Jika Messiah diturunkan ke bumi untuk menyelamatkan umat manusia, beda ceritanya dengan Nasser Al-Khelaifi yang datang ke Eropa. Bukan sebagai penyelamat, Al-Khelaifi justru bagai prototipe dajjal yang mengubah sepak bola, dari yang semula murni olahraga menjadi bisnis.
Sebagai konglomerat, tiada soal jika ia menaruh investasi di PSG dan ingin mengubah sepak bola menjadi bisnis. Tapi yang dilakukan Nasser Al-Khelaifi tidak hanya menanami lahan dengan bibit pohon yang nantinya akan berbuah uang, tapi juga merebut paksa lahan itu untuk dirinya sendiri.
Betul. Persis pengusaha sawit di Indonesia. Nasser mengubah sepak bola menjadi sawah untuk menandur praktik-praktik korupsi, nepotisme, bahkan premanisme. Sama seperti pemburu rente lain di belahan dunia, Nasser selalu lolos dari jerat hukum, meski diserang berbagai macam dakwaan.
Daftar Isi
Masuk PSG
Semua itu berawal tahun 2011. Nasser Al-Khelaifi melihat domba kesakitan bernama PSG. Untungnya, Nasser akrab dengan Emir Qatar, Tamim bin Hamad Al-Thani, pengelola Qatar Investment Authority (QIA), sebuah perusahaan yang mengelola keuangan negara di bidang investasi.
QIA punya anak perusahaan bernama Qatar Sport Investment (QSI). Sesuai namanya, kamu pasti tahu perusahaan tersebut bergerak dalam bidang apa. Tamim bin Hamad Al-Thani memegang 70% saham QSI. Namun, tentu mengelola anak perusahaan bukanlah gaya seorang konglomerat.
Nasser Al-Khelaifi, the president and chief executive officer of PSG since 2011 & the man responsible for bringing together 3 of the worlds biggest talents in Neymar, Kylian Mbappe & Messi, is the chairman of Qatar Sports Investment (QSI) and president of Qatar Tennis Federation. pic.twitter.com/pGDj4Kn84O
— Abyss Talker (@Abyss_Talker) January 30, 2023
Tamim menyerahkan pengelolaan QSI kepada Nasser Al-Khelaifi, yang tiada lain adalah temannya sendiri. Dari situlah pria yang pada November nanti akan berusia 51 tahun itu mengakuisisi Paris Saint-Germain. Klub asal Kota Paris itu pun seketika menjadi salah satu klub paling tajir di Eropa.
Nasser tidak hanya menjadikan PSG taman bisnis, tapi juga kendaraan politiknya. Dari sana Nasser tidak hanya sanggup menjadi pemimpin di level Asia, tapi juga Eropa. Terbukti usai mengakuisisi PSG, karier Nasser melejit. Tahun 2008 ia menjadi presiden Federasi Tenis Qatar. Tahun 2011 naik jabatan menjadi wakil presiden Federasi Tenis Asia untuk Asia Barat.
Mendekati Presiden UEFA
Di Eropa, Nasser menyulap PSG menjadi franchise olahraga. Ia tidak hanya menguasai bidang sepak bolanya, melainkan juga PSG Handball Club atau Klub Bola Tangan PSG. Itu dilakukannya pada tahun 2012. Sudah selesai? Sayangnya, rasa rakus dan ambisius seorang manusia tidak akan pernah berhenti.
Pada 31 Desember 2013, Al Jazeera Sport berpisah dengan Al Jazeera Media Network. Kamu yang mengikuti berita genosida di Palestina pasti tahu media tersebut. Setelah berpisah, Al Jazeera Sport berganti nama menjadi Bein Sports. Beberapa bulan berikutnya Bein Media Group didirikan. Bein Sports menjadi bagiannya.
beIN Sports, owned by PSG owner, Nasser Al-Khelaifi, will be airing a program 30 minutes before the Ballon d’Or ceremony on Monday titled, “A player from another galaxy.” beIN sports commentators and analysts are known for calling Messi by this phrase all the time. pic.twitter.com/wCtIvtGkYc
— R (@Lionel30i) November 24, 2021
Siapa di baliknya? Ya, Nasser Al-Khelaifi. Bein Sports sekarang memiliki 22 saluran di seluruh dunia. Tak ayal apabila kini Bein Sports menjadi pemain besar dalam kancah penyiaran olahraga. Itu di bidang bisnis. Di skena politik, Nasser kian ngosak-ngasik.
Tahun 2013, ia diangkat menjadi salah satu menteri di Pemerintahan Qatar oleh Sheikh Tamim. Ya, ini Tamim yang sama dengan Tamim yang memberikan QSI pada Nasser. Bukan hanya itu. Setelah mengakuisisi PSG, pintu masuk jajaran elit Eropa terbuka untuk Nasser.
