7.344 kilometer perjalanan akan ditempuh rombongan Timnas Indonesia kala melawat ke China di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Anak asuh Shin Tae-yong akan menghabiskan 115 jam rihlah dari Jakarta ke Qingdao, di Provinsi Shandong, China.
Federasi Sepak Bola China atau CFA sengaja menempatkan laga melawan Indonesia di Qingdao. Keputusan ini cukup memancing Erick Thohir berkomentar. Lalu muncul bola liar.
China cuma mau mengakali Timnas Indonesia. Dan mungkin saja hanya itu yang bisa mereka lakukan. Kalau kita menilik kekuatan Timnas China, sebetulnya tidak seberapa. Bahkan seperti kuburan China, prestasi Timnas China juga sepi. Seburuk apa sih Timnas China? Mari mengurainya.
Daftar Isi
Alasan China Menaruh Laga ke Qingdao
Putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia akan menggunakan format double round robin. Setiap tim akan mendapat jatah menjadi tuan rumah maupun tamu. Ihwal tempat pelaksanaan, keputusan diserahkan ke tuan rumah. Oleh karena itu, kesempatan menjadi tuan rumah bisa dijadikan strategi. Seperti apa yang dilakukan oleh CFA.
Sebelum menghadapi Indonesia, China akan lebih dulu bertandang ke Adelaide, Australia di bulan yang sama, yakni Oktober. Mengutip CNN Indonesia, CFA pun mempertimbangkan venue yang cuacanya tak berbeda dari Adelaide untuk menjamu Indonesia. Sehingga Timnas China tak kesulitan beradaptasi.
CFA pun memilih Qingdao. Kebetulan di Bulan Oktober, China memasuki musim dingin. Suhu tertinggi di Qingdao maksimal bisa mencapai 20 derajat celcius kala musim dingin, sedang suhu terendahnya bisa menyentuh 12 derajat celcius.
Kabarnya China akan memilih stadion yang jaraknya hampir 7 jam dari Bandara Beijing untuk menjamu Indonesia di kualifikasi Piala Dunia nanti.
Ketum PSSI, Pak Erick Thohir berencana akan mengerjai balik kalau memang negara lain akan mengerjai Indonesia.
“Jadi kita juga nanti… pic.twitter.com/gQF8IiIHmo
— Berita Sepakbola Dunia (@gilabola_ina) July 30, 2024
Mendengar bahwa China akan menjamu Indonesia di Qingdao dengan cuaca dingin semacam itu, Erick Thohir merespons seperti seorang bocah yang dikerjain temannya. Secara impulsif Erick bilang akan membalas perlakuan China tersebut. Menurutnya, Indonesia bisa saja menjamu China tidak di GBK, melainkan di Stadion Harapan Bangsa di Aceh atau Stadion Lukas Enembe di Papua.
Warganet juga ikutan reaktif. Banyak yang bilang, China ini tim lemah, tim yang sangat mungkin dikalahkan oleh pasukan STY. Maka dari itu, mereka mencoba menggembosi Timnas Indonesia dengan menjamunya ke tempat dingin yang jaraknya bahkan enam jam perjalanan dari Beijing.
Cuma Sekali ke Piala Dunia
Ya, ya, Timnas China memang jelek. Namun, sebenarnya tidak sejelek Timnas Indonesia. Kalau mau ngamuk di kolom komentar, sok atuh. Tapi kita lihat dulu sejarahnya. Sekurang-kurangnya, China pernah sekali lolos ke Piala Dunia dengan nama China. Indonesia? Baru akan. Itu pun belum terbukti.
Meskipun itu hanya di edisi 2002. Benar, saat dua negara Asia: Jepang dan Korea Selatan menjadi tuan rumah. Di Piala Dunia 2002, China bagai tim yang buat menggenapi saja. Di fase grup, The Dragons bergabung dengan Kosta Rika, Turki, dan Brazil. Jangankan menyabet kemenangan, mencetak gol saja, ah ya ampun, nggak mampu.
Chinese #football fans have stayed overnight for this year’s #WorldCup, going through ups and downs with their favorite teams and players. But for many, the most unforgettable is the World Cup in 2002, the only time China’s men national football team joined though scored zero. pic.twitter.com/ECmSGF0nTN
— PaTh (@live_seasons) December 13, 2022
Dari tiga pertandingan, China menelan tiga kekalahan. Kosta Rika melumat mereka 2-0. Brazil berpesta empat gol. Turki bahkan bisa mencetak tiga gol. Satu-satunya kelolosan China ke Piala Dunia tersebut malahan bisa jadi sesuatu yang tak layak dikenang. Finis di posisi juru kunci, China bahkan menjadi tim terburuk di kompetisi itu setelah Arab Saudi.
Usai di edisi 2002, China tak lagi ke putaran final Piala Dunia. Paling pol mereka hanya sampai di putaran ketiga. Terhitung sudah 22 tahun China tak terjun di Piala Dunia. Dua dekade lebih, bung!
Tak Pernah ke Olimpiade Sejak 2008
Di level multi olahraga kelas dunia, Olimpiade, Timnas China juga terakhir ambil bagian di tahun 2008. Di edisi itu, mereka sebetulnya tidak lolos kualifikasi karena Olimpiade 2008 digelar di Beijing.
Mirisnya, meski bermain di depan pendukung sendiri, China terhenti di fase grup. Setelah Olimpiade Beijing 2008, China tak pernah lolos ke Olimpiade cabang sepak bola putra. Termasuk Olimpiade Paris 2024, sudah empat caturwulan Timnas China tidak bermain di Olimpiade.
Tidak Pernah Juara di Piala Asia
Tak seperti Jepang maupun Korea Selatan, China adalah aib sepak bola Asia Timur. Mereka tak pernah sekali pun menjuarai Piala Asia. China juga acap kali kesulitan di Piala Asia. Misalnya saja di edisi kemarin. Sementara Indonesia bisa melangkah ke 16 besar, China terhenti di fase grup.
The Dragons tak menggondol satu pun kemenangan di Grup A, melainkan hanya meraih dua hasil imbang. Namun, berbeda dengan Indonesia yang pencapaian terbaiknya cuma 16 besar, China sudah dua kali menjadi runner-up. Itu di edisi 1984 ketika takluk atas Arab Saudi dan ketika menjadi tuan rumah di edisi 2004. Waktu itu yang mengalahkan China di final adalah Jepang asuhan Zico.
Di Asian Games, mau itu saat memakai tim U-23 ataupun senior, prestasi terbaik China hanya medali perak, yakni di edisi 1994. Omon-omon, tim U-23 China ternyata jauh lebih buruk dari tim seniornya. Lihat saja, dari lima kali keikutsertaan di Piala Asia U-23, China tak pernah sekali pun lolos dari fase grup.
Saking jeleknya, China hanya dua kali meraih kemenangan dari lima kali tampil di putaran final Piala Asia U-23. Lah, Indonesia emang lebih baik? Sorry nih ye, walau baru sekali bermain di Piala Asia U-23, Indonesia bisa menempati posisi keempat.
Satu yang bisa saja dibanggakan China adalah gelar EAFF Cup atau selevel AFF. Di kompetisi ini, China dua kali juara, di tahun 2005 dan tahun 2010.
Kehilangan Eksistensi, Pembinaan Buruk
Setelah melihat sejarahnya, mari masuk ke kondisi terkini. China, begitu pula Jepang dan Korea Selatan, sejatinya merupakan kekuatan Asia Timur. Ketiganya adalah bunga. Tapi kalau Korea Selatan dan Jepang adalah bunga yang mekar, China bunga yang layu.
Di olahraga lain, China memang jago. Tapi di sepak bola, China cuma bisa melongo. Kemajuan sepak bola yang dijanjikan Xi Jinping ambruk dalam waktu yang terbilang singkat. Mengutip media China, Sohu, masyarakat China tak lagi berharap banyak pada tim nasional sepak bola pria. Namun, alasannya bukan hanya karena timnasnya penuh cela.
Masih banyak timnas yang buruk, namun masih eksis. Timnas Indonesia, misalnya. Sementara, Timnas China tak punya eksistensi. Mereka memang ikut di beberapa kompetisi, tapi ya sekadar yang penting ikut. Selain itu, pembinaan mereka buruk. Sangat buruk malah.
Lihat kan, gimana bapuknya tim U-23 mereka? Timnas China saat ini saja masih diperkuat pemain kelahiran 1990-an awal. Nama-nama bangkotan seperti Wu Lei, Wei Shihao, dan Zhang Yuning yang bahkan belum berprestasi di tingkat Asia masih saja diandalkan.
Korupsi
Sesulit itu ya mencari pemain muda di 1,4 miliar penduduk? Pemain kelahiran 1990-an akhir, tahun 2000, dan 2005 ke atas sebetulnya banyak. Hanya saja para pemain ini tenggelam di lautan kasus korupsi di tubuh federasi. Tahukah kamu, bahwa sepak bola China sampai sekarang masih saja menelurkan para koruptor?
Salah satunya yang menyeret mantan Presiden CFA. Mengutip Al-Jazeera, mantan Presiden CFA yang dimaksud, Chen Xuyuan dijatuhi hukuman seumur hidup karena menerima suap. Hukuman itu menyusul penyelidikan besar-besar setelah kampanye antikorupsi Xi Jinping di sepak bola China.
China has sentenced the former president of the Football Association, Chen Xuyuan, to life in prison for accepting bribes. This sentence was handed down after one of the biggest anti-corruption probes in the sport in years. The court found that Chen had taken advantage of his… pic.twitter.com/qTeDWIzP1V
— District411.info 🪙 (@iamdistrict411) March 26, 2024
Chen memanfaatkan jabatannya dari tahun 2010 hingga 2023 untuk membantu orang lain memuluskan proyek, investasi, dan pengaturan skor. Demi meraup keuntungan senilai 81 juta yuan atau sekitar Rp182 miliar, ia merusak sepak bola China.
Itu di federasi. Liga China dan korupsi juga berpelukan. Pada awal tahun 2000 hingga 2009, kasus semacam pengaturan pertandingan marak terjadi. Lucunya, tak ada sosok yang bisa menghentikan itu sampai Xi Jinping akhirnya cewe-cawe.
Kasus-kasus semacam ini membuat sepak bola China mundur jauh ke belakang. Para pemain muda kandas karena pembinaan terhambat dan investasinya terbatas. Bagaimana mau investasi jika pemimpin federasinya saja pemburu rente yang korup?
Melihat situasi semacam itu, inilah kesempatan Indonesia menghabisi China. Tak masalah main di Qingdao. Para pemain bisa latihan dulu di tempat yang cuacanya mirip-mirip. Setelah itu, kita bikin China yang sudah bonyok makin babak belur.
https://youtu.be/sF5l_TNvU_I
Sumber: NyTimes, 36kr, Sohu, Al-Jazeera, France24, TheConversation, CNNIndonesia