Sebuah klub akan baik kebijakannya apabila punya pemilik dan orang yang tepat dalam mengurusi klub tersebut. Pentingnya kecerdasan soal mendatangkan pemain juga patut untuk diperhatikan. Itulah yang kini coba dilakukan MU. Bertahun-tahun Red Devils dianggap kurang efektif dalam hal transfer. Mereka selalu beli pemain kemahalan.
Untuk itu di bawah INEOS, MU berupaya memperbaikinya. Salah satunya adalah rencana membawa Dan Ashworth. Seorang direktur olahraga yang sudah terbukti sukses di Brighton maupun Newcastle. Banyak pemain sukses yang pernah direkrut Ashworth.
👀 The views of his rivals
— The Athletic | Football (@TheAthleticFC) February 14, 2024
🛞 The "middle of the wheel" idea
🚦 The traffic light transfer system
📰 The scandal@ChrisDHWaugh and @DTAthletic profile Dan Ashworth, the sporting director Manchester United want to take from Newcastle United.#MUFC | #NUFC | #PL
Daftar Isi
Nick Pope
Newcastle adalah klub yang beruntung bisa membajak Dan Ashworth dari Brighton. Direktur olahraga itu telah bekerja hebat membangun Brighton dengan berbagai transfer cerdasnya.
Ditunjuk PIF pada musim panas 2022/23, Ashworth langsung bekerja di bursa transfer.
Salah satu rekrutan di awal kedatangannya adalah Nick Pope. Penjaga gawang dari Burnley, klub yang terdegradasi dari Liga Inggris. Kebijakan itu awalnya jadi pertanyaan banyak publik Toon Army. Kenapa sih kok kiper dari klub degradasi yang dibeli?
Newcastle United have agreed a deal to sign Nick Pope from Burnley.
— Sky Sports News (@SkySportsNews) June 22, 2022
The England goalkeeper will travel to Tyneside to complete a medical on Thursday ahead of his move to St James’ Park.
Keyakinan Ashworth pada Pope, langsung ia ungkapkan kepada publik Toon Army. Pertama, ia tahu bahwa posisi penjaga gawang adalah bagian penting yang harus dibereskannya pertama kali. Martin Dubravka yang jadi kiper inti sejak 2018, performanya naik turun dan sering cedera.
Kedua, menurut Ashworth kompetensi Pope sangat disayangkan kalau hanya berada di Championship. Harganya pun cuma 10 juta pounds. Selain harganya terjangkau, kiper Inggris ini punya performa yang lumayan meski klubnya terdegradasi. Persentase penyelamatannya di Burnley pada saat terdegradasi mencapai 72%.
Terbukti hasilnya, Pope menjelma sebagai kekuatan baru yang kokoh di lini pertahanan Newcastle. Ya, meski datang dari klub degradasi tapi kualitas pemain bidikan Ashworth itu ternyata nggak kaleng-kaleng.
Sven Botman
Ada kisah menarik ketika Dan Ashworth di bulan Juni 2022 berkunjung melihat laga anaknya Zac Ashworth di skuad U-21 Wales, kala melawan Belanda U-21.
Bukannya fokus memperhatikan anaknya, namun pandangan mata Ashworth berpaling ke bek Belanda, Sven Botman. Sejak itulah ia kesengsem pada talenta Belanda itu dan mulai saling mengenal.
Di saat menjadi direktur olahraga Newcastle, Ashworth yang kebetulan masih menggarap PR lini pertahanan The Magpies teringat kembali akan sosok Botman dan coba untuk merekrutnya. Di sisi lain, performa Botman juga terus meningkat bersama Lille, termasuk ketika meraih gelar Ligue 1 2020/21.
Namun Ashworth tak sendirian dalam perburuan bek Belanda itu. AC Milan jadi saingan terberatnya. Bahkan agen Botman diketahui sudah terbang ke San Siro untuk proses negosiasi.
Akan tetapi, negosiasi dengan Milan itu akhirnya gagal setelah Ashworth berupaya keras mempengaruhi pihak Lille dan Botman lewat telepon. Ashworth berani membayar Botman dengan harga yang lebih tinggi dari tawaran Rossoneri.
