam grup yang relatif mudah bersama Kroasia, Maroko, dan Kanada, Belgia gagal lolos.

Hanya mengantongi satu kemenangan dan satu hasil imbang dari tiga pertandingan, Belgia hanya finis di urutan ketiga dengan mengumpulkan empat poin. Padahal, materi pemainnya masih sama. Malah bisa dibilang lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya karena di situ ada bintang-bintang baru seperti Lois Openda dan Charles De Ketelaere. 

Kemunduran sepakbola Belgia ini pun jadi sorotan dunia. Salah satu yang paling getol mengomentari kegagalan Belgia di Piala Dunia 2022 adalah Sky Sport. Media asal Inggris itu menyebut Belgia jadi tim paling mengecewakan dalam dua edisi Piala Dunia terakhir. Dengan skuad yang semewah itu, seharusnya Belgia bisa menangkan setidaknya satu trofi.

Generasi emas yang dimiliki Belgia seketika jadi aib di tangan Roberto Martinez. Sebagai bentuk tanggung jawab, Martinez pun mengundurkan diri dari jabatannya. Kabarnya, Martinez ternyata sudah tidak sesuai kriteria sejak awal. Pelatih berusia 51 tahun itu buruk dalam urusan man management. Itu membuat ruang ganti tidak hangat dan beberapa kali terlibat cekcok dengan pemainnya sendiri. 

Sekarang Giliran Portugal

Yang anehnya lagi, meski memiliki reputasi yang buruk bersama Timnas Belgia, Portugal justru merekrutnya pada awal 2023. Yang makin tidak masuk akal, Martinez mengalahkan kandidat lain seperti Jose Mourinho, Paulo Fonseca, dan André Villas Boas. Gokil juga nih orang. Curiga, jangan-jangan Martinez ini punya koneksi orang dalam di federasi sepakbola Portugal, karena memang nggak ada yang bisa dibanggakan dari kinerjanya.

Kembali diamanahi skuad mewah oleh Portugal, Martinez kembali menemui kegagalan di Euro 2024.  Motifnya tuh sama banget. Manis di awal, tapi akhirnya cuma scam. Di babak kualifikasi dan uji coba, Portugal tampak perkasa. Martinez bahkan memberikan sebelas kemenangan beruntun di masa awal menangani Portugal.

Tapi pas kompetisi beneran, jeblok. Portugal jadi tim yang mengecewakan di Euro 2024. Kalau nggak mau bernasib sama dengan Belgia, mending Portugal buruan ganti pelatih deh.

https://youtu.be/ZV_dtOs9LVQ

Sumber: France 24, The Guardian, The Sportsman, Daily Mail

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru