Real Madrid dulu kita tahu adalah tempatnya para bintang kelas wahid berkumpul. Namun sisi lain yang perlu diingat, di sela-sela itu El Real juga pernah kedatangan para pemain yang justru aneh keberadaanya. Dan imbasnya justru tak terlalu berpengaruh bagi tim. Berikut para pemain tersebut.
Daftar Isi
Carlos Diogo dan Pablo Garcia
Real Madrid pada tahun 2005 pernah kedatangan dua darah baru dari Uruguay. Sepasang pemain yang direkrut El Real ketika itu adalah Pablo Garcia dan Carlos Diogo.
Carlos #Diogo 🇺🇾 y Pablo #García 🇺🇾 en su presentación con el #RealMadrid. 🔥 pic.twitter.com/8fo4XFuFYF
— Tres Arriba (@tres_arriba) May 9, 2022
Kedua pemain yang direkrut Madrid ini sama-sama berposisi sebagai gelandang. Transfer yang diwujudkan sebagai jawaban dari materi lini tengah Madrid yang miskin sepeninggal Makelele dan Cambiasso.
Namun jika melihat materi pemain Madrid yang masih beraroma bintang Los Galacticos, merekrut dua pemain medioker itu adalah hal yang terasa aneh. Garcia sendiri direkrut dari tim medioker Osasuna. Sementara Diogo dibeli dari River Plate.
Perekrutan dua pemain ini di sisi lain juga menegaskan perubahan arah kebijakan transfer pemain Madrid. Di mana di musim sebelumnya, mereka hanya berminat pada pemain bintang dan mahal.
Akan tetapi kebijakan itu gagal total. Garcia dan Diogo dianggap tak memuaskan dalam semusim. Dua pemain Uruguay itu hanya bermain sekitar 20-an laga dan tak ada satupun gol dan assist dari mereka. Keanehan itu pun terbukti dari masa singkat kedua pemain di Bernabeu. Garcia dipinjamkan ke Celta Vigo sementara Diogo ke Zaragoza.
Thomas Gravesen
Sebelum perekrutan aneh Garcia dan Diogo, Madrid juga mendatangkan seorang gelandang bertahan dari Everton, Thomas Gravesen. Gelandang berkepala plontos asal Denmark itu dianggap Madrid juga mampu menjadi penerus peran Makelele maupun Cambiasso.
ON THIS TRANSFER DAY: In 2005, Real Madrid signed Thomas Gravesen from Everton for £2.5m.
— Squawka (@Squawka) January 14, 2018
“He is the player we were missing.” pic.twitter.com/W9V3HNT02X
Sebagai catatan, Gravesen juga tak terlalu mentereng selama membela The Toffees. Sebelumnya, bahkan pelatih Everton, David Moyes pun terkejut mendengar nama anak asuhnya tersebut diminati klub sebesar Real Madrid. Moyes justru meragukan bahwa Madrid mungkin salah incar pemain.
Namun, Real Madrid sudah sepakat mendatangkan Gravesen dengan mahar 2,5 juta euro. Pada saat debutnya berseragam Madrid, sudah kelihatan bahwa ia tak lebih dari pemain medioker biasa yang tak menunjukan gelagat seperti yang diinginkan.
Sampai pada akhirnya Capello datang di musim 2006/07, serta perkelahiannya dengan Robinho, membuat nasib pemain botak itu semakin tak menentu. Capello juga tak senang melihat performanya.
Maka dari itu ia mendatangkan Mahamadou Diarra, Emerson dan Fernando Gago sebagai gelandang berikutnya. Umur Gravesen di Madrid pun hanya semusim. Ia kemudian dilego ke Celtic.
Jonathan Woodgate
Di saat yang bersamaan dengan kedatangan Gravesen, pemain asal Liga Inggris lainnya juga didatangkan. Ia adalah Jonathan Woodgate. Seorang bek tengah yang tiba-tiba dibeli dari Newcastle.
Maksud didatangkannya Woodgate tentu adalah penyegaran di lini belakang Madrid. Maklum duet bek mereka Ivan Helguera dan Francisco Pavon makin menua. Perekrutan tersebut juga terbilang aneh seperti halnya Gravesen.
Pasalnya penampilan Woodgate sendiri juga tak terlalu superior di Newcastle. Newcastle sendiri juga merasa bingung tentang minat Madrid itu. Pasalnya selama di Newcastle, keadaan fisiknya juga tak terlalu bugar karena sempat mengalami beberapa cedera.
Ditebus sekitar 20 juta euro, Woodgate termasuk pembelian mahal Madrid ketika itu. Namun apa yang terjadi? Woodgate kembali mengalami cedera parah. Dan hasilnya di musim pertamanya 2004/05, ia tak tampil sama sekali.
Sekalinya pulih dan bermain di musim berikutnya, ia juga tampil buruk. Melawan Athletic Bilbao di Bernabeu, ia menciptakan gol bunuh diri sekaligus menerima kartu merah. Alhasil di musim itu ia hanya dimainkan sebanyak 14 kali saja.
ON THIS DAY: In 2005, Jonathan Woodgate made his Real Madrid debut, 398 days after signing from Newcastle.
— Squawka (@Squawka) September 22, 2017
Own goal ❌
Red card 🔴 pic.twitter.com/QzUoGYxnpN
Sebelum akhirnya dipinjamkan kembali ke Inggris bersama Middlesbrough. Karena ia tak lagi dipercaya pelatih Madrid berikutnya Fabio Capello. Capello lebih percaya dengan membeli Fabio Cannavaro.
Royston Drenthe
Pembelian aneh berikutnya terjadi pada tahun 2007. Ketika Madrid mendatangkan daun muda bernama Royston Drenthe. Pemain yang baru berusia 20 tahun ketika itu, ditebus mahal sekitar 14 juta euro berkat penampilannya yang ciamik bersama timnas Belanda U-21.
Karir Drenthe ini bak secepat roket. Ia langsung dipinang klub bertabur bintang Real Madrid di usia yang sangat belia, mahal pula. Menjadi pertanyaan, apakah ia bisa bersaing bersama skuad Bernd Schuster di usia semuda itu? Maklum Madrid ketika itu masih berisikan banyak bintang matang.
Berposisi sebagai bek kiri maupun sayap kiri, nampaknya ia disiapkan Madrid sebagai penerus Roberto Carlos. Namun dengan juga hadirnya Marcelo, akhirnya ia menjadi kalah saing.
Ia dipinggirkan sejak Marcelo mencuri perhatian publik Bernabeu. Meskipun menjadi bagian skuad yang mengantarkan Madrid juara La Liga dengan koleksi tiga golnya, tapi ia tetap saja dianggap masih mentah.
Madrid lalu meminjamkannya ke klub Spanyol lainnya, Hercules agar bisa berkembang. Alih-alih berkembang, ia malah berselisih dengan manajemen klub. Begitupun kala ia dipinjamkan ke Everton. Ia malah bertengkar dengan Moyes. Sampai akhirnya tak ada pintu lagi kembali ke Madrid dan karirnya terbengkalai.
Ia sempat pindah dari liga ke liga, sampai akhirnya ia memilih pensiun di 2016. Ketika memutuskan pensiun dari dunia sepakbola, ia malah banting setir jadi penyanyi rap dengan nama artis Roya2faces.
Royston Drenthe:
— B/R Football (@brfootball) February 8, 2017
2007: Signed by Real Madrid for €13.5 million
2017: Releases his first rap song, ‘Paranoia’ 👀 https://t.co/Mu5cId65Do pic.twitter.com/lsAyNKpcLl
Emmanuel Adebayor
Madrid juga pernah kedatangan pemain aneh di era Mourinho. Ia adalah striker jangkung asal Togo bernama Emmanuel Adebayor. Adebayor dipinjam oleh Madrid saat Mourinho kehilangan akal mengatasi penurunan performa striker mereka seperti Benzema dan Higuain yang sedang cedera.
Classic “zero memory of this ever happening” transfer: Emmanuel Adebayor to Real Madrid. pic.twitter.com/jSifma6u2P
— Who Ate All The Pies (@waatpies) January 30, 2019
Opsi jangka pendek yang mengejutkan terjadi, ketika striker bekas buangan Arsenal nyasar ke Bernabeu. Menurut Mourinho sendiri, ia bukanlah opsi utama. Melainkan Ruud Van Nistelrooy. Namun Hamburg ketika itu membandrol Van Nistelrooy dengan harga pinjaman yang mahal.
Alhasil Adebayor lah yang memungkinkan. Kondisinya di City pun juga sedang tak disukai pelatih Roberto Mancini. Tampil 28 kali dan mencetak 8 gol, adalah torehannya ketika berseragam El Real selama setengah musim. Sebelum akhirnya ia tak jadi dipermanenkan dan dikirim kembali ke City di musim berikutnya.
Julian Faubert
Yang terakhir ada pemain yang sangat ikonik di Madrid. Ikonik bukan penampilannya, tapi sikapnya ketika di lapangan. Ia adalah Julien Faubert. Sayap kanan yang dipinjam Madrid dari West Ham pada pertengahan musim 2008/09.
Secara tiba-tiba, agen Faubert, Yvan Le Mee dikejutkan dengan telepon dari pihak Madrid yang menginginkan kliennya itu. Sang agen terkejut karena menyadari bahwa Faubert bukanlah pemain yang bersinar selama di West Ham.
Sang pemain juga sama-sama terkejut mendengar adanya telepon itu. Pihak Madrid sendiri ternyata mengaku masih mencari seorang sayap kanan untuk dijadikan opsi jangka pendek mereka untuk strategi pelatih baru Juande Ramos.
Sebenarnya pilihannya tak hanya Faubert. Ada Jermaine Pennant, Aaron Lennon, maupun Antonio Valencia. Namun setelah melihat pertimbangan harga, dipilihlah Faubert. Namun apa hasilnya? Ia hanya tampil dua kali selama semusim. Sekalinya tersorot, ia nampak tertidur pulas di bangku cadangan. Hal aneh itulah yang akan diingat selalu oleh publik Madrid sampai sekarang terhadap mantan pemain Borneo FC itu.
Throwback to When Real Madrid Paid 28,000 Euros Per Minute to Julien Faubert, to Sleep on the Bench.
— TheRMadridTV (@TheRMadridTV) June 26, 2019
Real Madrid signed the Frenchman on 31st January 2009 on loan. His loan spell finished with only two appearances. pic.twitter.com/tp17TDAjwj
Sumber Referensi : theathletic, planetfootball, goal, dailymail, goal