Ketika mulai terdengar sayup-sayup nyanyian “Football’s Coming Home” dari fans Timnas Inggris, di situlah harapan mulai melambung tinggi. Pasukan Gareth Southgate sebentar lagi akan berangkat ke Jerman guna menjalani kompetisi antar negara terbesar kedua setelah Piala Dunia, yakni Piala Eropa.
Di edisi kali ini, para pengamat sepakbola kembali mencantumkan nama Timnas Inggris sebagai tim unggulan. Skuad yang dibawa oleh Gareth Southgate kali ini begitu istimewa. Namun, yang paling menarik perhatian adalah lini depan. Di mana Southgate membawa banyak sekali pemain yang memiliki naluri menyerang.
Penasaran, semewah apa? Sebelum kita bahas siapa nama-namanya, football lovers bisa subscribe dan nyalakan lonceng lebih dulu agar tak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven.
Daftar Isi
Gelandang
Menjadi yang diunggulkan bukan suatu hal yang baru bagi The Three Lions. Mungkin, bisa dibilang Timnas Inggris adalah tim yang konsisten selalu diunggulkan di setiap kompetisi. Tapi, ya gitu. Hingga saat ini mereka belum meraih gelar juara. Prestasi terbaiknya adalah mencapai partai puncak di EURO 2020.
Kini, ketika kompetisi yang sama akan dilaksanakan di Jerman, Inggris kembali datang dengan skuad terbaiknya. Gareth Southgate memanggil banyak pemain yang memiliki naluri mencetak gol tinggi. Bahkan di posisi gelandang. Tak jarang, mereka jadi tulang punggung di klubnya masing-masing.
Antara lain Connor Gallagher, James Madison, Cole Palmer, Eberechi Eze dan tentunya Jude Bellingham. Kelima nama tersebut merupakan gelandang yang memiliki atribut menyerang.
Cole Palmer bahkan jadi dalang di balik pencapaian Chelsea finis di urutan keenam Liga Inggris musim ini. Mantan pemain Manchester City itu terlibat dalam 40 gol yang diciptakan Chelsea dengan rincian 25 gol dan 15 assist. Dirinya bahkan dinobatkan sebagai pemain muda terbaik Liga Inggris musim 2023/24.
Jude Bellingham pun demikian. Pemain berusia 20 tahun itu bisa dibilang jadi yang paling sukses dibandingkan rekan-rekannya di lini tengah. Selain membantu Real Madrid mengawinkan gelar La Liga dan Liga Champions, Bellingham juga menyumbang 23 gol dan 13 assist di semua kompetisi musim ini.
Selain lima nama itu, Southgate masih punya nama-nama lain seperti Declan Rice atau Trent Alexander-Arnold yang tampaknya bakal disulap menjadi gelandang. Keduanya juga bisa menjadi pemecah kebuntuan melalui skema bola mati.
Pemain Sayap
Di sektor sayap, Gareth Southgate juga membawa nama-nama terbaiknya. Sayang, di EURO edisi kali ini Marcus Rashford tak bisa berpartisipasi. Performa yang tak konsisten jadi alasan kuat mengapa dirinya tak mendapat slot di skuad Tiga Singa. Tapi tenang, meski tanpa Rashy, sektor sayap Inggris tetap mewah dan berbahaya.
Stok pemain sayap tajam Timnas Inggris musim ini sangat melimpah. Pemain yang dibawa Southgate antara lain Bukayo Saka, Phil Foden, Anthony Gordon, Jarrod Bowen, dan Jack Grealish. Dari kelima nama itu, yang paling menarik perhatian musim ini adalah Phil Foden.
Lonjakan performanya pun pernah dibahas oleh Starting Eleven Story. Musim ini, Foden disulap oleh Pep Guardiola menjadi sayap yang lebih produktif. Ia mengakhiri musim 2023/24 dengan catatan 27 gol dan 12 assist di semua kompetisi. Tak cuma itu, dirinya juga menyabet gelar individu sebagai Player of The Season Premier League 2023/24.
Tak kalah dari Foden, Saka dan Bowen juga telah menjadi mesin gol di klubnya dalam beberapa musim terakhir. Meski lebih sering beroperasi melalui sektor sayap, Bowen maupun Saka masing-masing mencatatkan 20 gol di semua kompetisi musim ini. 16 diantaranya mereka catatkan di Liga Inggris.
Striker
Sementara di posisi penyerang tengah, Gareth Southgate membawa tiga nama terbaik. Mereka adalah Harry Kane, Ollie Watkins, dan Ivan Toney. Tiga pemain ini dipilih karena gaya bermainnya. Ya, Southgate bukan cuma mencari pemain depan yang haus gol, tapi juga bisa menciptakan peluang bagi rekan-rekannya.
Baik Kane, Watkins, maupun Toney bukan lah pemain egois. Mereka sering bergerak turun untuk membuka ruang bagi pemain sayap atau sekedar menjemput bola. Dari tiga nama itu, yang kurang menyita perhatian adalah Toney. Itu karena lebih dari separuh musimnya dihabiskan untuk menjalani hukuman dari FA.
Sementara Kane dan Watkins telah membuktikan kepiawaiannya menjadi striker tajam nan kreatif di klubnya masing-masing. Harry Kane misalnya. Meski gagal meraih trofi Bundesliga dengan Bayern Munchen, mantan penyerang Spurs itu berhasil mengamankan gelar top skor Bundesliga dengan torehan 36 gol. Berstatus debutan di Bundesliga, catatan itu sangat membanggakan.
Bersama Munchen, Kane tak hanya bertugas sebagai mesin gol. Ia juga berperan sebagai striker provider. Membuka ruang dan menciptakan peluang untuk rekan-rekannya. Ia bahkan menciptakan 12 assist sepanjang musim ini. Begitupun dengan Watkins. Ia juga berperan sebagai striker kreatif di lini depan Aston Villa.
Sejak bergabung Aston Villa pada tahun 2020, Watkins memang konsisten mencetak lebih dari sepuluh gol setiap musimnya. Tapi, di bawah asuhan Unai Emery Watkins kian matang. Kekuatan fisik, naluri mencetak gol, hingga pengambilan keputusannya sudah jauh meningkat. Sampai-sampai dirinya dianggap sebagai Harry Kane versi harga pelajar.
4-3-3?
Lantas, bagaimana Gareth Southgate memaksimalkan skuad yang mewah ini? Kita lihat dulu, Southgate akan menggunakan skema apa di EURO nanti. Selama dua tahun terakhir, Southgate paling sering menggunakan skema 4-3-3 dan 4-2-3-1. Meski di atas kertas susunannya berbeda, tapi formasi ini sebetulnya hampir mirip. Terutama saat menyerang.
Nantinya, jika menggunakan tiga penyerang, maka pilihan cukup banyak. Jika biasanya sayap kiri diisi Marcus Rashford, maka kali ini pilihan terbaiknya adalah Anthony Gordon. Mengapa begitu? Kan Jack Grealish lebih senior. Meski demikian, penampilan Grealish musim ini kurang greget.
Gordon dinilai lebih menjanjikan. Apalagi kecepatan dan kemampuan dribbling-nya akan sangat membantu Inggris dalam membongkar pertahanan lawan. Bahkan, ketimbang memasang Grealish, Southgate lebih direkomendasikan memasang Foden atau Eze di posisi tersebut apabila sedang ingin melakukan rotasi.
Sedangkan penyerang tengah sudah pasti akan tetap diisi oleh Harry Kane. Meski usianya sudah 30 tahun, Kane dirasa masih jadi opsi terbaik ketimbang dua nama lain. Pengalaman tampil di ajang-ajang besar dan jiwa kepemimpinan jadi bahan pertimbangan mengapa dirinya harus mengisi pos lini serang The Three Lions.
Jika sudah begini, maka Phil Foden adalah pilihan paling bijaksana untuk mengisi posisi sayap kanan. Tanpa merendahkan Bukayo Saka atau Jarrod Bowen, Foden adalah pemain yang tepat untuk skema 4-3-3. Fleksibilitas dan kemampuannya dalam menemukan ruang kosong di kotak penalti akan cocok dengan skema ini. Tapi, kalau Southgate meminta Foden mengisi sayap kiri ya posisi ini akan jatuh ke tangan Saka.
Bagaimana Jika 4-2-3-1?
Lalu, bagaimana jika Southgate menggunakan skema satu striker dalam formasi 4-2-3-1? Kurang lebih sama, tinggal posisi sayap sedikit ditarik ke belakang agar sejajar dengan gelandang serang dan Kane dibiarkan berdiri jauh di depan. Nah, soal siapa yang akan mengisi pos gelandang serang harus diperhatikan.
Dalam formasi 4-2-3-1, gelandang serang harus memiliki naluri menyerang dan visi bermain yang bagus untuk membantu tiga penyerang di depan. Entah itu jadi penyuplai bola atau menjadi striker bayangan di belakang Harry Kane. Pemain yang cocok dengan peran tersebut sudah jelas Jude Bellingham.
Sebagai pelapis ada Cole Palmer. Punggawa Chelsea itu juga bisa diturunkan sebagai pemain sayap jika dibutuhkan. Gimana, pusing juga kan jadi Gareth Southgate? Kalau bisa sih mainin semua aja biar menyerang total. Kan pertahanan terbaik adalah menyerang.
Sumber: UEFA, Bundesliga, Goal