NGERINYA Pertahanan Timnas Indonesia Dengan Pemain Naturalisasi

spot_img

Jika bicara lini belakang yang kokoh, pasti bicara pemain dengan postur tinggi menjulang dan kekar. Tak hanya itu saja sih, pengalaman dan ketenangan yang mumpuni juga diperlukan. Tak dipungkiri pertahanan Timnas Indonesia selama ini mendambakan sosok pemain seperti itu.

Timnas Garuda pun kemudian rela menjalankan program naturalisasi demi mendapatkan sosok bek yang didambakan. Bahkan jumlahnya kini akan terus bertambah. Lalu jika stok bek naturalisasi timnas menumpuk, bagaimana Shin Tae-Yong nanti meramunya?

Materi Lini Belakang Timnas

Materi bek timnas Indonesia ini sebenarnya sudah melimpah. Sebelum naturalisasi pemain seperti Elkan Baggot, Jordi Amat, Sandy Walsh maupun Shayne Pattynama, lini belakang Garuda juga sebenarnya tak kalah kuatnya. Talenta lokal seperti Rizki Ridho, Andy Setyo, Ryuji Utomo, Bagas Adi, Alfeandra Dewangga, maupun Fachrudin Aryanto, juga sempat bergantian menjadi bek andalan timnas.

Ya, memang dari dulu kelemahan timnas Garuda salah satunya adalah di sektor lini belakang. Sejak jaman Robby Darwis, Bejo Sugiantoro, hingga Hamka Hamzah, tak ada bek lokal timnas yang punya tubuh yang tinggi menjulang dan kekar, layaknya bek-bek Eropa.

Maka dari itu, munculah ide pemain naturalisasi. Awalnya pemain naturalisasi tak mengincar pemain dari luar Indonesia. Pemain asing yang sudah lama berlaga di Liga Indonesia menjadi incaran.

Mulai dari Fabiano Beltrame, Otavio Dutra, Victor Igbonefo, maupun Bio Paulin. Namun hasilnya bagaimana? Kita tahu sendiri proyek naturalisasi bek tersebut, hanya akal-akalan saja untuk memenuhi kuota pemain lokal di Liga Indonesia.

Gelombang Baru Bek Naturalisasi

Belajar dari yang sudah-sudah, maka kini era baru gelombang naturalisasi mulai dilakukan. Tepatnya pada era pelatih Shin Tae Yong. Proyek naturalisasi menjadi salah satu jalan yang ditempuh PSSI bersama Shin Tae-Yong untuk menunjang prestasi Timnas Indonesia.

Di era Shin Tae-Yong, PSSI lebih diarahkan untuk melakukan naturalisasi pada para pemain keturunan Indonesia yang bermain di Eropa. Sejak era Coach Shin, pemain naturalisasi yang datang kebanyakan dari sektor bek, seperti Jordi Amat, Sandy Walsh, maupun Pattynama.

Kenapa lini belakang? Soalnya, Shin Tae-Yong melihat lini pertahanan Indonesia belum cukup bagus. Terutama jika untuk menghadapi skema bola mati lawan. Pada saat set piece bola mati seperti sepak pojok, timnas kerap kecolongan ketika harus berduel bola-bola atas. Khususnya melawan tim yang punya postur tubuh tinggi.

Masalah postur tubuh yang kurang begitu tinggi yang dimiliki pemain asli Indonesia, berusaha Shin Tae-Yong atasi dengan menaturalisasi pemain keturunan di posisi lini belakang dengan postur yang tinggi.

Sesuai Kebutuhan?

Selain itu, naturalisasi yang dilakukan Shin Tae-Yong juga ditujukan untuk menunjang sistem bermainnya. Seperti halnya posisi fullback. Tak dipungkiri timnas kini punya fullback lokal bertalenta seperti Arhan dan Asnawi.

Akan tetapi, Coach Shin menganggap itu tak cukup. Ia tak bisa mengandalkan Arhan dan Asnawi secara terus menerus. Butuh sosok lain yang menjadi alternatif. Maka dari itu, Walsh dan Pattynama disiapkan untuk bisa menambah variasi di lini pertahanan timnas.

Lalu di bek tengah ada duet Jordi Amat dan Elkan Baggot. Mereka berdua tak usah diragukan lagi pengalamannya di Eropa. Meski Jordi Amat sudah senior, namun Amat masih bisa berada pada level yang prima. Apalagi ditambah Baggot, pemain yang mentas di Championship bersama Ipswich Town.

