Menjadi top skor di salah satu liga adalah salah satu kebanggaan tersendiri bagi seorang pemain. Namun apa jadinya, jika ada pemain yang bisa jadi top skor di tiga liga berbeda? Wow.. Betapa tangguhnya si pemain tersebut. Hal tersebut juga jadi sebuah rekor langka yang tak bisa sembarang pemain melakukannya. Namun nyatanya, beberapa pemain bisa melakukannya. Siapa saja sih mereka?
Daftar Isi
Ronaldo Nazario
Pasca Piala Dunia 1994, Ronaldo botak alias Ronaldo Nazario adalah salah satu striker muda menakutkan yang dipunyai Brasil. Dari Cruzeiro, permata negeri Samba yang satu ini lalu memilih hijrah ke Eropa membela PSV Eindhoven. Kedatangan Ronaldo ke PSV saat itu salah satunya berkat saran dari seniornya yang juga sukses bersama PSV, Romario.
Gelagat Ronaldo akan cocok jadi penerus Romario, mulai kelihatan pada laga debutnya melawan Vitesse di Eredivisie musim 1994/95. Di laga tersebut, Ronaldo sudah mampu menciptakan gol.
1994 | Ronaldo Nazario , Psv formasıyla.
Psv kariyeri 54 maç 57 gol #rescept pic.twitter.com/dpNnzO5bOW
— Spor Tarihi™ (@SporTarihi) October 24, 2016
The Guardian sempat menggambarkan dampak besar yang dibawa remaja Brasil yang kurus kering itu bagi PSV. Betapa lengkapnya penampilan Ronaldo saat itu. Kecepatan, skill, dan naluri mencetak golnya sungguh mengerikan. Bahkan di musim debutnya ia sudah bisa jadi top skor Eredivisie dengan 30 gol.
Tak hanya sukses di PSV saja, pasca hijrah ke Spanyol bersama dua klub raksasa Barcelona dan Real Madrid, pemain berjuluk El Fenomeno ini juga tak kalah gacor.
Saat gabung bersama Barcelona asuhan Sir Bobby Robson, si gigi kelinci ini mampu menjelma menjadi bintang baru La Liga. Meski awalnya diragukan bisa gacor seperti di PSV, nyatanya keran gol Ronaldo masih saja tak berhenti mengalir. Ia bahkan sudah bisa jadi top skor La Liga di musim debutnya dengan 34 gol.
Namun sayang, meski jadi top skor Ronaldo masih saja dikritik fans Barca karena belum mampu meraih gelar La Liga. Ronaldo pun akhirnya hanya semusim tinggal di Camp Nou. Pasca jadi top skor, ia malah hijrah ke Inter Milan.
Ronaldo sempat kembali lagi ke La Liga tahun 2003. Namun, ia malah menuju ke klub rival, Real Madrid. Ronaldo menjadi bagian dari skuad Los Galacticos jilid 1 bentukan Florentino Perez. Lagi dan lagi, di musim debutnya ia kembali ditahbiskan menjadi top skor La Liga dengan koleksi 24 gol. Namun dengan pencapaian itu, ia masih saja dikritik fans. Ronaldo dikritik karena belum bisa persembahkan gelar UCL bagi El Real.
Luca Toni
Sepakbola Italia pernah memiliki striker langka bernama Luca Toni. Striker bongsor 1,93 sudah gacor sejak membela Palermo, di Serie B musim 2002/03. Toni bahkan saat itu sudah jadi top skor Serie B dengan 30 gol.
Kegacoran striker yang identik dengan selebrasi putar tangan di dekat kuping ini, kemudian berlanjut di Fiorentina. Di klub Tuscany itulah Toni mulai banyak dikenal dunia. Striker oportunis yang jago sundulan ini, bahkan mampu merangsek menjadi bagian Timnas Italia di Piala Dunia 2006. Salah satu faktor yang membuat Toni masuk skuad Gli Azzurri, adalah performanya bersama La Viola yang mampu jadi top skor Serie A musim 2005/06 dengan 31 gol.
Pasca juara Dunia bersama Italia, kehebatan Toni tersebut mampu mengantarkannya berseragam raksasa Jerman, Bayern Munchen. Toni ingin membuktikan bahwa Die Roten tak salah merekrutnya. Tak butuh waktu lama, di musim 2007/08 ia sudah mampu menjadi pemain Italia pertama yang jadi top skor Bundesliga dengan 24 gol.
2006 #WorldCup winner Luca Toni turns 39 today,former player of #Fiorentina #Bayern #ASRoma #Juventus #Verona #Italy pic.twitter.com/QaK44RomVa
— Classic Football (@classic_1863) May 26, 2016
Ketika Toni di usia senjanya saat membela Hellas Verona, banyak mempertanyakan performanya. Banyak orang tak menyangka, sisa-sisa kekuatannya sebagai predator gawang lawan ternyata masih ada. Ya, sungguh di luar dugaan Toni yang saat itu sudah berusia 38 tahun, masih mampu jadi top skor Serie A musim 2014/15 dengan 22 gol.
Ruud Van Nistelrooy
PSV pernah punya bomber menakutkan lain setelah Ronaldo Nazario. Ia bernama Ruud Van Nistelrooy. Meski baru gabung pada tahun 1998, namun Van Nistelrooy saat itu sudah langsung menjelma sebagai mesin gol andalan bagi skuad besutan Bobby Robson.
Fans PSV seakan tak lagi merindukan sosok Ronaldo. Mereka sudah punya gacoan baru yang tak kalah menakutkan. Bahkan nih, di musim debutnya tersebut, ia sudah bisa menjadi top skor Eredivisie dengan 31 gol.
Kegacoran striker 1,89 meter ini kemudian berlanjut di MU. Fergie kesengsem dengan pencapaian Van Nistelrooy di PSV. Di tahun 2001, Setan Merah mengangkutnya ke Old Trafford dengan rekor transfer 19 juta pounds.
Ada harga, ada kualitas. Van Nistelrooy terbukti menunjukan kelasnya di Theater of Dreams. Puncaknya di musim 2002/03, ia bisa mengantarkan United kampiun Liga Inggris. Jangan lupakan juga, musim tersebut ia bahkan didapuk menjadi top skor Liga Inggris dengan 25 gol.
22-year-old Ruud van Nistelrooy for PSV Eindhoven during 1998/1999 season:
✅46 games
⚽️41 goals
🅰️9 assistsGoal Machine. pic.twitter.com/KyfgXt1vxd
— Football Talent Scout – Jacek Kulig (@FTalentScout) February 27, 2020
Namun sayang, di akhir musim 2005/06 ia bertengkar dengan Fergie. Hal tersebut membuatnya pergi dari Old Trafford dan hijrah ke Real Madrid. Di bawah arahan Fabio Capello, Van Nistelrooy memulai lembaran barunya. Dasarnya bomber buas, keran golnya tetap tak bisa dibendung. Di musim debutnya bersama Los Blancos, ia bahkan sudah mampu jadi top skor La Liga dengan 25 gol.
Luis Suarez
Talenta Luis Suarez mulai banyak dikenal dunia sejak berseragam Ajax Amsterdam di tahun 2007. Striker yang dikenal ulet, punya kecepatan serta finishing yang luar biasa ini, bahkan sudah mampu menjadi top skor Eredivisie 2009/10 dengan koleksi 35 golnya. Hal itulah yang membuat nama Suarez makin melambung tinggi. Apalagi di Piala Dunia 2010, performanya bersama Timnas Uruguay juga mengesankan.
Pasca Piala Dunia 2010, karier Suarez lalu berlanjut di Liga Inggris. Ia dibeli Liverpool di zaman pelatih Kenny Dalglish. Meski belum bisa raih gelar liga dan UCL bersama The Reds, satu hal yang bisa ia banggakan di Anfield adalah pencapaiannya menjadi top skor Liga Inggris di musim 2013/14 dengan 31 gol.
Luis Suárez for Ajax (2007-2011):
Games: 159
Goals: 111
Assists: 66– Eredivisie topscorer in 2010
– Eredivisie top assist provider in 2008, 2009 and 2010The start to a glorious career in Europe. pic.twitter.com/xj4P9u0369
— Warriors of Uruguay (@UruguayanHeroes) August 17, 2020
Setelah jadi top skor, Suarez lalu melanjutkan petualangannya ke La Liga bersama Barcelona. Di Barcelona ia melengkapi trio Messi dan Neymar di lini depan. Trio “MSN” yang terkenal itu bahkan sudah mampu meraih treble winner di musim perdananya terbentuk. Suarez saat itu tak hanya jadi pelayan Neymar dan Messi saja. Torehan golnya bisa diadu. Ia bahkan sudah mampu jadi top skor La Liga musim 2015/16 dengan 40 gol.
Zlatan Ibrahimovic
Meski sudah moncer bersama Ajax dan Juventus, namun Zlatan Ibrahimovic baru merasakan gelar sebagai top skor ketika berseragam Inter Milan. Tak dipungkiri selama tiga musim, striker Timnas Swedia tersebut menjadi mesin gol bagi Nerazzurri.
Ibra menjadi top skor pertama kali di Serie A yakni di musim 2008/09 dengan 25 gol. Sayang, pasca jadi top skor, ia lalu jadi alat barter dengan Samuel Eto’o. Namun nyatanya Ibra kangen merumput lagi di Serie A.
Ibra kembali lagi ke Serie A tahun 2011, namun justru membela sang rival, AC Milan. Di bawah gemblengan Max Allegri, tak menyangka ia bisa turut andil membawa Rossoneri kampiun Serie A di musim debutnya. Ia bahkan sekaligus menjadi top skor Serie A dengan 28 gol.
3137 – Zlatan #Ibrahimovic found the net in Europe with Milan after 3137 days from his last goals (February 15, 2012 vs Arsenal in CL). Evergreen.#UEFAEuropaLeague #ACMilan #ShamrockMilan pic.twitter.com/tMCGViDkNy
— OptaPaolo (@OptaPaolo) September 17, 2020
Namun karena diminati PSG, Ibra lantas hanya bertahan semusim saja di San Siro. Ia ingin merasakan atmosfer liga yang baru dalam kariernya. Dasarnya bermental top skor, Ibracadabra langsung jadi top skor di Ligue 1 di musim debutnya dengan 30 gol.
Cristiano Ronaldo
Musim 2007/08 adalah musim terbaik CR7 di MU. Red Devils meraih treble winner di musim tersebut. Tak hanya itu saja, CR7 juga mampu menjadi top skor Liga Inggris dengan koleksi 31 gol. Oh iya, gelar Ballon d’Or pun ia raih saat itu.
Namun celakanya, setelah mendapat itu semua CR7 malah ingin mencari tantangan baru. Dalam wawancaranya kepada The Player’s Tribune, ia menjelaskan keputusannya untuk meninggalkan MU dan memilih bergabung dengan Real Madrid pada tahun 2009. Ya, ia punya mimpi meraih gelar di liga lain.
Namun pindah ke La Liga, tak serta merta membuat CR7 bisa langsung jadi top skor. CR7 justru baru bisa jadi top skor di musim keduanya saat dilatih Jose Mourinho. CR7 jadi top skor La Liga musim 2011/12 dengan 40 gol. Tak hanya gelar Pichichi saja yang ia raih musim tersebut, gelar La Liga juga bisa ia persembahkan bagi El Real.
Di Real Madrid, gelar demi gelar prestisius sudah ia dapatkan. Namun ia kembali ingin tantangan baru di tahun 2018. CR7 lalu berani untuk hijrah ke Serie A bersama Juventus. Ia mengaku ingin raih beberapa rekor dan gelar bersama La Vecchia Signora.
How good was Cristiano Ronaldo at Juventus? 2018-2021. A thread. pic.twitter.com/UPv1yaBjwU
— Footballinfinite7 (@FI7FOOTBALL) September 2, 2021
Di Serie A, CR7 juga awalnya kesusahan jadi top skor. Dua musim beruntun, ia selalu kalah dalam perburuan gelar top skor dengan pemain macam Fabio Quagliarella maupun Ciro Immobile. CR7 baru bisa meraih gelar Capocannoniere di musim ketiganya yakni 2020/21. Pemain Timnas Portugal tersebut meraihnya dengan koleksi 29 gol.