Di balik jitunya strategi transfer Manchester City, terselip kisah yang lebih dari sekadar sepak bola. Kisah tentang akar, darah, dan warisan yang tak pernah pudar yang dilambangkan oleh Tijjani Reijnders. Meski tumbuh besar di Eropa, ada ruang dalam hatinya yang selalu terisi oleh cerita-cerita tentang tanah jauh di timur Indonesia.
Kisah tentang laut yang luas, tanah yang subur, dan jiwa petarung, selalu jadi dongeng yang dilantunkan oleh ibunya. Ketika ia mendengar nama Indonesia, terutama Maluku, ada nyala berbeda di matanya. Bukan hanya karena garis keturunan, tapi karena ia merasa mewarisi semangat yang telah berkobar sejak nenek moyangnya.
Sayang, ia tak pernah punya kesempatan untuk membela tim nasional Indonesia. Namun, coba bayangkan bagaimana jadinya jika waktu itu, Tijjani lebih memilih untuk bermain di Indonesia, ketimbang Belanda? Inilah efek domino yang akan terjadi.
Daftar Isi
Dianggap Nyeleneh
Jika pada akhirnya Tijjani Reijnders menerima pinangan Indonesia pada tahun 2022 silam, yang pertama akan terjadi adalah media olahraga dalam dan luar negeri pasti geger. Akan ada gelombang besar yang datangnya dari Eropa, terutama Belanda. Keputusan Tijjani untuk mengabaikan Belanda akan dianggap nyeleneh dan out of the box.
Bagaimana tidak? Karena saat itu performa Tijjani Reijnders sedang naik daun bersama AZ Alkmaar. Dirinya berpeluang besar mengisi skuad Timnas Belanda yang sarat talenta dan rutin tampil di turnamen besar seperti Euro dan Piala Dunia.
Maka, ketika ia justru memilih negara yang secara peringkat FIFA masih jauh di bawah, yang belum punya tradisi kuat di pentas dunia, langkah itu langsung dipandang sebagai sesuatu yang tak lazim. Bahkan sebagian orang mungkin menganggap Tijjani ini kena pelet atau emang udah nggak waras. Karena mau dipandang dari kacamata model apa pun, sangat tidak masuk di akal.
Namun justru di situlah letak daya tariknya. Keputusan Tijjani Reijnders bakal dipandang sebagai keputusan yang lebih emosional dan inspiratif. Ia tahu apa yang ia tinggalkan, tapi juga tahu apa yang sedang ia perjuangkan. Ia memilih bukan berdasarkan jalur aman atau popularitas, tapi pada ikatan batin.
Tetap Gabung AC Milan
Lantas, apakah keputusannya untuk membela Indonesia akan berpengaruh pada karir di level klub? Tentu tidak. Logika anda akan dicap dangkal jika berpikir demikian. Secara teknis, klub-klub Eropa yang sudah naksir sama gaya bermain Tijjani Reijnders tak akan mundur hanya karena status sang pemain sebagai WNI.
Maka dari itu, Tijjani diprediksi tetap akan pindah ke AC Milan pada tahun 2023. Milan tidak menilai pemain semata dari negara yang mereka wakili. Mereka menilai kinerja harian, profesionalisme, kemampuan taktik, dan konsistensi di atas lapangan. Jika sepanjang musim Tijjani tetap tampil konsisten di AZ Alkmaar, Milan akan tetap datang untuk meminangnya.
Karena pada dasarnya, WNI hanyalah status. Tak akan mempengaruhi skill dan kepribadian Tijjani yang memang pekerja keras dan berkomitmen tinggi pada sepakbola. Performanya di Serie A akan tetap terjaga. Ia masih bisa menjadi jenderal lapangan tengah Rossoneri untuk dua musim yang luar biasa.
Membela Manchester City
Hal yang sama juga berlaku saat Manchester City datang untuk memboyong Tijjani Reijnders ke Inggris. City dan Pep Guardiola tak begitu peduli dengan status kewarganegaraan pemain. Jika sang pemain dirasa layak berseragam The Sky Blue, maka pemain itu akan dikejar.
Contohnya aja kayak Abdukodir Khusanov. Meski dari negara Uzbekistan yang sebelumnya tak pernah mentas di Piala Dunia, City tetap rela menebusnya dari RC Lens. Yang dicari klub sekelas City adalah intelegensi permainan, kemampuan beradaptasi di sistem kompleks, serta konsistensi penampilan di panggung tertinggi. Dan Tijjani telah menunjukkan itu selama berseragam AC Milan.
Paling, yang berpotensi jadi masalah adalah izin kerja. Sebab di Liga Inggris, izin kerja untuk pemain non Eropa cukup rumit. Hal yang sama juga sempat dialami oleh legenda Manchester City, Yaya Toure. Sang pemain sempat melakukan trial bersama Arsenal pada 2003. Namun, masalah izin kerja dan penilaian minim dari Arsene Wenger membuatnya batal bergabung The Gunners.
Jadi yang Pertama
Nah, kalau sudah berada di tahap ini, Tijjani Reijnders pun berhasil mengukir beberapa sejarah sebagai pemain Indonesia. Yang pertama, Tijjani akan menjadi pemain Indonesia pertama yang merumput di Serie A. Saat ini, yang menyandang status itu adalah Jay Idzes bersama Venezia.
Nah, karena Tijjani memutuskan gabung Indonesia lebih dulu ketimbang Jay, maka ia berhak jadi pemain Indonesia pertama yang berkiprah di Serie A. Yang pertama lainnya juga akan dicatatkan oleh Tijjani. Misal, jadi pemain Indonesia pertama yang mencetak gol di Serie A. Jadi pemain Indonesia pertama yang berlaga di Liga Champions. Serta jadi pemain Indonesia pertama yang tampil di Premier League.
Indonesia Jadi Pusat Perhatian Dunia
Lalu, apakah ada dampak yang dirasakan Indonesia jika mendapatkan pemain sekaliber Tijjani Reijnders? Ya jelas dong. Salah satunya adalah sektor media. Jika Tijjani benar-benar membela Indonesia, dampaknya terhadap eksposur global tak akan main-main. FIFA, AFC, dan berbagai media internasional akan mulai memberikan perhatian yang jauh lebih serius.
Sebenarnya, hal ini sudah terjadi. Dengan adanya gelombang naturalisasi yang begitu besar, media-media internasional mulai memperhatikan perkembangan sepakbola Indonesia. Tapi, dengan adanya Tijjani, ya kian menjadi. Media-media macam Goal, ESPN, Sky Sport, hingga Football Italia makin kepo dengan apa yang sebenarnya dimasak oleh Indonesia.
Selain itu, kehadiran Reijnders akan menjadi game-changer di level Asia. Ia bukan hanya mengangkat performa Indonesia, tetapi juga menaikkan standar kompetisi di kawasan. Lawan-lawan seperti Jepang, Korea Selatan, hingga Australia tentu akan lebih serius jika menghadapi Indonesia yang diperkuat pemain dengan jam terbang tinggi.
Meningkatkan Standar Naturalisasi
Kehadiran Tijjani Reijnders di Timnas Indonesia juga akan menciptakan standar baru dalam kebijakan naturalisasi. Pemain Manchester City itu adalah contoh pemain yang bukan cuma berstatus “pemain keturunan” tapi juga mampu bermain di level tertinggi dunia. Jika ia dinaturalisasi atau memilih Indonesia, maka otomatis tolok ukur untuk pemain naturalisasi lain akan naik.
Adanya Reijnders akan mendorong federasi untuk menyusun kebijakan naturalisasi yang lebih terarah dan berorientasi jangka panjang. Proses scouting diaspora akan lebih teliti, data pemain akan dikaji berdasarkan metrik profesional. Yang jadi pertanyaan, apakah pemain yang memasuki kriteria itu mau membela Indonesia?
Tidak 100% mau sih, tapi mereka pasti akan sangat mempertimbangkan. Yang awalnya tak ada kepikiran untuk membela Skuad Garuda, jadi muncul minat setelah melihat adanya Tijjani. Mereka tergoda dengan proyek dan ambisi yang muncul dari diri Tijjani. Oh ya, dengan adanya Tijjani, komposisi skuad tim nasional mungkin akan sedikit berbeda.
Jika sudah ada Tijjani, mungkin PSSI tidak akan menggaet Joey Pelupessy. Pertimbangannya karena usia, kualitas, dan kebutuhan tim. Yang akan menjadi pelapis Tijjani sudah ada Ivar Jenner dan Ricky Kambuaya.
Piala Dunia 2026
Yang mungkin juga berdampak adalah performa Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Tampil di ronde ketiga, Indonesia diprediksi akan lebih solid sejak pekan pertama. Sebab, Thom Haye sudah menemukan partner yang sempurna since day one. Maka dari itu, kemungkinan perolehan poin Indonesia di ronde ketiga bisa lebih baik
Kemarin, Indonesia mengakhiri Ronde ketiga dengan torehan 12 poin. Namun, jika Indonesia sudah memiliki Tijjani sejak tahun 2022, barangkali Indonesia bisa memperoleh kemenangan yang lebih banyak. Bahkan, bukan tidak mungkin, Indonesia lah yang berhak menemani Jepang untuk lolos otomatis ke Piala Dunia 2026.
Sayangnya, semua ini hanyalah angan-angan. Sebuah proyeksi jika sosok Tijjani Reijnders mau membela Timnas Indonesia. Tapi tak apa lah. Sesekali, kita memang perlu berandai-andai demi menjaga rasa percaya. Percaya bahwa sepakbola Indonesia akan berbicara banyak di masa yang akan datang.
Sumber: Superball, Tempo, Sky Sport, Goal, Sempre Milan