Perbedaan Pelatih Jerman dan Italia, Mana yang Terbaik?

spot_img

Pelatih sepakbola mana yang terbaik? Jika pertanyaan itu terlontarkan, tentu sangat sulit mencari jawabannya. Karena hampir tidak ada jawaban yang pasti benar. Namun, apabila melihat konteksnya hari ini, pelatih Jerman dan Italia adalah pilihan jawaban yang mendekati benar.

Kedua negara tersebut, hari ini memang menelurkan tak sedikit pelatih-pelatih top papan atas. Mereka bahkan tersebar bukan hanya di Eropa, melainkan kita bisa menemukannya di belahan dunia lain. Jika kamu butuh contoh, dari Jerman ada sosok seperti Ralf Rangnick.

Selain Rangnick, ada nama seperti Thomas Tuchel, Thomas Doll, Jurgen Klopp, Hans-Dieter Flick, Joachim Low, sampai tentu saja Julian Nagelsmann. Sementara, pelatih Italia kita mengenal sosok Antonio Conte, Marcelo Lippi, sampai Don Carlo.

Selain perkara nama, pelatih Italia dan Jerman memiliki banyak sekali perbedaan. Nah, apa sih perbedaan pelatih asal dua negara itu? Mana yang kira-kira layak disebut yang terbaik?

Gaya Bermain Pelatih Jerman

Mari kita memulainya dari gaya bermain. Sesuatu yang sangat mendasar terkait kepelatihan. Ada perbedaan yang teramat mencolok gaya bermain antara pelatih Jerman dan pelatih Italia. Laman sepakbola, Interesting Football menulis, pelatih Jerman memiliki nilai tinggi.

Hal itu karena reputasi pelatih Jerman telah terbangun. Reputasi mereka juga bertalian erat dengan gaya sepakbola Jerman yang khas. Pada dasarnya, gaya bermain Jerman adalah permainan sepakbola yang efisien dan efektif.

Mantan pelatih Timnas Jerman, Joachim Low pernah mengatakan bahwa, gaya permainan sepakbola Jerman cenderung cepat dan atraktif. Selain itu, gaya bermain sebagian besar pelatih Jerman mengedepankan kualitas fisik.

Fleksibilitas yang hampir tidak pernah berhenti menjadi khasnya sepakbola Jerman. Tidak hanya itu, intensitas tekanan yang tinggi juga sangat melekat pada pelatih-pelatih Jerman. Lihat saja bagaimana revolusi taktik yang ditemukan Ralf Rangnick.

Seni gegenpressing-nya menuntut pemain agar cepat mendapatkan bola ketika kehilangan. Dalam arahan pelatih asal Jerman, seorang pemain dituntut untuk mawas diri. Tidak mudah kehilangan bola ketika dalam penguasaan bola, dan tidak kesulitan dalam merebut bola dari lawan.

Kebanyakan pelatih Jerman melakukan seperti itu, tidak peduli tim mana yang mereka latih. Contohnya Jurgen Klopp. Manajer asal Jerman itu menerapkan strategi pergerakan serba cepat, progresif, dan tanpa basa-basi. Klopp menyebutnya “heavy metal football”.

Gaya Bermain Pelatih Italia

Sementara itu, laporan yang ditulis Carlo Garganese di situs Goal, menyebut bahwa pelatih Italia adalah pelatih terbaik secara taktik di dunia. Argumennya itu dibuka dengan pernyataan Jose Mourinho yang menyebut, “Semua orang Italia berpikir mereka adalah seorang pelatih”.

Tentu saja itu tidak keliru. Karena Italia memang banyak melahirkan pelatih hebat. Para pelatih Italia ini memiliki gaya bermain yang khas. Sepakbola Italia yang lebih mengedepankan pertahanan, sedikit banyak mengilhami para pelatih Italia.

Gaya bermain pelatih Italia tidak bisa lepas dari taktik Catenaccio. Secara permainan, pelatih Italia sering menggunakan gaya pertahanan yang rapat, untuk kemudian melakukan serangan balik tak terduga. Hal itulah yang kadang kala membuat lawan frustrasi.


Bagi pelatih Italia kemenangan adalah segalanya. Mau bagaimanapun itu caranya. Kalau sebuah tim yang dilatih pelatih Italia sudah unggul 1-0, mereka akan mati-matian mempertahankan keunggulan itu dengan bertahan serapat mungkin. Alih-alih melakukan serangan.

Jadi taktik pelatih Italia ini keluar dari pakem “Pertahanan terbaik adalah menyerang”. Bagi mereka, bertahan ya bertahan, menyerang ya menyerang. Hebatnya lagi, pelatih Italia acap kali mudah beradaptasi secara taktikal.

Lihat saja bagaimana Claudio Ranieri sukses membawa Leicester City juara Liga Premier Inggris. Selain Ranieri, ada satu nama yang sangat menggambarkan kenyataan itu. Adalah Carlo Ancelotti, sosok pelatih Italia yang berhasil menggamit lima liga top Eropa.

Torehan lima trofi liga-liga Eropa yang diraih Carletto menandakan satu hal. Bahwa dirinya sangat hebat dalam beradaptasi. Para pelatih Italia itu tahu bagaimana caranya untuk menang. Nama lainnya, barangkali kita bisa melihat sosok pelatih serial winner seperti Antonio Conte.

Rata-Rata Usia

Rata-rata usia pelatih Jerman dan Italia terbilang banyak kemiripan, yaitu antara 50-60 tahunan. Misalnya, Antonio Conte itu umurnya sudah 53 tahun, sedangkan Jurgen Klopp usianya menginjak 55 tahun.

Kendati begitu, Jerman tampaknya sudah mulai melahirkan banyak pelatih-pelatih muda berbakat. Bahkan tak jarang di antara mereka justru berusia lebih muda dari pemain yang dilatih. Misal saja, pelatih Bayern Munchen, Julian Nagelsmann usainya baru 35 tahun.

Usia Nagelsmann lebih muda dari pemain Bayern Munchen yang ia latih, seperti kiper andalan Die Roten, Manuel Neuer yang usianya 36 tahun. Sementara itu, tidak banyak pelatih Italia yang usianya masih muda.

Meskipun tidak menutup kemungkinan ada pelatih Italia yang belum berusia 50 tahun. Sebut saja seperti mantan manajer Levante, Alessio Lisci yang masih berusia 36 tahun. Lalu, ada nama-nama seperti Simone Inzaghi, Filippo Inzaghi, sampai Gennaro Gattuso yang usianya rata-rata masih 40 tahunan.

Uniknya, dari sekian pelatih muda ada nama Domenico Tedesco yang berkewarganegaraan Italia dan Jerman. Pelatih RB Leipzig itu kini masih berusia 36 tahun.

Persebarannya di Liga Top Eropa

Nah, pelatih-pelatih Italia dan Jerman itu tersebar di beberapa liga-liga Eropa, termasuk lima liga top Eropa. Dalam hal ini, Italia ternyata lebih banyak menyumbangkan pelatihnya di lima liga top Eropa. Melalui riset yang dikutip The 18, pada 2019, ada 21 pelatih Italia yang tersebar di lima liga top Eropa.

Pelatih Italia itu tersebar di liganya sendiri, Spanyol, dan Inggris. Sementara di data yang sama, Jerman hanya memiliki 16 pelatih di lima liga top Eropa. Mereka tersebar di Liga Inggris, Bundesliga, dan Liga Prancis.

Jika kita menengok data terbaru yang dikutip akun Instagram @opinibolaid, sejumlah 28 pelatih Jerman tersebar di 10 negara yang berbeda. Yaitu Inggris, Belanda, Austria, Jerman, dan Rusia. Sedangkan, di sumber yang sama, Italia menyebarkan setidaknya 30 pelatih di beberapa negara, termasuk di Spanyol dan Rusia.

Prestasi

Lalu, bagaimana dengan prestasi pelatih Jerman dan Italia? Wah, sulit sekali membandingkan keduanya. Timnas Jerman pernah menjuarai Piala Dunia ketika dilatih pelatih asli Jerman, Joachim Loew. Sementara, Italia juga sama.

Saat menjuarai Piala Dunia 2006, Italia diasuh pelatih lokal, Marcelo Lippi. Selain itu, untuk di level klub, sebetulnya sangat beragam. Pelatih asal Jerman seperti Jupp Heynckes pernah meraih treble winner bersama Bayern Munchen. Hansi Flick bahkan meraih sextuple di Bayern Munchen.

Thomas Tuchel di Chelsea meraih dua trofi bergengsi: Piala Super Eropa dan Liga Champions. Sebelumnya, ketika melatih Dortmund, Tuchel pernah menjuarai DFB Pokal. Jurgen Klopp pernah membawa Liverpool juara Liga Inggris dan Liga Champions.

Sementara pelatih Italia juga tak ketinggalan. Carlo Ancelotti, Antonio Conte, Claudio Ranieri, semuanya pernah menyumbangkan trofi Liga Premier Inggris untuk timnya. Bahkan di antara mereka, seperti Ancelotti pernah menjuarai Liga Champions.

Namun, di antara pelatih-pelatih Jerman dan Italia, hanya Carlo Ancelotti yang bisa meraih lima liga top Eropa. Plus ia juga bisa meraih trofi-trofi bergengsi di level Eropa. Well, kesimpulannya mana nih yang terbaik menurut football lovers?

Sumber: Transfermarkt, Min, SoccerTraining, GermanTimes, Quora, IDNTimes, Libero

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru