Ada puluhan kisah tentang pemain muda yang digadang-gadang bakal mendobrak persepakbolaan dunia di masa yang akan datang, tapi tak bisa memenuhi ekspektasi. Beberapa dari mereka bahkan di cap sebagai “The Next Messi”, lantaran skill olah bolanya membuat publik terobsesi menjadikan mereka ‘Messi yang baru’.
Tak terkecuali Marko Marin, mantan pemain Chelsea yang sempat dicap sebagai Messi dari Jerman ini tak mampu membuktikan anggapan publik bahwa ia akan menjadi Messi baru suatu saat nanti. Bak seekor capung, kecemerlangan karir Marko Marin hanya berumur singkat.
Setelah naik daun bersama Werder Bremen, Marin menjelma jadi pemain pinjaman abadi ketika diboyong ke Inggris oleh Chelsea. Terakhir, ia terlihat berseragam klub asal Hungaria, Ferencvaros sebelum akhirnya pensiun di usia 33 tahun pada Juli 2022 lalu. Lantas bagaimana kisah karir terjun bebas wonderkid asal Jerman yang berakhir di liga antah berantah itu?
Daftar Isi
Menarik Perhatian di Bundesliga
Sama halnya dengan bakat-bakat Jerman yang kini menjadi andalan Der Panzer, Marko Marin merupakan produk asli dari pengembangan bakat di sepakbola Jerman. Pada tahun 2005 ia bahkan sudah bergabung dengan Borussia Monchengladbach di usia 17 tahun.
Setelah beberapa musim menyuguhkan permainan yang gesit dan lincah bersama Gladbach, namanya masuk ke dalam skuad Timnas Jerman U-21 yang kala itu berisikan Manuel Neuer, Matts Hummels, Jerome Boateng, hingga Mesut ozil. Bersama mereka, Marin memenangkan Euro U-21 pada tahun 2009.
What a team this was 😍
Any #Werder experts out there who can tell us what match this was from? 🤔 pic.twitter.com/RfiqpYPoTi
— SV Werder Bremen EN (@werderbremen_en) May 10, 2020
Setelah berstatus sebagai juara Euro U-21, di tahun yang sama Marin direkrut oleh Werder Bremen. Permainan Marin kian matang bersama Bremen. Di musim perdananya, Marin yang masih berusia 20 tahun sudah mencatatkan 7 gol dan 18 assist di semua kompetisi dan berhasil mengantarkan Bremen finis di urutan ketiga musim 2009/2010.
Musim kedua berseragam Bremen, ia konsisten mencatatkan dua digit assist. Namun, pada musim 2011/12, ia mengalami cedera, yang membuatnya hanya bermain 21 pertandingan. Namun, dengan reputasi dan potensi yang ia miliki, itu sudah cukup bagi Bremen untuk mencapai kesepakatan 8 juta euro (Rp119 miliar) dengan klub Liga Inggris, Chelsea.
Gagal Membuktikan Diri di Chelsea
Berbekal performa gemilang di Bundesliga, musim 2012/2013 Marko Marin merantau ke Inggris dengan mengantongi ekspektasi tinggi. Ia diprediksi bakal mencapai potensi maksimalnya dan menjadi gelandang serang papan atas selama di Chelsea. Sayangnya, ekspektasi yang berlebihan justru jadi beban bagi Marin.
Pria kelahiran Yugoslavia itu gagal memaksimalkan potensi dirinya karena dipicu berbagai faktor, mulai dari cedera, penampilan yang tak konsisten hingga persaingan ketat dalam menembus skuad inti Chelsea. Pasalnya ia harus bersaing dengan Eden Hazard, Juan Mata, Oscar dan beberapa pemain bintang lain untuk mendapatkan tempat di starting line–up Roberto di Matteo.
Bahkan harus menunggu pergantian pelatih ke Rafael Benítez terlebih dahulu, untuk melihat pemain berkebangsaan Jerman itu melakukan debutnya di Premier League. Ia melakoni debut saat laga kontra Fulham di pekan ke 14. Itu pun hanya 8 menit. Selama musim tersebut, Marin mengantongi 6 pertandingan yang hampir semuanya dimulai dari bangku cadangan.
Para fans pun mulai bertanya-tanya, apa maksud Chelsea mendatangkan pemain macam ini? Bisa dibilang ia hanya satu musim berseragam The Blues. Selepas musim perdana dan satu-satunya itu, ia menghabiskan sisa 3 tahun durasi kontraknya bersama Chelsea sebagai pemain pinjaman.
Berkelana Sebagai Pemain Pinjaman
Sama halnya dengan puluhan pemain lain, Marko Marin jadi korban dari keserakahan Chelsea dalam menimbun pemain-pemain muda. Bersama Nathan Ake, Lucas Piazon dan Victor Moses, Marko Marin dipinjamkan ke beberapa klub lain demi mendapatkan menit bermain. Dan Sevilla jadi klub pertama yang mau menampung Marin.
Sampe kelewat… ‘The German Messi’ kemarin berulang tahun yg ke-33 🥳
Musim ini main di Ferencvaros. Udah main di 12 klub di 10 negara berbeda. Lancar 4 bahasa (Jerman, Inggris, Spanyol, Serbia)
The one and only, Marko Marin! 🇩🇪 pic.twitter.com/VZ9AVVAEsw
— Spieltag Indonesia (@SpieltagIndo) March 14, 2022
Sama seperti di Chelsea, di Spanyol Marin harus berjuang untuk menemukan tempat di skuad utama. Tapi setidaknya, Marin mendapat menit bermain yang lebih banyak ketimbang di Inggris. Ia memainkan 30 pertandingan di semua kompetisi, dan tergabung dalam skuat Sevilla yang menjuarai Europa League musim 2013/2014.
Penampilannya bersama Sevilla terbukti belum cukup untuk membuatnya kembali berseragam Chelsea. Satu-satunya alasan Marin kembali ke London hanya untuk mengurus administrasi guna menjalani proses peminjaman ke klub lain. Kali ini Italia jadi destinasi Marko Marin.
Musim 2014/15, Marko Marin dititipkan ke Fiorentina. Jika waktu Marin di Spanyol relatif sukses, mantranya di Italia benar-benar jadi bencana. Sekali lagi, ia berjuang dengan cedera, yang membuatnya tidak bermain satu menit pun di Serie A. Ia hanya mendapatkan empat caps di Europa League.
Belum genap semusim, Fiorentina pun mengembalikan Marko Marin ke Chelsea. Tapi The Blues tak menginginkannya dan justru mencarikannya klub baru. Klub Liga Belgia, Anderlecht mau menampung Marin. Namun karena sang pemain kerap dibekap cedera, Anderlecht pun tak sudi mempertahankannya lama-lama.
Musim yang Lumayan Bersama Red Star
Setelah kisah singkat di Belgia, Marin kembali dipinjamkan. Kali ini ke Liga Turki bersama Trabzonspor, sebelum akhirnya dilepas secara permanen ke Olympiakos pada tahun 2016. Bermodal 3 juta euro, (Rp44 miliar) Olympiakos menyelamatkan Marko Marin dari hubungan toxic-nya dengan Chelsea.
🤷♂️ Wait a second, Marko Marin is playing for Red Star.
And he’s just scored?!
WHAT A PLAYER!#PSGFKCZ pic.twitter.com/TLoXujjwTs
— The Sportsman (@TheSportsman) October 3, 2018
Sayangnya bersama klub Yunani itu, Marin tetap tak berkembang. Meski pamornya sudah menurun, Red Star Belgrade yang baru lolos ke Liga Champions bersedia mengontraknya pada tahun 2018. Dan mungkin ini adalah pertama kalinya sejak kepindahannya ke Chelsea, Marin membuktikan bahwa klub tak salah telah berinvestasi padanya.
Dengan tujuh gol dan 13 assist, Marin menjalani musim paling produktif sejak 2009/10 di Jerman. Ia mengakhiri musim 2018/19 dengan catatan manis. Marin bahkan memenangkan pemain terbaik Liga Serbia. Namun setelah dua musim membela Red Star, Marin menepi dari sepakbola Eropa dan mencoba peruntungan di Timur Tengah.
Berakhir di Hungaria
Pemberitaan Marin mencuat ketika ia diumumkan sebagai pemain Al-Ahli tahun 2020 silam. Ia didatangkan dari Red Star Belgrade dengan mahar 2,5 juta euro atau setara Rp37 miliar. Gaji yang tinggi jadi salah satu alasan mengapa ia memilih bermain di Saudi Arabia.
Musim pertama berjalan tak begitu buruk bagi Marin, ia berhasil mengantarkan Al-Ahli finis di urutan ketiga Liga Arab Saudi. Namun performa Marin justru menurun ketika memasuki musim kedua. Ia hanya memainkan 9 pertandingan lantaran terus dibekap cedera. Akhirnya Marin dipinjamkan ke klub Saudi lainnya, Al Raed pada Februari 2021.
FREE FROM SAUDI
Mantan gelandang Chelsea dan Werder Bremen, Marko Marin resmi gabung Ferencvaros pasca tinggalkan Al-Ahli Jeddah.
Detail durasi kontraknya tidak diungkap pihak klub. #IMC pic.twitter.com/VRNjCHR1Yi
— MedioClubID (@medioclubID) September 18, 2021
Setelah menjalani dua musim yang tak begitu spesial di Arab Saudi, musim 2021/22 Marko Marin kembali ke Eropa dengan bergabung klub asal Hungaria, Ferencvaros. Ia hanya bertahan semusim dan memutuskan pensiun di di usia 33 tahun pada akhir musim.
Melihat perjalanan karir Marko Marin yang terus menurun, sebetulnya permasalahan utama adalah pada kebugaran sang pemain. Marin yang rentan mengalami cedera membuat dirinya tak mampu mencapai potensi maksimalnya.
Sumber: Foottheball, Podcastretropus, Fussballstadt, Goal