Ia memasuki pintu itu dan bertemu Aleksander Caferin, presiden UEFA. Bagi orang seperti Nasser, tidak sulit untuk dekat dengan presiden UEFA. Melalui perusahaannya, Nasser tinggal menyuntikan ratusan juta dolar untuk Liga Champions, salah satu kompetisi klub bentukan UEFA. Dalam sekejap Nasser dan Caferin seolah menjadi teman masa kecil.
Aleksander Čeferin and Nasser Al-Khelaifi are about to conclude a huge deal for the broadcasting rights of European competitions in the Middle East. UEFA are ready to turn a blind eye to PSG's FFP violations in order to get the deal done. (Source: @mirkonicolino) pic.twitter.com/kdK1UykFaH
— Transfer News Live (@DeadlineDayLive) June 16, 2021
Menduduki ECA
Seperti seorang wanita yang berhasil dicuri hatinya, Caferin pun akan mencurahkan segalanya untuk Nasser. Dengan mudah mantan petenis Qatar itu menjadi anggota komite eksekutif UEFA. Nasser bahkan dipercaya menjadi salah satu panitia penyelenggara Piala Dunia Antarklub, sebagai perwakilan dari UEFA.
Selama menjadi anggota komite eksekutif UEFA, manuver Nasser bertambah liar. Setelah Andrea Agnelli memutuskan mundur sebagai Presiden Asosiasi Klub Eropa (ECA) karena perannya dalam Liga Super Eropa, tanpa pikir panjang, UEFA menunjuk Nasser Al-Khelaifi sebagai penerus.
Seperti ungkapan “Kekuasaan Itu Candu”, setelah menjabat Presiden Asosiasi Klub Eropa (ECA) tahun 2021, libido akan kekuasaan dalam diri Nasser kian membuncah. Bermodal jabatan hasil nepotisme dan kemampuan retorika yang mungkin ia pelajari dari Aristoteles, September 2023 lalu, dengan suara bulat, Nasser kembali terpilih sebagai Presiden ECA.
Kasus Suap FIFA
Penunjukkan Nasser sebagai Presiden ECA tahun 2021 silam lebih dekat pada nepotisme belaka. Sebelum mengambil mandat tersebut, Nasser sebenarnya memiliki catatan hitam. Tahun 2017, Nasser Al-Khelaifi terseret kasus suap yang kelak orang mengenal kasusnya dengan nama “FIFAgate”.
Ceritanya, Nasser mendekati Sekretaris Jenderal (Sekjen) FIFA kala itu, Jerome Valcke. Menawarkan sebuah villa yang harganya ditaksir 7,2 juta euro (Rp122,5 miliar) padanya. Kantor Kejaksaan Swiss mendakwa Nasser telah menghasut Valcke untuk memberikan hak siar Piala Dunia 2026 dan 2030 kepada Bein Sports.
Paris St. Germain president Nasser Al-Khelaifi & Jerome Valcke set for corruption trial | Top News Region pic.twitter.com/XaUKM3kZ1I
— Top News Region Dot Com (@TopNewsRegionD1) November 3, 2020
Menurut laporan L’Equipe, Valcke juga harus menghadapi panggilan dari pengadilan Swiss. Jika tuntutan itu dikabulkan hakim, maka Valcke akan mendekam di balik jeruji selama 35 bulan. Sementara Nasser terancam 28 bulan bui. Apakah Nasser akhirnya mendekam di penjara?
Sayangnya, bahkan Nasser gagal diseret ke pengadilan. Setelah penyelidikan selama tiga tahun. Ya, tiga tahun. FIFA justru mencapai kesepakatan damai dengan pemilik PSG itu. Ya, damai! Jaksa pun mencabut segala tuntutan pidana pada Nasser Al-Khelaifi.
Penculikan dan Penyiksaan
Dakwaan pada Nasser Al-Khelaifi masih belum berhenti. Beberapa bulan sebelum ia ditunjuk lagi sebagai Presiden ECA pada September 2023, Nasser tersandung kasus penculikan dan penyiksaan. Ya, penculikan dan penyiksaan!
Pada Maret 2023, media Prancis, L’Equipe melaporkan bahwa Nasser Al-Khelaifi tengah dalam penyelidikan atas kasus dugaan penculikan dan penyiksaan terhadap pengusaha keturunan Prancis-Aljazair, Tayeb Benabderrahmane di Qatar.
🚨 Nasser Al-Khelaïfi is the subject of an investigation led by three French judges for:
— Transfer News Live (@DeadlineDayLive) March 2, 2023
– Kidnapping
– Torture
Lobbyist Tayeb Benabderrahmane is said to have sensitive documents on the PSG president. 🇶🇦
He denies all the accusations.
(Source: AFP) pic.twitter.com/WLS9Ym23nn
Berdasarkan keterangan pengacara Tayeb, pengusaha Prancis-Aljazair itu disekap di sebuah penjara di Qatar pada Januari 2020. Selama dipenjara di Qatar, Tayeb mengalami penyiksaan berat. Setelah disiksa di penjara, Tayeb memang dibebaskan, tetapi ia menjadi tahanan rumah sebelum akhirnya diizinkan meninggalkan Qatar pada November 2020.
