OTAKNYA Timnas Indonesia Nih! Paket Komplit Alex Pastoor dan Denny Landzaat

spot_img

Mengutip kalimat yang sering keluar dari mulut Erick Thohir, “teamwork”. Ya, kerjasama tim adalah yang paling utama. Tak boleh ada satu sosok yang jadi malaikat atau merasa “si paling berjasa” di Timnas Indonesia.

Maka dari itu, gerbong Belanda yang dibawa PSSI di tim kepelatihan adalah satu paket. Jadi, bukan cuma soal Kluivert semata. Penunjukkan sosok yang kurang dikenal seperti Alex Pastoor dan Denny Landzaat sebagai asisten pelatih, justru akan jadi kunci. Dua orang inilah yang nantinya akan jadi “pemikir” yang meramu racikan ciamik di balik layar. Lantas, sehebat sih apa dua orang ini?

Penunjukan Asisten Pelatih

Penunjukkan sosok bintang besar seperti Patrick Kluivert saja tak bisa menjamin performa Timnas Garuda jadi mentereng. Ia akan didampingi oleh dua asisten yang telah ditunjuk oleh PSSI, Alex Pastoor dan Denny Landzaat. Meski menurut penuturan Pak Erick, penunjukkan tersebut bukan kehendak langsung dari Kluivert, namun sebelumnya sudah disetujui oleh sang pelatih.

Dikutip dari de Telegraaf, Kluivert menyebut sendiri sudah punya kedekatan khusus dengan Pastoor dan Landzaat. Pastoor disebut telah lama bersamanya saat kursus kepelatihan sepakbola profesional di Belanda. Ia merasa cocok dengan Pastoor karena punya rekam jejak hebat di beberapa klub. Sementara kalau soal Landzaat, Kluivert mengatakan bahwa ia adalah teman lamanya ketika di Ajax.

Fyi aja nih, kalau soal asisten pelatih, memang dari dulu Patrick Kluivert ini adalah tipe pelatih yang tak punya seorang asisten pelatih tetap. Kluivert bukan tipe seperti Antonio Conte yang selalu membawa ke mana saja Cristian Stellini sebagai asistennya, atau Jose Mourinho yang selalu membawa Rui Faria. Ketika melatih pertama kali di Jong Twente, asisten Kluivert adalah Frans Thijssen. Lalu di Timnas Curacao, asistennya adalah Remko Bicentini. Sedangkan di Adana Demirspor, asistennya adalah Winston Bogarde.

Bagi Tugas

Balik lagi soal Pastoor dan Landzaat. Sejak keduanya resmi ditunjuk, banyak netizen tanah air yang langsung cari tahu siapa mereka sebenarnya. Setelah mengetahuinya, banyak netizen malah berpendapat bahwa kedua sosok itu lebih cocok sebagai pelatih kepala, ketimbang Kluivert. Legenda Belanda, Marciano Vink juga sependapat, bahwa Pastoor atau Landzaat lebih cocok sebagai pelatih Timnas Indonesia, sedangkan Kluivert lebih pas jadi asistennya.

Namun terlepas dari pendapat itu, yang jelas baik itu Kluivert, Pastoor maupun Landzaat adalah satu kesatuan. Mereka adalah satu paket yang tak bisa dipisahkan, dan akan saling berbagi tugas. Kluivert sebagai sosok abang-abangan yang punya nama besar, akan jadi sosok pemersatu di ruang ganti. Sedangkan Pastoor dan Landzaat akan dijadikan sebagai otak yang meramu tim ini dari dapur belakang. Baik itu dari segi teknik, detail taktik, maupun pendekatan.

Pastoor Sang Profesor

Sebagai sosok senior 58 tahun, Alex Pastoor akan memainkan peran penting. Meski profilnya sebagai pemain kurang mentereng, Pastoor ini ternyata banyak dipuji di Belanda. Mantan gelandang Heerenveen dan Volendam era 90-an ini, saat jadi pelatih ternyata pernah tiga kali membawa klub Eerste Divisie seperti Sparta Rotterdam, Almere City, maupun Excelsior, promosi ke Eredivisie. Selain berprestasi, bapak-bapak kelahiran Amsterdam ini adalah sosok yang ahli analisa.

Alex Pastoor bahkan sempat dinobatkan netizen Belanda sebagai salah satu pandit bola terbaik di Belanda. Duh, bisa jadi saingan Coach Justin nih? Hal ini dikarenakan analisisnya di setiap stasiun tv Belanda kerap relate atau sesuai dengan jalannya laga.

Bahkan sekelas legenda Belanda yang jadi pandit seperti Ruud Gullit, dinilai oleh netizen Belanda analisisnya masih kalah jauh dibanding Pastoor. Maka dari itu, netizen di Belanda kerap menyebutnya sebagai “profesor”.

Detail Taktik Pastoor

Tapi jago analisa saja tak cukup jadi jaminan. Selain analisisnya yang jitu, Pastoor juga punya pemikiran detail taktik yang banyak dipuji. Brandon Liss, dalam artikelnya di Total Football Analysis, pernah membedah taktik Pastoor ketika mengantarkan Almere City promosi ke Eredivisie tahun 2023. Ia menyebut bahwa saat itu Pastoor banyak mengandalkan strategi counter pressing.

Saat itu, Almere City menjadi tim paling sukses dan agresif dalam hal counter pressing. Sebanyak 687 pemulihan bola sukses dilakukan dengan teknik itu. Artinya, jika nanti diterapkan di Timnas Indonesia, siap-siap saja para pemain depan dan tengah kita harus punya tenaga ekstra untuk merebut bola secepat mungkin di area pertahanan lawan.

Sementara dalam fase menyerang, tim yang dilatih Pastoor dikenal sebagai tim yang berusaha memainkan bola ke area sayap. Pastoor akan memanfaatkan kecepatan pemain sayapnya untuk berlari mengejar bola dan mengirim umpan silang berbahaya ke kotak penalti. Di Timnas Indonesia, nantinya Pastoor pasti butuh pemain cepat di sisi sayap yang bisa menjalankan taktiknya ini.

Selain itu, elemen lain yang menjadi ciri khas Pastoor adalah sisi adaptifnya. Di Almere City, sisi adaptif ini terlihat dari fleksibilitas formasi yang bisa berubah sesuai situasi dan lawan yang akan dihadapi.

Jadi, nantinya Pastoor akan tahu Indonesia lebih cocok pakai formasi apa ketika menghadapi Australia, Bahrain, China, dan Jepang. Selain condong dengan formasi empat bek seperti Kluivert, Pastoor ini juga tak alergi dengan taktik tiga bek. Sebab, di Almere City ia kerap gunakan taktik itu.

Orbitkan Pemain Muda

Selain detail teknik, Pastoor ini juga dikenal dekat dengan pemain muda. Ia tipe pelatih yang kerap sukses menangani beberapa pemain muda. Sebagai contoh rekam jejak tangan dingin Pastoor, yaitu mengorbitkan Denzel Dumfries.

Pastoor adalah sosok yang memberikan debut pertama kepada Dumfries di tim utama Sparta. Dumfries yang merupakan produk akademi Sparta diberi debut bermain di tim utama pada laga melawan Emmen Februari 2015 saat masih berusia 18 tahun. Pastoor jugalah yang menjadikan Dumfries pilihan utama di sektor bek kanan ketika Sparta promosi ke Eredivisie tahun 2016.

Oh iya, selain itu Pastoor ini juga sangat dekat dengan Thom Haye. Haye pernah bersama Pastoor di AZ Alkmaar pada Juli 2014 sampai September 2014. Pastoor saat itu menjadi asisten Marco van Basten selama tiga laga, dan menjadi caretaker selama dua laga. Ketika jadi caretaker, Pastoor selalu memainkan Profesor Toha selama 90 menit.

Pengalaman dan Kedekatan Landzaat

Bukan hanya Pastoor saja yang dekat dengan Haye, Denny Landzaat pun sama. Bahkan kalau ditelisik, Landzaat lebih lama bersama Haye dibanding Pastoor. Ketika menjadi pelatih individu di AZ selama era pelatih Van Basten, John van den Brom dan Dennis Haar, Landzaat telah mendampingi Haye tampil lebih dari 60 laga.

Tak hanya soal kedekatan personal, ditunjuknya mantan pemain Wigan ini juga diharapkan PSSI mampu menjadi sosok yang bisa akrab dengan para pemain. Kedekatan budaya dan bahasa adalah kelebihan Landzaat.

Kluivert sendiri sudah mengatakan bahwa salah satu kelebihan Landzaat yang akan membantunya adalah, dia bisa bahasa Indonesia, dan tau budaya Indonesia. Asal tahu saja, pria 48 tahun itu punya darah keturunan Indonesia langsung dari sang ibu yang berasal dari Maluku.

Mantan asisten Van Bronckhorst di Feyenoord ini juga punya pengalaman mentereng sebagai pemain. Pengalaman dan kedekatan budaya itulah yang akan dibawa mantan gelandang de Oranje ini saat nanti kongkow-kongkow dengan para pemain Indonesia.

Pada akhirnya, ini adalah sebuah paket komplit. Dengan kolaborasi tiga sosok yang punya keahliannya masing-masing ini, semoga saja membuat Timnas Garuda benar-benar terbang menuju negeri Paman Sam 2026 nanti. Jadi, tetap nyalakan optimisme kalian football lovers!

https://youtu.be/V2IiGOV0uQM

Sumber Referensi : totalfootballanalysis, sportdetik, suara, sportdetik, kumparan, instagram, tvonenews, transfermarkt, okezone

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru