Musim 2021/2022 Jadi Musim Terburuk Juventus?

spot_img

Si Nyonya Tua dari Italia, Juventus sedang dirundung duka. Setelah mereka gagal menjuarai Coppa Italia dan gagal bersaing di perebutan gelar juara Serie A musim ini. Juventus kita tahu adalah penguasa Serie A dalam 1 dekade ke belakang.

Sampai-sampai ada yang bilang Juve adalah panitia Liga Serie A. Saking seringnya mereka meraih gelar. Namun musim ini, di bawah pelatih baru rasa lama, Juventus diantarkannya pada musim terburuknya, mengapa bisa demikian?

Perombakan Juventus

Musim 2021/22, Juventus melakukan perombakan besar dalam skuadnya, atas dasar kegagalan musim lalu ketika Andrea Pirlo dianggap gagal membawa Juventus ke level yang lebih tinggi. Juventus musim lalu bersama Pirlo tertatih di Serie A dan hanya finish di posisi ke 4 liga.

Perombakan yang dilakukan manajemen Juve kali ini tak main-main. Mereka melibatkan mega bintang Cristiano Ronaldo pada perombakan itu. Ronaldo akhirnya pergi dari Turin dan merapat ke MU. Transfer Ronaldo juga menyangkut aspek finansial ketika total beban gaji Juventus membengkak, sudi tak sudi manajemen dipaksa ngirit.

Pemain-pemain Juve lainnya macam Bentancur, Ramsey, Dejan Kulusevski akhirnya juga hengkang. Sebagai gantinya, Juventus membeli Denis Zakaria, Weston Mckennie, Kaio Jorge, Dusan Vlahovic, sampai Manuel Locatelli.

Juventus pada awal musim ini melakukan perombakan atas dasar penyeimbangan neraca keuangan klub serta meregenerasi skuad. Akan tetapi, hal itu dilakukan tidak secara menyeluruh, melainkan bertahap. Mengingat lini belakang Juventus juga perlu perombakan.

Namun, di lini belakang Juve praktis tidak ada perombakan berarti. Kiper Szczesny masih dipertahankan, meski inkonsisten. Sementara dua bek veteran, Chiellini dan Bonucci masih jadi andalan Juventus.

Sementara, di lini tengah dan depan sudah mulai terlihat pembenahan serius. Kombinasi Zakaria dan Locatelli diharapkan bisa menopang lini penyerangan baru di bawah Morata, Dybala, Chiesa dan Vlahovic.

Dari perombakan pemain, juga terjadi pada perombakan pelatih. Max Allegri, pelatih yang pernah membawa Juventus dua kali masuk final Liga Champions, ditunjuk kembali menggantikan Andrea Pirlo yang sebenarnya tidak terlalu gagal musim lalu, karena ia masih menyabet dua trofi, Supercoppa dan Coppa Italia.

Allegri diharapkan manajemen Juventus mengawal perombakan besar Juve ini. Dengan mental juara Serie A yang dimiliki, Allegri diharapkan juga mengembalikan dominasi Juventus perlahan di tengah perombakan ini. Setelah musim lalu dominasi Serie A diambil oleh duo Milan.

Tertatih Di Persaingan Domestik

Sayangnya, itu cuma harapan. Skuad yang dirombak jelas membutuhkan adaptasi yang tidak sebentar. Kualitas seorang Allegri pun dipertanyakan usai Juve mengalami hasil buruk di 4 partai pembuka Serie A. Juve hanya mampu meraih dua poin dari 4 laga itu, masing-masing dari hasil imbang melawan Udinese dan AC Milan.

Terlihat skema yang diterapkan Allegri belum sepenuhnya dipahami para pemain Juve yang baru. Meskipun awalnya banyak yang membayangkan bahwa para pemain yang sudah pernah bersama Allegri dulu di Juve macam Bonucci, Chiellini, maupun yang lainnya bisa langsung nyetel.

Pada fase Oktober 2021, Juventus kembali inkonsisten dengan mengalami 2 kekalahan beruntun dari Sassuolo dan Verona. Juve musim ini sering inkonsisten jika bertemu tim kecil. Di fase awal tahun 2022, Juventus dihadapkan pada partai Supercoppa Italia yang mempertemukan juara Serie A musim lalu, Inter melawan juara Coppa Italia musim lalu Juventus.

Perebutan gelar ini sekaligus pembuktian skuad Allegri dan perombakan Juventus musim ini. Meskipun tak seberapa gelar itu, tetapi merupakan prestasi tersendiri bagi Juve untuk mengalahkan rival yang mengganggu dominasinya musim lalu.

Namun yang terjadi Juve takluk dari Inter 2-1. Gelar itu pun raib musim ini digondol sang rival. Allegri kembali mulai dipertanyakan serta dibanding-bandingkan dengan pelatih yang sebelumnya dianggap gagal, yakni Pirlo. Ketika itu sejelek-jeleknya Pirlo mampu mendapatkan gelar Supercoppa ketika mengalahkan Napoli 2-0.

Setelah gelar itu hilang, Allegri termotivasi mengangkat posisi Juve di Serie A. 9 kali tak terkalahkan merupakan jawaban Allegri di Serie A. Meskipun begitu, hasil imbang juga terlalu dominan seperti kembali imbang melawan Milan, Atalanta, dan Torino di medio Januari dan Februari 2022.

Sedangkan para rivalnya macam Inter, Milan, dan Napoli, mampu konsisten meraih poin demi poin dan mengakibatkan Juve tertatih di posisi 4 besar. Penderitaan Juve bertambah ketika Federico Chiesa cedera, dan membuat variasi serangan Juve berkurang.

Persaingan merebut gelar juara musim ini pun dianggap sudah selesai bagi Juve. Dominasi duo Milan musim ini kembali tak terbendung. Perombakan Juve di bawah Allegri terbukti tak mampu membuat Juve kembali mendominasi liga domestik.

Kini, Juventus hanya duduk di posisi ke 4 di Serie A. Memang tiket Liga Champions musim depan ada dalam genggaman. Akan tetapi, secara permainan dan perombakan skuad perlu diperbaiki. Musim 2022/23 nanti juga menjadi pertanyaan bagi Allegri apakah dia akan didepak atau bertahan untuk kembali mengawal perombakan Juve jilid berikutnya.

Puasa Gelar Tahun Ini Sejak 2011/2012

Allegri sebetulnya masih memiliki kesempatan untuk mengangkat moral Juventus. Meski sudah gagal meraih trofi Supercoppa. Juve masih memiliki kesempatan meraih trofi Coppa Italia usai mereka melangkah ke final.

Juve kembali bertemu Inter di final Coppa Italia musim ini. Berlangsung pada Mei 2022, Allegri diharapkan mampu membawa satu-satunya gelar yang mungkin diraih Juventus di musim ini.

Namun itu akhirnya gagal, setelah kembali takluk atas Inter dengan skor 4-2. Gelar Coppa pun lepas ke tangan rival musim ini. Hal yang makin menjadi pukulan bagi manajemen Juve dan seluruh fansnya di dunia.

“Juventus puasa gelar musim ini” adalah headline panas di media-media ketika setelah 10 tahun selalu meraih trofi tiap musimnya. Kali ini Juventus di bawah Allegri mencatatkan musim terburuk Juve.

Luigi Delneri adalah manajer terakhir kali Juve menjalani musim tanpa trofi. Lebih dari satu dekade lalu sejak 2010/11. Skuad Del Neri 2010/11 ketika itu finish di peringkat 7 Serie A, tersingkir dari Coppa Italia di perempat final, dan tidak berhasil lolos dari fase grup Liga Europa ketika itu.

Max Allegri musim ini tidak terlalu beda jauh dengan Del neri. Meskipun secara peringkat Serie A dan perjalanan di Coppa Italia dan Liga Champions, Allegri masih lebih baik.

Setelah kampanye 2010/11 yang menyedihkan bersama Del Neri, Juve menunjuk Antonio Conte yang memicu kebangkitan di Turin di 2011/12. Setelahnya, Juventus rutin sembilan kali Scudetto berturut-turut sampai musim 2019/20, meskipun gonta-ganti pelatih baik Allegri maupun Sarri.

Setelah akhirnya pada musim lalu 2020/21 dominasi liga domestik beruntun mereka dihentikan oleh Inter asuhan Conte. Andrea Pirlo tak mampu mempertahankan dominasi Bianconeri di liga musim lalu. Namun, setidaknya dia berhasil untuk memastikan bahwa kebiasaan memenangkan trofi bagi Juve tetap ada musim lalu, beda dengan Allegri musim ini.

https://youtu.be/nEu2XyKVFPo

Sumber Referensi : en.as, oldjuve, transfermarket

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru