Pelatih Vietnam Keliru, Harusnya yang Dia Sindir Malaysia, Bukan Indonesia

spot_img

Genderang perang Piala AFF 2024 ditabuh. Laga-laga perdana dilakoni oleh sejumlah peserta, termasuk tim-tim besar seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Seperti yang sudah-sudah, turnamen terbaik sejagat alam semesta dan lelembut ini selalu menghadirkan intrik-intrik yang tak hanya pelik, tapi juga jijik.

Ingat Marselino Ferdinan disepak kepalanya menggunakan bola oleh salah satu pemain Myanmar? Kejadian itu seakan-akan membuat turnamen ini bukan lagi kompetisi sepak bola sub-konfederasi, melainkan turnamen sub-kelurahan.

Itu di dalam lapangan. Di luar lapangan, para peserta mulai membeo, terutama mereka yang menang besar. Salah satunya yang cukup menyentil hati nurani fans Timnas Indonesia adalah komentar dari pelatih Vietnam, Kim Sang-sik selepas timnya menebas hidup-hidup Timnas Laos. Hm…. komentar apakah itu?

Nyindir Timnas Indonesia

Ceritanya, di laga pertama Timnas Vietnam asuhan Kim Sang-sik menghadapi Laos. Tentu saja di atas papan tulis, Vietnam unggul. Memenangkan laga itu hukumnya fardhu ain. Bisa jadi bahan ledekan kalau sampai kalah.

Dan… ya, Vietnam benar-benar mengalahkan Laos. Tak tanggung-tanggung, Timnas Bumbu Dapur dihajar di rumahnya sendiri lewat skor mencolok, 4-1. Semua gol yang dicetak Vietnam berasal dari Nguyen. Usai laga, di ruangan konferensi pers, Kim Sang-sik bangga sekali bisa membawa timnya menang besar melawan Laos. Ya, Laos! 

Tentu saja membanggakan tim doang bukan ciri khas pelatih Vietnam. Dalam satu tarikan nafas, pelatih asal Korea Selatan itu juga memuncratkan sindiran pada Timnas Indonesia. Mengutip Detikcom, Sang-sik menyebut bahwa Vietnam berhasil menang telak karena membawa skuad terbaiknya ke Piala AFF 2024, tidak seperti Indonesia dan Thailand.

“Indonesia dan Thailand tidak membawa skuad terbaiknya di ajang ini. Namun, kami akan tetap berusaha semaksimal mungkin agar mencapai final, sesuai dengan target awal,” kata Sang-sik.

Arah pembicaraan Sang-sik seolah menyindir Indonesia yang cuma menang 1-0 atas Myanmar. Sementara Thailand dan Vietnam bisa menang besar menghadapi lawan-lawannya. Jadi, seakan-akan menang 1-0 itu seperti Antony di MU: barang hinaan. Namun, Sang-sik salah besar kalau menyindir Indonesia. Harusnya setelah timnya melibas Laos, Malaysia lah yang mesti dia sindir.

Malaysia Gagal Menang di Pertandingan Pertama

Dari empat tim yang disebut-sebut lokomotif sepak bola Asia Tenggara, satu-satunya yang gagal memetik kemenangan di partai pertama adalah Malaysia. Kalau lawannya Thailand sih masih oke. Lha ini, lawan mereka ‘hanya’ sekelas Kamboja. Terlepas sudah maju apa belum, Kamboja tetaplah Kamboja.

Level mereka masih di bawah Malaysia. Namun lihat! Nyatanya pasukan Pau Marti Vicente malah kesulitan menembus pertahanan Timnas Kembang Kuburan. Bermain di depan pendukungnya sendiri, anak asuh Koji Gyotoku justru lebih percaya diri dan jauh dari kata gentar untuk menggempur pertahanan Harimau Malaya.

Kamboja yang banyak diisi pemain naturalisasi dari Jepang malah hampir saja membuat Malaysia pulang sambil berlinang air mata. Hingga menit ke-70, skor 2-1 untuk keunggulan Kamboja bertahan. Untungnya, pemain naturalisasi, Fegus Tierney yang masuk menit 70 mampu menyamakan kedudukan, empat menit dia berada di lapangan.

Ironi Timnas Malaysia

Imbang memang bukan hasil yang buruk. Tapi seri menghadapi Kamboja dengan skuad bertabur pemain naturalisasi, jelas memalukan. Walau katanya sih, dik Malay tidak menurunkan skuad terbaiknya. Pemain seperti Dion Cools, Syihan Hazmi, hingga Matthew Davies tidak ikut.

Tapi kan hampir keseluruhan pemain yang dibawa ke Piala AFF adalah pemain naturalisasi. Di skuad Pau Marti, nama-nama senior seperti Syafiq Ahmad dan Dominic Tan masih ada. Sederet pemain naturalisasi yang, entah kapan mereka menaturalisasinya, juga dibawa di turnamen dua tahunan ini.

Setidaknya di laga melawan Kamboja saja ada lima pemain naturalisasi yang dimainkan sejak babak pertama. Paulo Josue, Endrick, Dominic Tan, Daniel Ting, dan Stuart Wilkin main dari menit pertama. Itu belum termasuk pemain naturalisasi lain yang turun di babak kedua seperti Fergus Tierney, Sergio Aguero, dan Darren Lok.

Satu lagi, walau katanya tidak menurunkan pemain terbaik, Timnas Malaysia menjadi salah satu dari empat skuad termahal di Piala AFF 2024. Bahkan mengutip Tirto.id, Malaysia menduduki posisi ketiga dengan nilai skuad Rp109,09 miliar. Harimau Malaya berada di bawah Thailand dan Vietnam. Indonesia malah berada di posisi keempat.

Dengan skuad termahal ketiga dan bertabur naturalisasi, Malaysia malah nyaris kalah dari Kamboja. Sementara Indonesia dengan nilai skuad yang cuma Rp60 miliar sekian dan kebanyakan pemain muda, bisa mengalahkan Myanmar yang dihuni pemain senior. Namun lucunya di sini, yang kena sindir pelatih Vietnam malah Indonesia, alih-alih Malaysia.

Ada dendam apa sih pakcik Sang-sik? Kok ente bisa segitunya membenci Timnas Indonesia?

Yang Penting Tiga Poin

Lagian, menang berapa pun, 1-0, 4-1, atau 10-0 kek, poin yang didapat tidak dikalikan dengan jumlah gol alias masih tiga poin. Toh Piala AFF juga masih di babak grup. Jadi, yang penting adalah kemenangan, tidak peduli berapapun skornya. Kalau kalah atau imbang, nah itu mungkin bakal berpengaruh ke tabel klasemen.

Lagi pula, akan seberapa ketat sih fase grup Piala AFF sampai-sampai agresivitas gol diperhitungkan? Sudah jelas kok dari Grup B sendiri siapa yang bakal lolos ke semifinal. Di fase gugur pun yang dibicarakan toh nantinya juga menang atau kalah, bukan skornya. Ingat kata Coach Justin.

Poin FIFA Indonesia Lebih Banyak dari Vietnam

Vietnam boleh bahagia menang besar atas Laos, dan pelatihnya seenak jidat menyindir tim lain. Tapi coba deh cari tahu lagi. Selain kemenangan berapapun skornya tetap bernilai tiga poin, kemenangan besar Vietnam atas Laos dan kemenangan tipis lagi susah payah Indonesia atas Myanmar, punya bobot poin yang berbeda di mata FIFA.

Yang kedua memiliki bobot poin lebih banyak dari yang pertama. Begini. Usai mengalahkan Myanmar di Thuwunna Stadium, Indonesia mendapat poin FIFA 1,8. Padahal skornya cuma 1-0. Sementara dari kemenangan besar atas Laos di laga pertama, Vietnam cuma mendapatkan 1,3 poin FIFA.

Ya, ya, itu mendingan daripada Timnas Thailand. Pasukan Masatada Ishii lebih ngenes lagi. Mereka memang berhasil membumihanguskan Timor Leste lewat 10 gol tanpa balas. Tapi poin FIFA didapat tak sampai 1 poin. Mengutip Bolasport, dari kemenangan itu Gajah Perang cuma memperoleh 0,95 poin.

Poin FIFA yang diperoleh Indonesia bisa lebih banyak dari Vietnam dan Thailand karena yang dihadapi adalah Myanmar. Biar bagaimanapun negara yang pernah mencapai kejayaannya di sepak bola Asia pada 1950-an itu, punya ranking yang lebih tinggi dari Timor Leste dan Laos.

Per 28 November 2024, Myanmar kini menduduki posisi 167 FIFA. Sedangkan Timor Leste berada di peringkat 196, dan Laos bertengger di peringkat 186 FIFA. Jadi jelas ya, menang besar di Piala AFF tidak perlu terlalu dibanggakan. Dan semestinya pelatih Vietnam tidak perlu menyindir segala.

Tapi kalau masih mau menyindir Indonesia, ya silakan saja. Toh akhirnya bakal kelihatan mana yang memanfaatkan Piala AFF untuk umbar kesombongan, mana yang memanfaatkan Piala AFF untuk meraup secuil demi secuil poin FIFA. Kalau Shin Tae-yong jelas. Ia akan memilih opsi yang kedua.

https://youtu.be/re1nBXss5gI

Sumber: Baoquangninh, JPNN, Tirtoid, Detikcom, IDNTimes, Bolasport

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru