Gimana permainan Timnas Indonesia saat menghadapi Jepang dan Arab Saudi? Jauh berbeda bukan? Di laga melawan Arab Saudi, kita bisa lebih tenang dalam menghadapi tekanan lawan. Indonesia juga terlihat lebih rapi saat melakukan transisi baik dari menyerang ke bertahan maupun sebaliknya.
Menurut kalian, siapa nih pemain yang patut mendapat apresiasi lebih selain Marselino Ferdinan yang mencetak dua gol? Calvin Verdonk? Jelas. El Ninja ada di mana-mana. Rizky Ridho? Mimin juga sepakat. Karena pemain yang satu ini bisa jadi tandem yang sempurna bagi Bang Jay. Tapi ada satu pemain lagi yang berperan penting, namun tidak terlalu disorot oleh media. Dia adalah Ivar Jenner.
Mungkin ia tak mencetak dua gol seperti Marselino. Dirinya juga tidak melakukan tekel sebanyak Ridho. Tapi, jika kalian melihat permainan Ivar, maka kalian akan melihat bagaimana permainan Timnas Indonesia secara keseluruhan. Untuk membuktikan itu, mari kita ulas sedikit kisah dan kehebatan pemain keturunan Jember ini.
Daftar Isi
Bergabung di Usia Muda
Sebagai pemuda berusia 20 tahun, terlalu banyak yang harus dikorbankan hingga Ivar Jenner akhirnya mengucap sumpah WNI pada Mei 2023. Awalnya, bersama Jim Corque, Ivar Jenner masuk dalam radar Shin Tae-yong dan PSSI. Mereka akan dipersiapkan untuk Piala Dunia U-20 yang saat itu rencananya akan diselenggarakan di Indonesia.
Saat itu, PSSI menargetkan STY untuk bisa membawa Timnas Indonesia U-20 ke perempat final Piala Dunia U-20. Makanya pelatih asal Korea Selatan itu meminta amunisi tambahan dari pemain-pemain diaspora. Exco PSSI yang mengurusi pemain naturalisasi, yakni Hasani Abdulgani pun langsung menghubungi Ivar. Sang pemain menyambut baik ketertarikan Indonesia.
Berbeda dengan Jim Corque, Ivar Jenner lebih awam bagi Indonesia karena saat itu berstatus sebagai rekan satu tim Bagus Kahfi di Jong Utrecht. Saat pertama kali dihubungi oleh PSSI pada tahun 2022, Ivar Jenner masih berusia 18 tahun. Ivar dipilih STY karena berposisi sebagai gelandang sentral.
Karena hanya dipersiapkan untuk Piala Dunia U-20, Ivar belum terpikirkan untuk mengucap sumpah WNI. Ia merasa perjalanan karirnya masih panjang. Masih ada kemungkinan untuknya membela Timnas Belanda di kemudian hari.
Demi Sang Sahabat
Pada Maret 2023, keraguan Ivar Jenner terhadap proyek Timnas Indonesia mulai meningkat saat PSSI mengumumkan Piala Dunia U-20 batal digelar di Indonesia. Bak petir di siang bolong, Ivar terkejut dengan perubahan rencana tersebut. Padahal, dirinya sudah melakukan persiapan karena turnamen hanya tinggal beberapa minggu lagi.
Ivar Jenner sempat bimbang. Urgensinya untuk terus membela Timnas Indonesia sudah tidak ada. Pihak PSSI pun menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada Ivar. Mau lanjut, atau tidak. Di tengah kebimbangan itu, terbesit pesan dari mendiang sahabatnya, Noah Gesser.
FYI aja nih, sebelumnya Noah Gesser dan Ivar Jenner merupakan kawan karib di Belanda. Mereka yang sama-sama menekuni sepakbola sering menghabiskan waktu dengan berlatih bersama. Di sela-sela kebersamaan dengan Ivar, Noah sempat berkata bahwa dirinya berambisi untuk membela Timnas Indonesia suatu saat nanti. Itu karena Indonesia adalah tanah leluhur ibunya.
Mendengar hal itu, Ivar pun termotivasi untuk mewujudkan mimpi bersama Noah. Namun, belum juga mendapat panggilan dari PSSI, Noah sudah lebih dulu meninggal dalam kecelakaan mobil pada tahun 2021. Nah, setelah impian tersebut terlintas lagi di kepala, Ivar yang juga didukung oleh keluarga dan fans mendapat dorongan untuk berkomitmen pada Indonesia.
Meski Noah sudah tiada, dengan Ivar bergabung dengan Timnas Indonesia, impian Noah akan selalu hidup bersamanya. Alhasil, setelah berjarak dua bulan dari pencabutan status tuan rumah Piala Dunia, Ivar mengucap sumpah WNI pada Mei 2023.
Dipanggil ke Skuad Senior
Awalnya diproyeksikan untuk tim nasional kelompok umur. Namun karena pada Bulan Juni 2023, STY membutuhkan amunisi tambahan untuk pertandingan melawan Palestina dan Argentina, Ivar dipanggil untuk memperkuat tim nasional senior.
Laga melawan Palestina yang berakhir imbang 0-0 jadi debut pertama Ivar sebagai WNI. Dirinya masuk di menit 71 untuk menggantikan Ricky Kambuaya. Penampilan cameo Ivar justru membuat Shin Tae-yong terpukau. Ivar dinilai mampu menyesuaikan intensitas permainan dengan cepat. Maka dari itu, Ivar langsung diturunkan sebagai starter di laga melawan sang juara dunia, Argentina.
Di laga melawan Argentina, peran Ivar memang tidak terlalu mencolok. Tapi berkat keberadaannya, Indonesia bisa sesekali menguasai bola di lini tengah. Dirinya juga membuat pemain Leicester City, Facundo Buonanotte tidak bisa bergerak dengan bebas. Tapi, yang menjadi titik pembuktian Ivar adalah saat memperkuat Timnas Indonesia U-23.
Tampil di Kualifikasi Piala Asia U-23, Ivar benar-benar memangku peran vital di lini tengah Skuad Garuda. Di laga debutnya melawan China Taipei, Ivar bahkan langsung mencatatkan dua assist. Kreativitas dan kemampuan scanning-nya membantu Timnas Indonesia menghajar Taipei dengan skor 9-0.
Begitu pun di pertandingan berikutnya melawan Turkmenistan. Bermain sebagai gelandang bertahan, Ivar Jenner tampil heroik. Selain mencetak satu gol, dirinya membuat lini tengah Turkmenistan U-23 tidak bisa mengembangkan permainan.
Pasca dua penampilan di Timnas Indonesia U-23, Shin Tae-yong merasa kalau Ivar memiliki kualitas yang lebih baik ketimbang rekan-rekan seusianya. Coach Shin yang tak mau menyia-nyiakan bakat Ivar pun akhirnya mulai secara konsisten memanggilnya ke skuad senior.
Keunggulan Ivar Jenner
Sebagai seorang gelandang, tentu memiliki kreativitas adalah hal yang mutlak. Apalagi, Ivar Jenner adalah pemain jebolan akademi Utrecht. Visi bermain dan kemampuan membaca permainan jelas terasah di sana. Lantas, apa kelebihan lain yang dimiliki Ivar sehingga Shin Tae-yong rela menyisakan satu slot di Timnas senior?
Indonesia termasuk beruntung berhasil mengamankan bakat Ivar Jenner. Karena pemain yang sudah mengantongi 15 caps untuk Timnas Indonesia itu merupakan gelandang yang memiliki kemampuan lengkap. Bertahan bisa, menyerang bisa, cetak assist bisa, tekel bisa, bahkan cetak gol pun bisa.
Secara gaya bermain, Ivar punya karakter yang berbeda dengan Thom Haye dan Nathan Tjoe-A-On. Ketimbang dua pemain itu, Ivar lebih memiliki naluri bertahan. Kemampuan merebut bola dan transisinya bisa dibilang lebih baik dari Nathan yang berposisi asli sebagai bek. Ivar juga memiliki pemahaman ruang lebih baik dalam situasi tanpa bola.
Jika Thom Haye piawai dalam umpan-umpan lambung dan diagonal, maka Ivar lebih handal dalam umpan pendek dan datar. Jika dalam situasi tertentu, Ivar bisa saja melepaskan umpan matang yang mengiris pertahanan lawan. Umpan-umpan seperti ini biasanya jadi favorit Ragnar Oratmangoen atau Witan Sulaeman.
Yang tak kalah dari Thom Haye, Ivar juga punya akurasi tembakan jarak jauh yang oke. Kemampuannya ini sudah terbukti di level klub maupun tim nasional. Beberapa golnya pasti lahir dari sepakan keras dari luar kotak penalti. Dengan atribut yang lengkap, Shin Tae-yong pasti lebih memilih Ivar sebagai tandem El Prof di lini tengah.
VS Jepang dan Arab Saudi
Keberadaan Ivar Jenner sebagai partner Thom Haye memang sepenting itu. Kita bisa bandingkan dua laga kemarin, saat Indonesia menghadapi Jepang dan Arab Saudi. Saat melawan The Blue Samurai, Indonesia tampil tanpa Ivar. Posisinya digantikan oleh Nathan Tjoe-A-On.
Pemain Swansea itu terlihat kewalahan untuk mengcover area yang ditinggalkan oleh Thom. Ya, tahu sendiri lah ya, El Prof bukan tipikal pemain yang memiliki kecepatan. Situasi ini membuat Jepang bisa mengeksploitasi ruang yang terbuka antara lini tengah dan lini bertahan Indonesia.
Berbeda saat Jenner dimainkan di laga melawan Arab Saudi. Tanpa menampik kualitas lawan yang jauh berbeda, Ivar tampil sebagai penyeimbang di lini tengah. Dia bisa mengisi area yang mungkin ditinggalkan Thom Haye pada proses transisi dari bertahan maupun menyerang. Dan terbukti, dengan kehadirannya, Indonesia bisa meraih kemenangan perdana melawan Arab Saudi.
Sumber: Bola.net, Bola.com, VOI, Jakarta Globe