Jangan salah, jika Coach Shin hanya asal-asalan menampung pemain naturalisasi. Pasalnya, semua pemain yang disetujuinya untuk membela timnas, punya syarat khusus. Kriteria itu diungkapkan sendiri oleh Shin Tae-Yong. Menurutnya, ia tak bisa memutuskan atas dasar klub apa yang dibela, atau nama besar si pemain. Shin Tae-Yong tetap harus melihat beberapa kali si pemain itu bermain secara langsung.

Penambahan Bek Naturalisasi

Begitupun ketika kini Coach Shin dihadapkan pada penambahan bek naturalisasi baru lagi. Seperti halnya Kevin Diks, Jay Idzes, maupun Nathan Tjoe A-On. Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga mengungkapkan alasan sebenarnya kenapa menumpuk pemain naturalisasi di lini belakang.

Arya menjelaskan PSSI tidak asal mencari pemain untuk dinaturalisasi. Semua langkah naturalisasi atas persetujuan Coach Shin Tae-yong. “Semuanya harus tanya ke pelatih. Kalau pelatih tidak butuh, apapun yang diusulkan orang, kami tak mau untuk memprosesnya.”

Penumpukan Sektor Bek

Banyak juga anggapan bahwa penumpukan bek naturalisasi hanya akan mematikan karier pemain lokal terbaik untuk masuk timnas. Seperti apa yang disorot Media Vietnam The Thao 247. Mereka menyoroti tentang penumpukan bek naturalisasi yang akan dilakukan timnas kita, beserta akibatnya.

Namun tak usah mempermasalahkan hal tersebut. Toh Shin Tae-Yong cukup fair dalam hal ini. Kalau pemain naturalisasi itu tak perform, toh Shin Tae-Yong berani kok tak memakaianya. Terbukti, pemain seperti Rizki Ridho, Asnawi maupun Fachrudin Aryanto juga sering dipercaya oleh Coach Shin.

Justru sekarang yang terpenting adalah, ikuti saja arah yang sudah dijalankan Coach Shin dan PSSI guna terus memperkuat materi pemain timnas. Apalagi turnamen-turnamen penting sudah ada didepan mata kita seperti Piala Asia 2024, maupun Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Hadapi Lawan Berat

Apalagi nanti timnas akan menghadapi lawan yang berat seperti Jepang dan Irak. Kita tau sendiri Jepang ngerinya seperti apa sekarang. Level kualitas dan pengalaman pemain kita dengan Jepang, sudah pasti kalah.

Namun setidaknya dengan adanya para pemain naturalisasi tadi, optimisme tetaplah bersemai. Irak pun juga demikian. Meski tak semoncer Jepang, kekuatan tim juara Piala Asia 2007 tersebut, tak dipungkiri masih diatas kita.

Maka dari itu, strategi menghadapi dua lawan sulit itu bisa diatasi dengan bertaburnya bek naturalisasi timnas. Masih ingat ketika Shin Tae Yong bersama Korea Selatan sukses menghancurkan tim besar seperti Jerman di Piala Dunia 2018?. Salah satu formulanya adalah dengan cara bertahan yang solid.

Komposisi Ideal Bek Timnas

Bisa saja jika Kevin Diks, Nathan Tjoe-A-On, maupun Idzes, jadi bergabung ke timnas, maka format ideal dengan tiga bek tengah juga bisa dipakai Shin Tae-Yong ketika melawan Jepang maupun Irak. Kombinasi Baggot, Amat dengan Diks/Idzes/Nathan, bisa jadi solusi.

Formula ideal lain, bisa juga menggunakan empat bek dengan 4-4-2 compact defense. Korea-nya Shin Tae Yong juga menggunakan taktik itu ketika mengalahkan Jerman di Piala Dunia 2018.

Dalam format itu, dua sayap yang dipakai, bukan bertipikal menyerang. Mereka juga bisa rajin pressing dan turun kebawah. Mereka juga fleksibel untuk bergerak ke area tengah agar celah pertahanan tetap rapat.

Nah, disitu kita bisa meniru dengan memasang Sandy Walsh di sayap kanan, serta Pattynama di sayap kiri. Artinya Asnawi dan Arhan tetap dipakai sebagai bek sayap. Kemampuan Arhan dengan strategi lemparan ke dalamnya, sayang kalau tak dipakai.

Ya, artinya semua naturalisasi bek yang dilakukan timnas selama ini, berkorelasi dengan kebutuhan yang direncanakan Shin Tae-Yong. Kalau kata ketua PSSI Erick Thohir, gak kaleng-kaleng, dan gak asal-asalan. Jadi, tetaplah optimis dan teruslah maju Garudaku.

https://youtu.be/mBjkzev7Z18

Sumber Referensi : bola.okezone, inews, sindonews, tvonenews, kompas.tv, bola.net

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru