Setiap dari kita pasti pernah melakukan sesuatu untuk pertama kali. Pertama kalinya menaiki sepeda. Pertama kalinya makan sushi. Pertama kali menjadi orang tua. Atau, mungkin pertama kalinya berpacaran. Hal itu tidak bisa dihindari. Sebab hidup itu sendiri adalah pertama kalinya bagi manusia.
Dalam sepak bola, hal-hal pertama kali ini sering tercipta. Di final Liga Champions, Liga Eropa, dan Liga Konferensi Eropa musim ini saja, ada beberapa pelatih yang melakukan sesuatu untuk pertama kalinya. Siapa saja para pelatih tersebut?
Daftar Isi
Edin Terzic
Sepak bola selalu memberi kejutan dari segala arah. Bagaimana mungkin tim yang tak memiliki ketahanan finansial mengalahkan tim kaya? Bagaimana bisa tim yang dalam beberapa tahun terakhir gagal juara di liga domestik, tapi malah mengalahkan tim yang tiap tahun hampir pasti juara liga?
Pertanyaan-pertanyaan tadi punya satu jawaban: Borussia Dortmund. Die Borussen menjadi tim yang disepelekan di Liga Champions. Sekarang, mungkin banyak yang denial kalau sebelum UCL dimulai, pernah menyepelekan Dortmund. Ngaku aja, deh!
Siapa pula yang menjagokan Dortmund, ketika ada AC Milan dan PSG di sana? Namun, sepak bola memang sulit dinalar. Dortmund yang dianggap hanya akan finis maksimal peringkat ketiga dan tergusur ke Liga Malam Jumat, justru menjadi juara grup.
Edin Terzic was in the stands as a fan when Borussia Dortmund won the Bundesliga in 2012.
12 years later, he just led Dortmund to their first Champions League final in over a decade.
Dream big ❤️
(📸: edinterzic11/IG) pic.twitter.com/Bdj3Bokr41
— ESPN FC (@ESPNFC) May 7, 2024
Ketika UCL mencapai babak terakhir, semua orang dibuat terbelalak karena Dortmund, tim yang tak dijagokan itu, mengalahkan PSG di semifinal. Ya, PSG yang diperkuat Mbappe. PSG yang dilatih Luis Enrique, pria yang membawa treble winner untuk Barcelona.
Final UCL musim ini akan menjadi yang pertama kalinya buat Dortmund sejak 2013. Pencapaian ini juga spesial buat sang pelatih. Ini adalah untuk pertama kalinya Edin Terzic membawa timnya ke final UCL. Selama ini Terzic tak pernah melakukannya.
Saat menjadi pemain pun, final UCL adalah barang langka bagi pria Jerman keturunan Kroasia itu. Terzic memang pernah menjadi bagian Dortmund saat tim ini melangkah ke final 2013. Namun, kala itu ia hanya sebagai staff scouting, yang pengaruhnya tak banyak.
Gian Piero Gasperini
Berani bertaruh, kamu pasti tidak akan menyangka kalau Atalanta, tim yang terakhir kali scudetto 61 tahun lalu, akan mencapai final Liga Eropa musim ini. Tidak usah menyangkal. Alih-alih Atalanta, kita pasti lebih memperhitungkan Liverpool yang ke final, ya tho?
Namun, sekali lagi, sepak bola bukan matematika dan hukum fisika. Jika sepak bola seperti ilmu pasti, maka bandar judi akan banyak merugi, dan terpaksa gulung tikar lebih dini. Tim-tim seperti Atalanta inilah yang membuat kita yakin, kalau sepak bola tetap menyenangkan.
Kata Gian Piero Gasperini, “Atalanta membuktikan sepak bola adalah meritokrasi.” Bahwa kompetisi seperti Liga Eropa memberi kesempatan yang setara. Bukan hanya bagi tim kaya, klub yang kuat, dan tim yang berasal dari liga masyhur.
For the first time in the club’s 116-year history, Atalanta Bergamasca Calcio have reached the final of a major European competition.
Gian Piero Gasperini needs a statue immediately.#UEL pic.twitter.com/2fMhHBJZQh
— Squawka (@Squawka) May 9, 2024
Setelah bertahun-tahun, Atalanta akhirnya sanggup mencapai final kompetisi Eropa. Final yang insya Allah berlangsung di Dublin nanti, akan menjadi final Eropa pertama bagi Atalanta. Klub berjuluk La Dea memang sering bermain di kompetisi Eropa, baik Liga Champions maupun Liga Eropa.
Namun, pencapaian terbaik mereka hanya perempat final UCL musim 2019/20. Selain menjadi final pertama bagi La Dea, ini juga menjadi final Eropa pertama bagi Gian Piero Gasperini.
Selama 30 tahun kariernya melatih, allenatore yang bahkan lebih tua dari Carletto itu belum pernah mencapai final kompetisi Eropa apa pun. Sekalipun saat ia melatih La Beneamata.
Jose Luis Mendilibar
Jika Gasperini dan Terzic untuk pertama kalinya ke final, bagi pelatih Olympiakos, Jose Luis Mendilibar, final Liga Konferensi Eropa nanti akan menjadi final kedua baginya. Sebelumnya, pelatih berpaspor Spanyol ini pernah membawa Sevilla ke final Liga Eropa.
Ketika sampai ke final, ia bahkan memutus rekor tak terkalahkan Jose Mourinho di final kompetisi Eropa. Sayangnya, Sevilla memberhentikannya. Nama Mendilibar pun tak lagi menyerempet kuping. Namun, diam-diam Mendilibar tak ubahnya Rhea bagi tim Yunani, Olympiakos.
DON José Luis Mendilibar lleva a Olympiacos a la PRIMERA final europea de TODA su HISTORIA.
Honor. pic.twitter.com/mhXNp97OfV
— Fran Martínez (@LaLigaenDirecto) May 9, 2024
Orang Iberia itu membawa Olympiakos kembali ke lintasannya, merebut gelar juara. Awalnya cuma untuk membawa Olympiakos ke jalur juara Liga Yunani, tapi Mendilibar menambahkannya dengan kesempatan meraih titel Eropa pertama. Pria Basque itu menciptakan sejarah dengan membawa Olympiakos untuk pertama kalinya ke final kompetisi Eropa.
Klub berjuluk Thrylos ini memang sering lolos ke Eropa. Liga Champions, Liga Eropa, dan Liga Konferensi, semua dijajaki. Namun, prestasi terbaik mereka hanyalah lolos ke 16 besar di Liga Champions musim 2013/14.
Olympiakos lolos ke final Liga Konferensi Eropa lewat cara meyakinkan, yakni mengalahkan unggulan dari Inggris, Aston Villa. Tak tanggung-tanggung, pasukan Mendilibar membungkam anak asuh Unai Emery dengan agregat sangat telak, 6-2. Duh, gimana nih, katanya Emery jago di kompetisi Eropa?
Xabi Alonso
Yang terakhir adalah Xabi Alonso. Betul, final Liga Eropa musim ini bukanlah final pertama bagi Bayer Leverkusen. Die Werkself pernah mencapai final saat kompetisi ini bernama UEFA Cup, yakni pada musim 1987/88. Kala itu Die Werkself kalah atas Espanyol lewat adu tendangan penalti.
Bayer Leverkusen juga pernah menginjak final Liga Champions, tepatnya musim 2001/02. Namun, final itu menyesakkan dada penggemar. Kalah dari Real Madrid dan Bayer Leverkusen pun akhirnya diejek dijuluki “Neverkusen”. Waktu itu mereka gagal meraih treble yang sudah ada di depan mata.
Nah, bagi Xabi Alonso ini adalah final Eropa pertamanya sebagai seorang pelatih. Cukup menarik karena Alonso melakukannya bersama tim yang minim keuangan, skuad apa adanya, baru saja mengalami keterpurukan, dan di tim yang tak pernah punya titel Eropa.
47 games unbeaten and a foot in the door to the Europa League final.
Xabi Alonso 🧠 pic.twitter.com/Xp1PPsMF90
— B/R Football (@brfootball) May 2, 2024
Ini juga lesatan karier yang unik, fenomenal, sekaligus monumental bagi Xabi Alonso. Ia memulai karier melatih di tim muda Real Madrid. Alonso tidak lantas melatih tim senior. Justru ia pergi ke mantan klubnya, Real Sociedad. Melatih tim senior? Tidak. Xabi Alonso bekerja di tim B.
Kesempatan melatih tim senior baru datang jelang tengah musim 2022/23. Tim yang meminangnya adalah tim pesakitan Bayer Leverkusen. Ia gagal membawa Die Werkself tampil di UCL musim berikutnya dan ini penurunan. Namun, di musim itu pula, Alonso membawa Leverkusen ke semifinal Liga Eropa setelah tergusur dari UCL.
Nah, musim penuhnya dimulai musim 2023/24. Di ujung musim ini, Alonso melewati pencapaiannya musim lalu. Tidak hanya memastikan diri lolos ke UCL musim depan, tapi sekalian saja juara Bundesliga.
Lalu, di musim ini pula, Alonso membawa Leverkusen ke final Liga Eropa usai mengandaskan AS Roma di semifinal. Ingat, apa? Ya, Bayer Leverkusen adalah tim utama pertama yang dilatih Alonso. Selain menjadi final Eropa pertamanya sebagai pelatih dan di tim senior pertama yang dilatih, final Liga Eropa musim ini akan menjadi final Liga Eropa pertama bagi Alonso.
Sepanjang kariernya, termasuk saat menjadi pemain, Alonso belum pernah mencapai final Liga Eropa maupun UEFA Cup. Gimana mau sampai final, wong tim yang dibelanya bermain di Liga Champions.
Sumber: Bild, BBC, CorrieredelloSport, EuroSport, TheToc, Noticiasdegipuzkoa