Pemain Serba Bisa Itu Bernama Dony Tri Pamungkas

spot_img

Kalian sempat kaget tidak, ketika melihat Dony Tri Pamungkas dijadikan sebagai bek tengah oleh Shin Tae-yong di laga melawan Myanmar? Eksperimen gila yang dilakukan STY itu bak kejutan besar. Pasalnya, pemuda asal Boyolali tersebut sebelumnya tak pernah bermain di posisi tersebut.

Namun jika kalian tahu, bahwa dalam kariernya, Dony Tri ternyata memang sering berganti-ganti posisi. Lantas, bagaimana ceritanya Dony Tri ini bisa jadi pemain yang berganti-ganti posisi?

Perjuangan Dari Boyolali

Tahun 2005 di salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang dijuluki “Kota Susu”, yakni Boyolali, lahir seorang anak bernama Dony Tri Pamungkas. Dony terlahir dari keluarga sederhana, ayah dan ibunya hanyalah seorang pedagang es kelapa yang berjualan di depan rumah.

Ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Salah satu kakaknya juga adalah pesepakbola kondang, yang pernah memperkuat Timnas Indonesia. Bukan, bukan Bambang Pamungkas, melainkan Joko Sasongko, mantan pemain Arema hingga Pelita Jaya.

Sosok Joko Sasongko inilah yang menjadi mentor bagi Dony sejak kecil. Sejak SD, Dony sudah digembleng Joko bermain sepakbola. Dony kecil dilatih fisik tiap pagi dan sore oleh kakaknya di lapangan Desa Gumukrejo.

Menuju Jakarta

Semakin beranjak dewasa, bakatnya mulai terasah dari beberapa turnamen tarkam yang diikuti. Sampai akhirnya, di usia 12 tahun Dony memutuskan untuk ikut kompetisi di Jakarta. Dony didampingi kakaknya mengikuti kompetisi Liga Topskor. Dony bergabung bersama klub Imran Soccer Academy (ISA) di musim 2017/18 dan Bina Taruna pada musim 2018/19.

Selama menjalani kompetisi di Jakarta, Dony ternyata tak lupa akan pendidikannya. Masih berstatus sebagai pelajar di Boyolali, ia masih bertekad melanjutkan pendidikannya itu dengan cara bolak-balik Jakarta-Boyolali tiap pekan. Dilansir dari Skor.id, Dony mengaku setiap hari Jumat, ia menuju Jakarta untuk ikut kompetisi. Lalu di hari Minggunya, ia kembali ke Boyolali untuk sekolah.

Perjuangan Dony tersebut tak sia-sia. Karena dari kompetisi Liga Top Skor itulah talentanya dilirik oleh Persija. Pada tahun 2020, Dony Tri disuruh ikut seleksi Persija Jakarta Elite Pro Academy (EPA). Lantaran bakatnya yang menonjol, Dony pun diterima di Persija Jakarta.

Rekor Debut Liga 1

Tak butuh waktu lama bagi Dony untuk bisa debut di Persija. Hanya selang setahun setelah masuk akademi Persija, ia sudah dipercaya untuk promosi ke skuad senior pada tahun 2021.

Dony pun akhirnya memecahkan rekor sebagai pemain termuda yang debut di Liga 1 pada bulan September 2021. Saat itu, Dony yang masih berusia 16 tahun, 8 bulan, 17 hari, dimainkan oleh pelatih Persija, Angelo Alessio di laga melawan Persita Tangerang.

Namun pasca ciptakan rekor, Dony malah bersedih. Ia menangis ketika mengingat sang ayah yang tidak bisa menyaksikannya sukses di dunia si kulit bundar. Ya, ayah Dony, Slametno, sudah dipanggil Sang Maha Kuasa.

Peran Berbeda Di Persija

Namun Dony tak mau berlarut-larut dalam kesedihan itu. Setelahnya, ia justru termotivasi untuk membuat ayahnya tersenyum di surga dengan menjadi pemain sepakbola sukses. Langkah demi langkah ia jalani di Persija, termasuk rela berganti posisi.

Dalam wawancaranya dengan Persija TV, Dony Tri mengaku bahwa sebelum di Persija, ia adalah seorang gelandang serang. Namun ketika dilatih oleh mantan asisten Antonio Conte, ia lalu ditempatkan sebagai penyerang sayap sebelah kanan.

Ketika debut melawan Persita, ia menggantikan Osvaldo Haay di sayap serang kanan. Begitupun di laga berikutnya ketika menjadi starter melawan Persiraja. Selama berpindah posisi, Dony tak mengeluh. Ia justru tertantang dengan posisi barunya tersebut.

Beda lagi ceritanya ketika Persija ditangani oleh Thomas Doll. Di bawah mantan pelatih Dortmund itu, Dony diganti lagi posisinya sebagai wing back kiri. Agresivitas, kekuatan kaki kidal, serta umpan-umpannya yang terukur, membuat Thomas Doll mempercayainya sebagai wing back kiri.

Dony yang tak terbiasa di posisi itu mengaku belajar dari seniornya, Firza Andika. Karena sebagai seorang wing back, ia harus dituntut fisik yang prima ketika harus baik dalam bertahan maupun menyerang.

Dipoles Shin Tae-yong

Lama kelamaan, Dony akhirnya terbiasa dan menikmati perannya sebagai seorang wing back kiri. Posisi barunya tersebut akhirnya membawa berkah bagi dirinya.

Pelatih Timnas Indonesia U-20 saat itu, Shin Tae-yong, memanggilnya untuk pertama kali berseragam merah putih. Dony dilirik Coach Shin karena mampu tampil apik sebagai wing back kiri di bawah Thomas Doll. Kebetulan, taktik yang dianut oleh STY juga membutuhkan peran wing back.

Debut Dony di Timnas Garuda U-20 pun akhirnya terjadi saat menghadapi Timor Leste di bulan September 2022. Bicara soal debutnya tersebut, ia bahkan sampai merasa berhutang budi pada STY. Saking bangganya, ia tak henti-hentinya mengucapkan banyak terima kasih kepada STY.

Diunduh Indra Sjafri

Namun cerita berbeda dialami Dony ketika tak lagi bersama pelatih asal Korea Selatan itu. Ketika dilatih oleh Indra Sjafri, dony kembali diubah posisinya. Dony ditarik sebagai full back kiri diformat empat bek. Coach Indra ingin membuat Dony solid dalam bertahan.

Terhitung sejak awal tahun 2024 hingga turnamen Toulon Juni 2024, Dony ditempatkan oleh Coach Indra sebagai full back kiri. Namun setelah ada evaluasi, Indra Sjafri akhirnya sadar. Bahwa selama menjadi full back, kemampuan menyerang yang menjadi kelebihan Dony tak mampu dimanfaatkan secara maksimal.

Maka dari itu, akhirnya Dony dikembalikan sebagai wing back kiri yang ditugaskan lebih rajin menyerang di ajang Piala AFF U-19 2024. Hasilnya tokcer, sebagai kapten tim, pemuda Boyolali itu mampu menjadi pemain terbaik, sekaligus mengantarkan Indonesia sebagai kampiun.

Panggilan dan Eksperimen STY

Nama Dony pun melambung tinggi pasca sukses di ajang tersebut. Kakak dan ibunya pun ikut bangga. Sampai akhirnya, ia pun kembali dipanggil oleh orang yang memolesnya pertama kali di Timnas Garuda, Shin Tae-yong.

Coach Shin memanggil Dony ke ajang Piala AFF atau ASEAN Championship 2024. Dony sebagai wing back kiri akan bersaing dengan Pratama Arhan yang juga sering ditempatkan oleh STY di posisi tersebut.

Tak ada angin tak ada hujan, STY tiba-tiba menempatkan Dony di posisi bek tengah sebelah kiri saat laga pertama melawan Myanmar. Perannya mirip seperti Baggot atau Hubner di format tiga bek. Menariknya, penampilan Dony cukup solid ketika membentuk trio bersama Ferrari dan Kadek Arel. Ia bahkan diberi rating tinggi oleh media statistik Sofascore, yakni 7,4.

Meski ciptakan clean sheet dan jadi Man of The Match di laga tersebut, namun posisi baru Dony itu dianggap sebagian netizen sepakbola Indonesia, kurang bisa mengeluarkan atribut menyerang Dony. Ada yang bilang sebaiknya Dony dikembalikan sebagai wing back kiri yang lebih banyak terlibat dalam penyerangan.

Namun sudahlah.. percaya saja pada STY. Toh ia lebih tahu kemampuan dari Dony. Yang jelas, Indonesia harusnya patut berbangga punya pemain serba bisa seperti Dony. Talenta pemain versatile dengan kualitas ciamik seperti Dony, di Indonesia bisa dibilang jumlahnya terbatas. Jadi, jangan sampai talenta Dony ini disia-siakan.

Sumber Referensi : bola.com, bola.okezone, skor.id, transfermarkt, cnnindonesia, tribunnews, radarsolo

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru