Piala Dunia Antarklub Tuh Penting Nggak Sih?

spot_img

Semua yang diciptakan tidak ada yang sia-sia, melainkan mempunyai hikmah dan tujuan di balik mengapa hal tersebut diciptakan. Itu adalah salah satu firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 191. Bahkan barang seperti kotoran sapi pun dapat berguna untuk pupuk kompos. 

Namun, jika boleh ada pengecualian, Piala Dunia Antarklub barangkali jadi sesuatu hal yang layak masuk kategori tersebut. Terlalu banyak mudharatnya aja gitu. Mengapa demikian? Karena sudah banyak pemain dan pengamat sepakbola yang meragukan akan pentingnya turnamen ini.

Banyak pihak yang merasa bahwa Piala Dunia Antarklub adalah turnamen yang “Tidak Berguna” dan cuma “Bikin Capek” aja. Lantas, benarkah begitu?

Turnamen Bermasalah

Sejak masih berada dalam tahap pemaparan ide saja, format turnamen ini sudah banjir kecaman. Dari mulai penambahan peserta menjadi 32 tim, hingga pemilihan waktu penyelenggaraan. Semuanya diputuskan dengan banyaknya suara-suara sumbang yang mengiringi. Banyak yang mempermasalahkan kenapa harus ada dan kenapa formatnya diganti.

FIFA mengambil langkah perubahan format Piala Dunia Antarklub ini tanpa melibatkan pemain. FIFA dianggap menyalahgunakan kedudukan yang mereka miliki. Asosiasi Pesepakbola Profesional (FIFPRO) sudah mengajukan tuntutan secara hukum kepada FIFA terkait hal ini. Liga-liga papan atas Eropa semacam Liga Inggris, Liga Italia, dan Liga Spanyol juga melakukan hal yang sama.

Salah satu yang menyampaikan pendapatnya adalah CEO Liga Italia, Luigi De Siervo. Dirinya menyesalkan bahwa FIFA tak memperhatikan kondisi pemain. Padahal liga-liga di Eropa sudah berusaha keras mengambil kebijakan yang bersahabat untuk pemain. 

“Di sisi lain, FIFA dan UEFA terus meningkatkan dimensi kompetisi mereka, baik untuk klub maupun tim nasional, dan sekarang kita telah mencapai titik jenuh untuk daftar jadwal pertandingan,” kata Luigi.

Keluhan Dari Pemain

Beberapa pemain pun semakin berani mengungkapkan penolakannya terhadap Piala Dunia Antarklub. Salah satu yang masih segar di ingatan mimin adalah pernyataan calon pemain Napoli, Kevin De Bruyne. Dilansir Goal, KDM, eh maksud mimin KDB secara terang-terangan menyebut bahwa penyelenggaraan turnamen ini “tidak masuk akal.” 

Kritik utamanya berkaitan dengan waktu pelaksanaan turnamen yang bertepatan dengan akhir masa kontrak banyak pemain, termasuk dirinya. Dalam wawancaranya, De Bruyne menyoroti bahwa jika seorang pemain mengalami cedera saat tampil di turnamen ini tanpa memiliki kontrak aktif, tidak ada pihak yang akan menanggung konsekuensinya. Karena setelah itu ia akan dilepas secara gratis.

Apa cuma KDB saja yang mempermasalahkan? Banyak, tapi mereka tidak sevokal pemain asal Belgia itu. Luka Modric pun sebenarnya sama. Dirinya sudah melakukan perpisahan yang emosional di hadapan puluhan ribu fans yang memadati Santiago Bernabeu. 

Namun, dirinya harus menunda kepindahannya ke AC Milan lantaran harus main di Piala Dunia Antarklub. Ia bahkan harus menandatangani kontrak berdurasi dua minggu untuk memperpanjang masa kerjanya hingga kompetisi itu berakhir.

Klub? Ya Untung, Meski Repot

Sebetulnya, kerepotan juga dirasakan oleh klub. Mereka yang biasanya bisa lebih bersantai dalam urusan mencari pemain baru, kini seperti dikejar-kejar deadline. Biasanya, klub lebih leluasa untuk mengeksplor opsi pemain yang ada di pasaran. Namun, jika sistem kerja yang santai dan banyak pertimbangan, maka klub akan kehilangan kesempatan. Pemain incaran udah keburu diangkut oleh klub lain.

Jadi, jangan heran kalau pada minggu pertama bursa transfer musim panas, sudah banyak transfer yang terjadi. Real Madrid yang biasanya baru bergerak di bulan Juli atau Agustus aja udah merampungkan tiga transfer pemain di awal Juni. Selain itu, pihak klub juga harus mengurus biaya akomodasi dan tiket penerbangan lebih cepat dari biasanya untuk berada di Amerika Serikat sebagai host turnamen.

Namun, meski harus bekerja lebih ekstra dari biasanya, klub tetap diuntungkan dengan adanya Piala Dunia Antarklub. Partisipasi di Piala Dunia Antarklub memberikan klub kesempatan emas untuk memperluas jangkauan pasar mereka ke level global. 

Turnamen ini ditonton oleh jutaan penggemar di seluruh dunia, termasuk di kawasan Asia, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika, yang merupakan pasar potensial bagi perkembangan industri sepakbola.

Klub-klub yang tampil di ajang ini dapat memanfaatkan momentum untuk memperkenalkan identitas dan merek mereka ke audiens internasional. Hal ini bisa dilakukan melalui penjualan merchandise resmi, kerja sama dengan mitra komersial lokal, serta peningkatan aktivitas di media sosial berbahasa asing.

Jika hal itu sudah tercapai, maka ujung-ujungnya adalah duit. Pada edisi 2025, FIFA menetapkan total dana hadiah sebesar 1 miliar US dollar, menjadikannya salah satu turnamen klub paling bernilai secara ekonomi. Selain itu, tiap klub juga mendapat biaya partisipasi. Jadi, ikut doang, nggak perlu main, udah dapet duit.

Tapi nilainya tergantung pada konfederasi asal klub tersebut. Misalnya, klub-klub Eropa bisa mendapatkan hingga 38 juta US dollar, sementara klub dari Asia dan Afrika memperoleh sekitar 9,5 juta US dollar. Di luar itu, tersedia pula bonus kinerja yang dapat meningkatkan total pendapatan secara drastis.

Cuma Buat Alat Politik FIFA

Menguntungkan bagi klub, tapi tidak bagi berbagai pihak yang juga terlibat. Sebab, kabar yang beredar, turnamen ini cuma dijadikan alat politik oleh FIFA. Pada level struktur, ekspansi turnamen dari 7 menjadi 32 tim, serta penentuan lokasi dan jadwalnya, menunjukkan ambisi FIFA untuk memperluas kendali terhadap sepakbola klub dunia.

Komponen-komponen ini bukan sekadar soal pertandingan melainkan tentang pengaruh geopolitik, kontrol sumber daya komersial, dan memperkuat posisi FIFA dibandingkan konfederasi seperti UEFA.

Selain itu, keterlibatan dana besar dari negara seperti Arab Saudi semakin memperjelas bahwa Piala Dunia Antarklub bukan sekadar ajang olahraga, melainkan medan permainan kekuasaan global. Presiden FIFA, Gianni Infantino, pun disebut-sebut menjalin hubungan erat dengan para pemangku kepentingan dari kawasan tersebut, seolah-olah memperkuat aliansi tak kasat mata demi ambisi bersama. 

Eksploitasi Pemain

Untuk mewujudkan ambisi menguasai sepakbola dunia, FIFA pun mengorbankan para pemain. Pengaruh terhadap kondisi fisik dan mental pemain menjadi salah satu isu paling krusial dan kontroversial. Banyak pihak menilai bahwa ekspansi turnamen ini merupakan bentuk eksploitasi terhadap pemain. Mereka dipaksa bermain dalam jumlah pertandingan yang kian tidak manusiawi.

Semakin padatnya jadwal pertandingan dapat berdampak pada cedera jangka panjang, kelelahan mental, dan penurunan performa pemain. Bahkan, serikat pemain dunia FIFPRO mengecam keras keputusan FIFA melanjutkan turnamen ini tanpa konsultasi memadai. Mereka menyebutnya sebagai bentuk “pengabaian serius terhadap kesejahteraan pemain”.

Sudah banyak pemain yang mengeluhkan jadwal yang padat. Bahkan, legenda sekelas David James dan Thierry Henry pun angkat bicara. Turnamen ini dianggap semakin memperparah beban yang ditanggung oleh para pemain. Turnamen ini bisa menjadi simbol nyata dari bagaimana sepakbola modern yang mulai melupakan sisi kemanusiaan.

Tidak Berpengaruh Apa-Apa

Sudah bikin repot dan beresiko besar bagi para pemain, Piala Dunia Antarklub dianggap oleh banyak pihak sebagai turnamen yang tidak berguna. Turnamen ini dianggap hanya menjadi ajang formalitas tanpa makna nyata bagi perkembangan sepakbola dunia. Banyak yang merasa bahwa turnamen ini dipaksakan dan sengaja dibesar-besarkan demi kepentingan bisnis FIFA.

Tensi pertandingan Piala Dunia Antarklub diprediksi hanya selevel laga pramusim. Itu karena tidak menghadirkan atmosfer kompetitif yang sejati. Kualitas antar tim juga tidak setara. Seperti kualitas materi pemain Real Madrid dan Wydad Casablanca pasti sangat jauh. Selain itu, Piala Dunia Antarklub tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap status klub di Liga Champions maupun kedudukan mereka di liga domestik. 

Setelah turnamen selesai, ya selesai juga hype-nya. Jika memenangkan turnamen ini, klub tersebut tidak memiliki privilege untuk tampil di Liga Champions atau kompetisi yang lebih berkualitas lainnya.

Sudah begitu, turnamen ini mengganggu jadwal tim dalam mempersiapkan pra musim. Selain itu, waktu persiapan pramusim yang biasanya digunakan untuk latihan fisik, pemulihan cedera, dan membangun strategi tim jadi terpangkas drastis. Akibatnya, performa klub di musim berikutnya bisa terpengaruh karena kurangnya waktu adaptasi dan persiapan. 

Dengan begini, kalian tim mana nih? Setuju dengan adanya Piala Dunia Antarklub? Atau udah mulai ngerasa kalau ajang ini tuh cuma turnamen pramusim yang dilbesar-besarkan saja?

_____

Sumber: Goal, ESPN, Aljazeera, Philly Soccer

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru