Skor 0-0 menutup pertemuan Vietnam melawan Thailand pada leg kedua semifinal Piala AFF 2020. Agregat 2-0 mengantarkan Chanathip Songkrasin dan kolega melaju ke babak final dan berhadapan dengan Timnas Indonesia pada 29 Desember 2021.
Sang juara bertahan tumbang setelah dwi gol Chanatip Songkrasin di leg pertama sekaligus memutus rekor kemenangan Vietnam atas tim-tim Asia Tenggara sejak ditukangi oleh Park Hang-seo dari tahun 2017.
Total sejak 2017, Thailand dan Vietnam telah bersua 5 kali dengan skor imbang sebanyak 3 kali. Vietnam menundukkan Thailand saat bersua di King Cup 2019. Gajah Perang baru membalasnya di tahun 2021.
Pertandingan leg pertama berlangsung 23 Desember 2021 di Singapore National Stadium tercermin dalam statistik total tendangan dari kedua tim. Vietnam unggul dengan 8 kali dengan rincian 1 on target sisanya off target. Thailand dalam kurun waktu 90 menit hanya mengumpulkan 3 kali tendangan, 2 diantaranya on target dan 1 off target.
Sebelum pertandingan, Park Hang-seo mengutarakan jika anak asuhnya akan kesulitan dalam mencetak gol.
“Thailand selalu menjadi pesaing utama untuk memenangkan Piala AFF. Mereka adalah tim yang kuat dengan kualitas tinggi. Kami perlu menemukan solusi untuk mencoba mencetak gol melawan mereka (Thailand). Mereka juga harus menemukan cara untuk mencetak gol melawan kami,” katanya.
Hal itu terbukti, sektor sayap Vietnam tak bisa berbuat apa-apa. Park Hang-seo pun harus mengubah arah serangan ke tengah untuk memungkinkan tendangan dari luar kotak penalti. Namun perubahan arah serangan justru membawa petaka bagi Vietnam.
Vietnam justru meninggalkan lubang di sisi tengah, dan itu yang dimanfaatkan Chanathip Songkrasin untuk mencetak dua gol. Gol pertama, Songkrasin sukses memanfaatkan kelemahan transisi menyerang ke bertahan skuad Bintang Emas dari sisi tengah.
Pun gol keduanya, pemain klub Hokkaido Consadole Sapporo membuat gelandang bertahan dan bek lawan melakukan umpan dan menaruh bola di sudut yang tidak terjangkau penjaga gawang.
Misi Balas Dendam
Kalah di leg pertama, Nguyen Quang Hai dan kolega punya misi balas dendam di leg kedua. Untuk itu, Park Hang-seo menggunakan formasi 3-4-3 dengan menaruh Nguyễn Tiến Linh sebagai penyerang tunggal dibantu Duc Chinh Ha dan Nguyen Quang Hai.
Kala pertandingan baru berjalan empat menit. Kesempatan mencetak gol dimiliki oleh Nguyen Quan Hai setelah menerima umpan dari Nguyen Hoang Duc. Sepakannya dari dalam kotak penalti mampu diantisipasi oleh penjaga gawang Thailand, Chatchai Budprom.
Vietnam terus melakukan serangan. Pada menit ke-9, umpan Nguyen Quang Hai kepada Phan Van Duc. Namun tendangannya masih bisa diblok oleh Kritsada Kaman. Gol yang diinginkan pasukan bintang emas tak kunjung datang.
Usaha Vietnam kembali mencetak gol terbuka di menit ke-36 lewat situasi bola mati. Nguyen Quang Hai sebagai eksekutor tendangan bebas melakukan tembakan mengarah langsung ke gawang Thailand, Siwarak Tedsungnoen. Meski terjadi rebound, pemain asal Buriram United F.C mampu mengamankan si kulit bulat.
Terus menyerang, usaha anak asuh Park Hang-seo nyaris mencetak gol lewat sundulan Ho Tan Tai setelah menerima sepak pojok dari rekannya. Tandukannya melebar di sisi kiri gawang Thailand. Babak pertama pun berakhir dengan skor kacamata.
Di babak kedua, Vietnam mengubah cara menyerang. Alih-alih memainkan bola dari kaki ke kaki justru banyak melakukan umpan direct langsung ke depan. Strategi ini justru mudah dimentahkan oleh dua pemain belakang Thailand, Manuel Bihr dan Kritsada Kaman. Sementara, Tim Gajah Perang justru menurunkan temponya. Pertandingan pun berakhir 0-0 dan Thailand yang bertemu Indonesia di final Piala AFF.
Menemukan Celah Park Hang-seo
Taktik 3 bek yang awalnya menjadi andalan Park Hang-seo mentah begitu saja di hadapan Polking. Apalagi transisi dari menyerang ke bertahan dengan menggunakan tiga bek cukup riskan. Pemain yang melebar pasti akan kelabakan ketika diserang balik. Seperti saat gol pertama Thailand di semifinal leg pertama.
Vietnam gagal melakukan serangan dari sisi sayap. Sementara, skuad Park Hang-seo lupa kalau dalam skema ini kuncinya adalah kedisiplinan dalam bertahan. Karena tahu Vietnam lupa disiplin dalam bertahan, Polking cerdik dalam melakukan serangan balik yang ciamik.
Kelemahan Vietnam pada akhirnya sukses diekspos oleh Thailand yang berbuah kemenangan dan Indonesia dengan hasil imbang. Di sini kualitas counter attack berbicara, saat Chanathip Songkrasin CS mampu memaksimalkannya, sedang Asnawi Mangkualam dan kolega tidak.
Hal itu jadi semacam blunder, karena Park Hang-seo sebelumnya menerapkan skema 5-4-1 dan 4-3-2-1 dengan pakem bertahan ketika menghadapi lawan yang bertipe menyerang. Seperti saat Vietnam dikalahkan Jepang 0-1 di perempat final Piala Asia 2019.
Taktik bertahan juga digunakan Park Hang-seo saat bersua Uni Emirat Arab dan Cina. Pria berkacamata sadar betul kemampuan anak asuhnya saat mengalami tekanan. Sehingga dengan strategi 5-4-1 justru memberikan peluang untuk mencetak gol melalui serangan balik. Misalnya, melawan UEA, Vietnam justru mampu mencetak dua gol meski berakhir dengan kekalahan.
Namun strategi semacam itu tidak dipraktikkan ketika melawan Thailand. Park lupa bahwa Thailand memiliki pemain dengan kecepatan dan keakuratan umpan. Ia lebih memilih formasi 3-4-3 yang berisiko diserang balik cepat. Dan iya, hasilnya Vietnam kebobolan dua gol. Vietnam era Park Hang-seo pun mengalami kekalahan atas negara ASEAN untuk pertama kalinya dari 34 pertandingan.
Sumber : AFF Suzuki, Sofa Score, Kompas.com, ESPN