Musim Paling Apes yang Pernah Dialami Klub Liga Inggris

spot_img

Musim 2017/2018 mungkin jadi musim paling sensasional yang pernah dialami Manchester City. The Citizens berhasil jadi tim pertama dalam sejarah kompetisi kasta tertinggi sepakbola Inggris yang mampu mencapai 100 poin dalam satu musim.

Rekor tersebut diciptakan City usai menang tipis di kandang Southampton pada pekan terakhir musim 2017/2018. Berkat tambahan tiga poin itu, City menjadi juara Liga Inggris musim tersebut dengan raihan 100 poin. The Citizens jauh mengungguli rekor terbanyak dalam satu musim yang dibuat Chelsea dengan 95 poin pada 2003/2004.

Musim 2017/2018 jadi contoh musim terbaik yang dialami Manchester City selama bermain di kasta tertinggi. Namun bagaimana dengan musim terburuk? Adakah klub yang penah mengalaminya? Berikut Starting Eleven sajikan daftar klub Liga Inggris yang mengalami musim terapes di Liga Inggris. 

West Ham musim 2002/03 

West Ham United pernah mengalami musim yang apes, tepatnya pada musim 2002/03 ketika mereka mengalami degradasi ke divisi dua Liga Inggris. Di kalangan pencinta Liga Inggris, pasti mempercayai mitos yang mengatakan bahwa untuk mencapai batas aman agar klub tak terdegradasi adalah dengan mengumpulkan minimal 40 poin dalam semusim.

Namun, mitos itu dipatahkan oleh generasi apes West Ham. The Hammers masih memegang rekor sebagai tim dengan poin terbanyak yang harus mengalami degradasi. Pasalnya, meski telah mengumpulkan 42 poin, West Ham tak bisa terhindar dari jurang degradasi pada musim 2002/03.

West Ham memang tampil tak meyakinkan di awal musim tersebut, mereka hanya mengumpulkan 16 poin hingga akhir paruh musim. Namun, di paruh kedua, The Hammers melakukan evaluasi yang efektif. West Ham berhasil memperbaiki performa di 11 pertandingan terakhir. Mereka hanya sekali menelan kekalahan dari Bolton di matchday ke 34. 

Namun, dengan hasil imbang di partai pamungkas kala melawan Bringmingham City membuat The Hammers harus rela terseret ke lembah degradasi, setelah finis di peringkat 18 dengan 42 poin. Hasil yang sangat mengecewakan, karena itu adalah degradasi pertama mereka selama sedekade terakhir. 

Chelsea musim 2007/08 

Selanjutnya ada Chelsea yang apes pada musim 2007/08. Bukan sekali atau dua kali, musim tersebut The Blues harus rela finis sebagai runner-up sebanyak tiga kali dalam semusim.

Derita The Blues dimulai ketika mereka berhasil mencapai laga final Piala Liga 2008. Kala itu, Chelsea harus berhadapan dengan Tottenham yang masih dibela Robbie Keane dan Dimitar Berbatov. Chelsea harus puas hanya menjadi runner-up karena takluk 2-1 dari Spurs.

Berlanjut ke liga, juara musim 2007/2008 harus ditentukan hingga pekan terakhir. Saat itu Chelsea mengemban misi wajib menang kala bertemu Bolton Wanderers, sedangkan Manchester United minimal harus menerima hasil kalah atau minimal seri saat melawan Wigan Athletic. Skema itu agar Chelsea bisa mengukuhkan diri sebagai juara liga musim tersebut. 

Namun nasib berkata lain. Chelsea hanya bermain imbang 1-1 dan Manchester United mampu mengalahkan Wigan dengan skor 2-0. Hasil tersebut membuat Chelsea menjadi runner-up di bawah United dua musim berturut-turut.

Penderitaan Chelsea pun lengkap ketika jadi runnerup di Liga Champions. Laga final yang mempertemukan Chelsea dengan Manchester United itu dimenangkan oleh Setan Merah melalui drama adu penalti. Chelsea kembali menjadi runner-up untuk ketiga kalinya dalam satu musim.

Rangkaian momen itu membuat beberapa fans beranggapan bahwa kesialan dialami Chelsea disebabkan salah satu pemainnya, yaitu Michael Ballack. Yang mana selama ini dikenal sebagai Mr. Runner-up karena ia sering gagal di partai penting khususnya laga final. Tapi namanya juga pertandingan, kalah ya kalah saja.

Manchester United 2011/12 

Musim apes juga pernah dialami klub tersukses Liga Inggris, Manchester United. Tepatnya pada musim 2011/12 ketika mereka hanya berjarak sekian detik dari gelar Premier League, namun digagalkan oleh si tetangga berisik, Manchester City.

Manchester United berada di peringkat dua kala itu, namun mereka memiliki poin yang sama dengan City. United hanya kalah selisih gol dengan rivalnya tersebut. United masih memiliki kesempatan untuk menyalip City di pekan terakhir, asalkan United menang atas Sunderland dan City kalah dari QPR.

United sempat di atas langit ketika berhasil mengalahkan Sunderland dengan skor tipis 1-0. Mendengar City yang masih ditahan imbang oleh QPR, United bersorak kegirangan karena mengira telah menjuarai Liga. Namun, kegembiraan itu seketika berubah jadi bencana, saat ponsel mulai berdering dan United mendapat kabar bahwa City berbalik unggul di masa injury time.

Dengan waktu yang menyisakan beberapa detik lagi, Mario Balotelli menyodorkan umpan kepada Aguero, dan ketika seisi dunia sejenak menahan napas, striker Argentina itu mencetak gol yang menghancurkan mimpi Manchester United. Uniknya, umpan itu adalah satu-satunya assist Balotelli selama berseragam Manchester City.

Tottenham Musim 2011/12 

Di musim yang sama, Tottenham Hotspur juga mengalami kesialan. Bayangkan saja, Spurs sudah berjuang sepanjang musim, bermain 38 pertandingan di Liga Inggris dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk finis di empat besar. Namun, tetap tidak lolos ke Liga Champions.

Peraturan sekarang, Inggris mendapatkan kuota empat tempat di Liga Champions setiap musim. Namun, bisa bertambah menjadi lima apabila ada tim yang finis di luar empat besar tapi berhasil memenangkan Liga Champions atau Europa League.

Nah, di musim 2011/2012 peraturan seperti itu belum berlaku. Spurs sebetulnya berpotensi untuk finis di urutan ketiga, namun penurunan performa di paruh kedua membuat mereka harus puas turun satu peringkat, karena hanya memenangkan empat dari 13 pertandingan terakhir. 

Semua berjalan baik-baik saja, sebelum akhirnya mimpi Spurs untuk berlaga di Liga Champions dihancurkan oleh Chelsea. The Blues yang finis di urutan keenam justru berhasil menjuarai Liga Champions 2011/2012, dan otomatis lolos ke Liga Champions edisi berikutnya.

Karena peraturan saat itu Inggris hanya boleh menyumbang empat kontestan, Spurs yang sudah mengisi slot keempat, mau nggak mau digantikan oleh Chelsea yang otomatis lolos meski finis di luar empat besar.

Liverpool musim 2018/19 

Musim 2018/2019 juga terbilang apes bagi Liverpool. Segala macam usaha telah dilakukan oleh anak asuh Jurgen Klopp untuk memenangi setiap laga Premier League musim 2018/2019. Namun, upaya yang dilakukan terkesan sia-sia karena juara liga tetaplah Manchester City.

The Reds sudah menunjukan permainan yang luar biasa musim itu. Namun, catatan 97 poin yang telah dikumpulkan Mo Salah CS, nyatanya belum cukup untuk merebut gelar dari genggaman Manchester City yang mengumpulkan 1 poin lebih banyak dari Liverpool.

Perolehan poin tersebut membuat Liverpool harus puas jadi runner-up Liga Inggris terbaik sepanjang sejarah sepakbola Inggris. Setidaknya, The Reds berhasil mengakhiri kalender musim 2018/2019 dengan senyuman setelah berhasil menjuarai Liga Champions di musim tersebut.

https://youtu.be/R3UWv03Ssjs

Sumber: PremierLeague, Bolaengland, Football365, Fourfourtwo

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru