Memasuki Bulan Ramadan, para cooking influencer memberikan resep atau tips memasak untuk hidangan sahur. Biasanya, menu-menu yang dipilih adalah menu yang simpel dan terdiri dari bahan-bahan yang mudah ditemukan. Namanya juga untuk sahur ya, jadi yang praktis aja. Kalau masaknya rendang keburu adzan dhuhur ntar.
Tapi, namanya juga resep dari online, kadang ada yang berhasil meniru, kadang juga banyak yang keliru. Senada dengan resep masakan, resep PSSI dalam menggodok proyek naturalisasi pun banyak yang meniru. Ada yang ketagihan, tapi ada juga yang gagal total.
Malaysia jadi contoh yang gagal. Mereka cuma gembar-gembor di awal, tapi hasilnya nihil. Sedangkan Vietnam jadi contoh yang ketagihan dengan resep Indonesia. Lantas, bagaimana tindak lanjut dari proyek naturalisasi milik Vietnam? Mari kita ulas. Namun, sebelum itu kalian bisa klik tombol subscribe dan nyalakan lonceng notifikasi terlebih dahulu agar tak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven Story.
Daftar Isi
Malaysia Tak Direstui
Keberhasilan Timnas Indonesia dalam menggaet tiga nama pemain diaspora baru, Emil Audero, Joey Pelupessy, dan Dean James pada Bulan Maret ini, jadi perhatian media negara-negara tetangga. Ada yang mengapresiasi, tapi ada juga yang membandingkan dengan negaranya sendiri.
Malaysia misalnya. Beberapa media lokal justru membandingkannya dengan nasib proyek naturalisasi yang direncanakan oleh Federasi Sepakbola Malaysia. Awalnya, pihak FAM dengan percaya diri menyatakan bahwa mereka sudah punya daftar para calon pemain naturalisasi. Setidaknya ada tujuh dan semuanya berkarir di Eropa.
Nama-nama ini tersusun berkat uluran tangan Putra Mahkota Johor, Tunku Ismail Idris Ibni Sultan Ibrahim. Ia berniat membantu mensukseskan Malaysia di Kualifikasi Piala Asia 2027. Dari tujuh pemain itu, ada bek tengah, bek kiri, striker, gelandang tengah, gelandang serang, dan sayap kiri.
Proyek tersebut jelas membuat seluruh fans Harimau Malaya tak sabar. Namun, setelah hari berganti minggu dan minggu berganti bulan, proyek tersebut tak ada perkembangan. FAM lalu tiba-tiba mengumumkan bahwa proyek naturalisasi dihentikan. Bahkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraganya sendiri.
Dikutip dari Malaymail, proyek yang disusun FAM saat ini dinilai tidak sesuai dengan peraturan pemerintah. Umumnya, kriteria untuk memilih pemain naturalisasi meliputi pemain yang bermain di kompetisi Liga Malaysia, setidaknya selama lima tahun berturut-turut. Bukan pemain yang berkarir di Eropa.
Vietnam Mengapresiasi
Sementara media Vietnam justru kebalikannya. Mereka justru mulai mengapresiasi niat Indonesia untuk terus menambah pemain baru. Media Vietnam kagum dengan langkah cepat yang dilakukan PSSI. Mereka menyebut bahwa dengan tambahan tiga pemain naturalisasi ini, Timnas Indonesia mencatatkan nilai pasar tertinggi dalam sejarahnya.
Bukan cuma itu, media Vietnam malah mengejek Malaysia yang tidak didukung pemerintahnya sendiri. Soha menyoroti kegagalan Malaysia dalam menggaet pemain-pemain keturunan. Menurut mereka, Malaysia ini apes mulu. Terlalu sering tertipu dalam proses naturalisasi. Yang terbaru, ada Ferdy Druijf yang dengan nada heran mengatakan bahwa dia bukan keturunan Malaysia.
Dirinya bahkan heran, mengapa FAM begitu yakin kalau dirinya punya darah Melayu. “Apakah saya terlihat seperti orang Malaysia? Maksud saya, saya benar-benar orang Belanda,” tutur Ferdy. Suatu hal yang jarang terjadi media Vietnam justru mengkritisi Malaysia. Biasanya, yang dinyinyirin Vietnam mah Indonesia mulu kan?
Ternyata Ketagihan
Setelah ditelusuri lebih dalam, Vietnam ternyata diam-diam mulai merasakan manfaat dari keberadaan pemain naturalisasi di tim nasional. Vietnam sadar bahwa tidak ada salahnya menambah kekuatan dari eksternal. Toh, mereka tidak asal comot. Pemain yang nantinya membela Timnas Vietnam harus memenuhi syarat dan ketentuan yang rumit. Mereka bahkan harus punya nama Vietnam juga.
Untuk menindaklanjuti proses naturalisasi, Wakil Presiden Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF), Tran Anh Tu, menegaskan pihaknya akan membuka naturalisasi pemain asing tanpa batas. Hal itu disampaikan oleh Tran Anh Tu usai Timnas Vietnam berhasil menjuarai Piala AFF atau kini yang dikenal sebagai ASEAN Championship 2024. Gelar tersebut jadi gelar ketiga The Golden Stars dalam sejarah kompetisi tersebut.
Dukungan dari Federasi Vietnam untuk proyek naturalisasi yang berkepanjangan muncul karena melihat performa luar biasa dari Rafaelson atau yang dikenal dengan Nguyen Xuan Son di tim nasional Vietnam. Buat yang belum tahu, Son berhak mengantongi status kewarganegaraan Vietnam karena telah konsisten bermain di Liga Vietnam selama lima tahun.
Di Vietnam, Rafaelson dianggap pemain yang spesial oleh federasi. Sebab, dirinya jadi pemain dengan produktivitas terbaik di Liga Vietnam. Dilansir CNN Indonesia, dengan pundi-pundi 31 gol, Rafaelson masih memegang rekor sebagai pemain dengan jumlah gol terbanyak dalam satu musim di Liga Vietnam. Rekor itu ia catatkan musim lalu bersama Nam Dinh FC.
Keberhasilan Rafaelson
Menurut Tran Anh Tu, penampilan Xuan Son di Piala AFF kemarin benar-benar menjadi sorotan publik sepakbola Vietnam. Nguyen Xuan Son yang baru tampil di laga terakhir babak penyisihan Grup B Piala AFF 2024, langsung memberikan gebrakan. Tanpa basa-basi, ia langsung cetak dua gol di laga debut melawan Myanmar.
Performa menawan Xuan Son pun terus dipertahankan hingga akhir kompetisi. Ia menjadi bintang di balik kesuksesan The Golden Stars. Pemain yang memiliki nama lengkap Rafaelson Bezerra Fernandes itu langsung menjadi top skor dengan torehan tujuh gol. Ngerinya, jumlah itu dicatatkan hanya dari lima laga saja.
Sayangnya di laga final pemain yang sedang dalam top performa itu justru mengalami cedera horor. Dirinya mengalami salah tumpuan yang membuat kakinya patah. Karena cedera yang dialami tergolong serius, penanganan terbaik pun langsung diberikan oleh federasi. Bahkan, metode operasi yang dilakukan sedikit berbeda. Itu demi membantu Son pulih lebih cepat.
Siapkan Calon
Dengan testimoni yang positif itu, Federasi Sepakbola Vietnam telah menyiapkan beberapa nama untuk segera diproses naturalisasi. Selain sosok Jason Pendant yang dikabarkan prosesnya masih berjalan, Vietnam telah menyiapkan dua nama lagi. Mereka adalah Hendrio dan Geovane Magno.
Berbeda dengan Jason yang berposisi sebagai bek kiri, Hendrio dan Magno berposisi sebagai gelandang serang. Mereka juga sama-sama berusia 30 tahun dan berasal dari Brazil. Selain itu, baik Hendrio dan Magno juga berstatus sebagai gelandang serba bisa. Jika Hendrio bisa bermain di posisi sayap, maka Magno bisa juga dimainkan sebagai second striker atau striker tengah.
Yang beda adalah durasi berkarir di Vietnam. Magno sudah berkarir di Vietnam sejak 2019. Itu artinya, tahun ini adalah tahun keenamnya berkarir di Liga Vietnam. Secara hitung-hitungan, dirinya sudah memenuhi syarat lima tahun berkarir di Vietnam. Jika prosesnya lancar, maka Magno bisa dimainkan di Kualifikasi Piala Asia 2027 tahun ini.
Sementara Hendrio sepertinya harus lebih bersabar hingga tahun 2026. Sebab, dirinya baru memulai karir di Vietnam tahun 2021. Sebelumnya Hendrio malang melintang di sepakbola Portugal dan Spanyol. Jika tak mau mubazir dalam menaturalisasi jebolan La Masia ini, maka Vietnam harus mengamankan satu tempat di Piala Asia 2027 terlebih dahulu.
Tetap Memperhatikan Usia Muda
Walaupun sudah menyiapkan tiga nama baru dan tidak membatasi jumlah pemain naturalisasi, Vietnam tak mau seekstrim Indonesia dalam menambah pemain baru. Dikutip dari Bola.com, Presiden Federasi Sepak Bola Vietnam, Tran Quoc Tuan, menyebut pihaknya tetap berhati-hati dalam melanjutkan program ini.
Tran Quoc Tuan menyatakan naturalisasi memang penting dan sudah terbukti mampu mengangkat prestasi Timnas Vietnam. Tapi, yang paling penting adalah bagaimana membangun iklim yang kuat di sepakbola Vietnam. Prioritasnya tetap memperbaiki kualitas pembinaan pemain muda di dalam negeri.
Untuk menuju Piala Dunia, Quoc Tuan ingin negaranya memiliki strategi jangka panjang. Maka dari itu, memaksimalkan sumber daya dalam negeri masih jadi topik utama sepakbola Vietnam. Langkah Vietnam untuk menahan nafsu ada benarnya juga. Selain membangun tim nasional yang menarik, kualitas grass root juga harus baik. Bukan begitu Pak Erick?
Sumber: Superball, CNN Indonesia, Bola.com, Malaymail