Itu pun setelah Tayeb menandatangani perjanjian “rahasia” yang menyebutkan bahwa ia tidak akan membocorkan dokumen-dokumen “sensitif” tentang presiden PSG itu. Mengutip Morocco World News, dokumen-dokumen yang dimaksud disinyalir terkait dengan pemberian hak tuan rumah Piala Dunia 2022 pada Qatar dan hak siar eksklusif pada Bein Sports.
Nasser tentu saja berkilah. Ia berdalih tidak terlibat dalam kasus penculikan yang dimaksud. Namun begitu, Paris telah menunjuk tiga hakim sekaligus untuk menyelidiki tuduhan tersebut. Apakah akhirnya Nasser bersalah? Belum ada keputusan hingga ia terpilih lagi sebagai Presiden ECA.
Qatar connection : L'autre affaire Colonna
— 🍓Sined Warrior🐭🍓 (@SinedWarrior) October 2, 2023
Après les révélations de blast, l'affaire Tayeb Benabderrahmane / Nasser Al-Khelaïfi empoisonne les relations entre le Qatar et la France. Désormais, Catherine Colonna est en première ligne. https://t.co/WM8g2Olvsu
Kekerasan dan Ancaman Pembunuhan
Terlibat atau tidak dalam kasus itu, sikap premanisme sudah ditunjukkan Nasser jauh-jauh hari sebelumnya. Usai timnya kalah dari Real Madrid di Liga Champions musim 2021/22, ia turun dari tribun VIP melabrak wasit karena tidak memberikan pelanggaran atas apa yang dilakukan Karim Benzema pada Donnarumma.
Ia juga menyatroni ruang ganti Real Madrid. Marah-marah. Ia melontarkan hinaan dan ancaman pada staf Los Galacticos. Salah satu ancamannya menghilangkan nyawa salah satu staf Real Madrid. Perilaku itu jelas melanggar Pasal 11 Kode Disiplin Uni Eropa tentang prinsip dasar perilaku.
PSG president Nasser Al-Khelaifi reportedly kicked off after the game last night. He broke the linesman's flag, broke one of their pendants and told a Real Madrid employee, who was filming the incident, that he was going to kill him.
— Football Tweet ⚽ (@Football__Tweet) March 10, 2022
✍️ @abc_deportes pic.twitter.com/MODFxSV5RG
Tapi apa? Ya, benar, Nasser Al-Khelaifi lolos lagi dari hukuman. Setidaknya sampai naskah video ini dibuat, ia belum mendapat hukuman terkait tindakannya pada staf Real Madrid.
Kesewenang-wenangan Nasser dan sikapnya yang gumede membuat banyak klub Eropa mulai memberontak dari UEFA. Liga Super Eropa dengan Real Madrid sebagai motor hanya salah satunya.
Tapi lebih besar dari itu, klub-klub Eropa sampai membentuk badan independen di luar UEFA, yakni Union of European Clubs (UEC). Organisasi ini didirikan demi ekosistem sepak bola yang lebih adil, berimbang, dan berkelanjutan.
Exclusive: At least three Premier League teams are considering joining the new Union of European Clubs (UEC), which launches in Brussels on Monday and has the support of LaLiga president Javier Tebas. Crystal Palace definitely in.🦅 pic.twitter.com/DLovnfVAzR
— Ben Jacobs (@JacobsBen) April 20, 2023
Brentford, Crystal Palace, Aston Villa, dan Brighton ikut memberontak. Shakhtar Donetsk juga sudah muak dengan sepak bola yang dijalankan Nasser. Nasser sendiri? Ia kebakaran jenggot. Mendengar adanya UEC, ia melarang seluruh klub-klub Eropa bergabung ke organisasi itu.
Pencemaran Nama Baik
Memasuki tahun 2024, Nasser kembali berulah. Presiden PSG itu punya rencana untuk membeli Parc de Princes, markasnya PSG dari Pemerintah Kota Paris. Akan tetapi rencana tersebut ditentang oleh pihak Paris. Negosiasi tidak ada. Justru saling berbalas argumen di media yang terjadi.
Nasser berdalih pihak Paris tidak mau menjual Parc des Princes kepada orang Qatar. Ia menilai pejabat Kota Paris telah melakukan tindakan rasisme. Hal itu kemudian disanggah oleh Wakil Walikota Paris, David Belliard. “Menyebut saya rasis sama saja melakukan pencemaran nama baik,” kata Belliard dikutip Politico.
Bukan tidak mungkin jika masalah ini masih berlarut-larut, Nasser Al-Khelaifi akan dilaporkan atas dugaan pencemaran nama baik. Namun, itu bukan masalah baginya. FIFA saja ia taklukkan, apalagi cuma Pemkot Paris?
Sumber: News18, BeinSports, Skorid, QLeaks, MoroccoWorldNews, TheGuardian, Untold-Arsenal, Politico