Newcastle are pushing to sign Sven Botman as soon as possible. Talks entering into key stages with Lille, AC Milan still in the race but NUFC are now advancing. 🇳🇱 #NUFC
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) June 9, 2022
Negotiations with Newcastle started last January, Botman is open for this PL possibility. pic.twitter.com/DxuPKkQr1H
Botman pun akhirnya memilih Newcastle karena ikatannya dengan Ashworth. Botman juga percaya dengan proyek Newcastle bersama Ashworth. Ya, pembelian itu terbukti tepat. Botman benar-benar menjadi pilar yang tak tergantikan di lini belakang Toon Army bersama Fabian Schar.
Marc Cucurella
Kehebatan kerja Ashworth sebagai direktur olahraga Newcastle, tak bisa dilepaskan dari perannya yang sudah terbukti di Brighton. Garis besar Ashworth ketika bekerja di Brighton adalah tak takut membeli pemain muda.
Ia yakin dengan membangun skuad muda akan berpengaruh pada jangka panjang tim. Salah satu transfer sukses pertama Ashworth di Brighton adalah membeli bek kiri dari Getafe, Marc Cucurella. Ketika itu, Ashworth sudah berani menilai Cucurella adalah aset berharga bagi The Seagulls di masa depan.
Marc Cucurella has completed his move to Brighton from La Liga side Getafe on a contract until June 2026, subject to international clearance.
— Sky Sports (@SkySports) August 31, 2021
Namun jangan kira proses pembelian Cucurella ini mulus-mulus saja. Ashworth sempat meyakinkan dengan keras kepada bek kribo itu bahwa ia bisa sukses di Brighton. Pasalnya, sang pemain awalnya ragu apakah ia bisa sukses di liga seketat Inggris. Maklum, Cucurella menyadari bahwa penampilannya tak terlalu spektakuler di Getafe.
Namun setelah berproses, hasilnya bisa kita lihat. Terbukti Cucurella mampu menjelma jadi bek kiri terbaik yang diincar klub-klub besar. Harga jualnya ke Chelsea yang fantastis adalah bukti cerdasnya transfer Ashworth.
Alexis Mac Alister
Ashworth ketika di Brighton tak hanya doyan beli pemain dari liga-liga top Eropa saja. Tak jarang ia juga menemukan permata dari liga-liga di luar Eropa, khususnya Amerika Latin. Ya, Ashworth ternyata punya tim khusus yang bekerja di Amerika Latin.
Di Januari 2019, ada bagian dari tim Ashworth yang menyarankan untuk merekrut permata dari Argentinos Junior, Alexis Mac Allister. Setelah dengan analisis yang matang, gelandang berdarah Irlandia-Argentina itu akhirnya berani dibeli Ashworth.
CONFIRMADO: 🇦🇷 Alexis Mac Allister está cerca de ser nuevo jugador del 🏴 Brighton. Llegaría procedente de 🇦🇷 Argentinos Junior por 8,5MDD y firmaría por cinco años, hasta 2024. Se podría quedar en el 'Bicho' hasta junio y además, se quedan con un 15%. Restan detalles. Veremos. pic.twitter.com/SbtRfit2Rt
— Shalom Sports (@Shalom_Sports) January 11, 2019
Namun, ia masih pinjamkan dulu ke Boca Juniors. Hal itu dilakukan Ashworth untuk melihat perkembangan si pemain. Setahun berlalu, pada pertengahan Januari 2020 Ashworth lalu dikabari timnya yang memantau perkembangan Mac Alister.
Pemain Argentina itu dianggap sudah matang bersama Boca Juniors. Tanpa pikir panjang Ashworth segera terbang ke Buenos Aires dan langsung membayar uang tebusan 650 ribu pounds guna mempercepat kepulangan Mac Allister ke Brighton.
Ya, pemain berambut pirang itu akhirnya gabung ke Brighton dibawah polesan Graham Potter. Ia berhasil menjelma sebagai gelandang hebat yang bernilai mahal. Terbukti rekrutan senyap Ashworth di Amerika Latin itu laku dijual mahal ke Liverpool.
Moises Caicedo
Ada yang menarik dari cara kerja Ashworth ketika di Brighton. Termasuk ketika coba memanfaatkan kelengahan transfer klub lain. Seperti yang terjadi pada perekrutan Moises Caicedo, permata Ekuador dari klub Independiente Del Valle.
Siapa sangka pemuda Ekuador itu awalnya adalah bidikan utama MU. Ia bahkan dikabarkan tinggal selangkah lagi merapat ke Old Trafford. Namun pada akhirnya, negosiasinya terlalu rumit. MU menganggap banyak perantara yang ikut campur dalam urusan transfer ini. MU pun mengurungkan niatnya untuk membeli Caicedo.
Mendengar gagalnya transfer Caicedo, Ashworth ketika itu langsung dilapori oleh timya di Amerika Latin untuk segera berupaya keras menampung pemain yang gagal direkrut MU itu. Ashworth akhirnya berhasil meyakinkan Caicedo dan agennya untuk segera hengkang ke Amex Stadium. The Seagulls mendapatkan Caicedo juga dengan harga yang sama seperti yang ditawarkan MU, yakni hanya 5 juta pounds.
In the summer of 2020, Moises Caicedo said: “My dream is to play for Manchester United.” #BHAFC #BHAMUN
— Andy Naylor (@AndyNaylorBHAFC) May 6, 2022
The Ecuador international midfielder will play against them tomorrow after Brighton made his transfer happen when United couldn’t in January 2021. https://t.co/h8xMMd0ZPZ
Rekrutan Ashworth itu kembali terbukti. Caicedo langsung menjadi andalan Graham Potter ketika Yves Bissouma hengkang ke Spurs. Ya, pemain kelahiran Santo Domingo itu berproses bersama tim yang tepat. Harga jualnya ke Chelsea yang fantastis juga jadi bukti bahwa cara transfer Ashworth itu nyatanya berhasil.
Kaoru Mitoma
Pembelian pemain Asia di Liga Inggris biasanya terjadi di klub-klub besar hanya karena ingin mendapatkan efek pasarnya yang aduhai. Namun berbeda ketika klub seperti Brighton. Pada tahun 2021 The Seagulls mendatangkan Kaoru Mitoma dari Kawasaki Frontale dengan harga cuma 2,5 juta pounds.
OFICIAL. Brighton ha fichado al mediocampista Japones, procedente del Kawasaki Frontale, Kaoru Mitoma (24), llega por un precio de £2M, firmando por 4 temporadas hasta el 30 de Junio del 2025 y se va cedido al Royale Union SG por una temporada hasta el 30 de Junio del 2022. pic.twitter.com/wmYzcZSMUA
— Futbol de Inglaterra (@Mercado_Ingles) August 17, 2021
Transfer Mitoma bukan bertujuan untuk efek ekonomi, tapi Ashworth menginginkan permata Jepang itu jadi pemain masa depan Brighton. Awalnya malah kebijakan transfer itu dianggap aneh oleh publik Amex Stadium.
Namun kalau menurut Postecoglou, transfer Mitoma adalah kebijakan yang tepat dari Ashworth. Mitoma adalah pemain incaran Postecoglou ketika melatih Celtic. Postecoglou merasa kecolongan oleh kerja Ashworth. Sang pemain lebih percaya gabung Brighton daripada Celtic.
Terbukti sekarang Mitoma menjelma jadi primadona di Brighton. Dengan performanya yang makin meningkat bersama De Zerbi, bukan tidak mungkin ia juga akan dilepas dengan harga mahal oleh Brighton suatu saat nanti.
Romelu Lukaku
Sebelum bersama Newcastle dan Brighton, Dan Ashworth adalah direktur olahraga di West Bromwich Albion sejak tahun 2004 hingga 2013. Nah, ada satu perekrutan yang menarik ketika ia bekerja di West Bromwich. Yakni ketika memboyong Romelu Lukaku dari Chelsea.
Ya, meski berstatus pinjaman, terbukti pilihan membawa striker Belgia itu ke The Hawthorns adalah kebijakan yang cerdas. Lukaku terbukti gacor di bawah asuhan Steve Clarke.
Musim 2012/13 adalah sebuah pencapaian luar biasa bagi Romelu Lukaku karena mampu mencetak total 17 gol di Liga Inggris.
Increible pensar que el United no hacia 5 goles en un partido de Premier desde el ultimo partido de Ferguson en 2013. Aquel dia Lukaku hizo un hat-trick
— Jaime F. Macias (@Jaimefmacias) December 23, 2018
West Bromwich 5-5 Manchester United. pic.twitter.com/8MAxvY8glf
Hal spesial lain yang ditorehkan pemain pinjaman Ashworth itu adalah melesakkan hat-trick ke gawang MU di akhir musim. Pasalnya saat itu adalah laga terakhir Sir Alex Ferguson sebagai pelatih setan merah. Lukaku jadi satu bukti lain, bahwa selain merekrut pemain secara permanen, Dan Ashworth ternyata jago juga lho kalau soal meminjam pemain.
Sumber Referensi : express, mirror, chroniclelive, analyticsfc, theathletic, planetfotball, metro.uk