“Miracle in Paris”, Comeback Terbaik Manchester United di 16 Besar Liga Champions

spot_img

Ada dua kenangan tentang Ole Gunnar Solskjær yang wajib diingat oleh fans Manchester United.

Pertama, golnya ke gawang Bayern Munchen di final Liga Champions 1999 yang sukses membawa Manchester United meraih treble winner. Kedua, keberhasilannya sebagai manager yang sukses mengantar Manchester United mencatat salah satu comeback terbaik dalam sejarah Liga Champions.

Kepulangan Ole Gunnar Solskjaer

Musim 2018/2019 menjadi musim perdana Ole Gunnar Solskjaer sebagai manager Manchester United. Saat itu, Solskjaer hanya bertugas sebagai manager interim hingga akhir musim dan menggantikan posisi Jose Mourinho yang dipecat pada Desember 2018.

Solskjaer datang saat MU hanya sanggup meraih 7 kemenangan dalam 17 pertandingan Premier League. Bisa dibilang kalau ia datang di saat yang genting. Walaupun tekanannya cukup berat, tetapi tidak ada ekspektasi berlebih yang dibebankan kepadanya.

Maklum saja, prestasi kepelatihan Ole Gunnar Solskjaer juga hanya seujung jari Jose Mourinho. Solskjaer memang pernah mengukir prestasi dengan tim cadangan Manchester United dan meraih 2 gelar Liga Norwegia bersama Molde. Namun, prestasi tersebut jelas tak sebanding dengan pencapaian Mourinho.

Sebelumnya, Solskjaer sudah pernah menangani Cardiff City di Premier League musim 2014. Namun, ia gagal total. Cardiff finish di posisi 20 dan terdegradasi ke Championship. Maka dari itu, tak ada ekspektasi tinggi kepada pria asal Norwegia tersebut.

Akan tetapi, siapa sangka, Solskjaer berhasil memberi dampak instan. Ia berhasil membawa Setan Merah tak terkalahkan dalam 11 laga beruntun dengan 10 laga di antaranya berakhir dengan kemenangan.

Lalu, ujian berat pun menanti di laga ke-12 Ole Gunnar Solskjaer di mana Manchester United harus melakoni laga sulit kontra Paris Saint-Germain di babak 16 besar Liga Champions.

Drama Di Maria dan Kekalahan Terberat MU di UCL

Fase gugur Liga Champions musim 2018/2019 memang banyak menghadirkan laga memorable yang patut dikenang. Salah satunya ya duel antara Manchester United dan Paris Saint-Germain di babak 16 besar.

MU bertindak sebagai tuan rumah di leg pertama yang digelar pada 12 Februari 2019. Keuntungan sedikit berpihak kepada MU. Selain mood dan form yang tengah bagus, PSG juga harus menjalani laga away tanpa Neymar dan Edinson Cavani.

Namun, meski tanpa kedua penyerangnya, PSG asuhan Thomas Tuchel tak sedikit pun terlihat terganggu. Aksi-aksi Kylian Mbappe benar-benar mengobrak-abrik pertahanan MU.

Singkat cerita, MU berhasil menahan gempuran PSG di babak pertama. Namun, sebelum turun minum, Ole Gunnar Solskjaer dibuat gundah dengan cederanya Jesse Lingard dan Anthony Martial.

Cederanya Lingard dan Martial sangat merugikan Setan Merah. Serangan mereka jadi tumpul dan akhirnya momentum itu berhasil dimanfaatkan oleh PSG yang sukses 2 kali membobol gawang David De Gea. Pertandingan malam itu jadi makin buruk ketika Paul Pogba menerima kartu kuning kedua di menit ke-89 dan harus melewatkan leg kedua.

Kekalahan atas PSG menjadi pukulan telak bagi para pendukung Manchester United yang hadir langsung di ‘Theatre of Dreams’. Pasalnya, Man of The Match di laga tersebut adalah Angel Di Maria.

Laga ini memang menjadi laga emosional untuk fans Manchester United dan Angel Di Maria. Di Maria pernah semusim berseragam Setan Merah setelah ditebus seharga £59,7 juta dari Real Madrid di musim panas 2014. Saat itu, transfer Di Maria menjadi rekor tersendiri di Inggris.

Sayangnya, selama semusim di Old Trafford, Di Maria gagal menampilkan performa terbaiknya. Ia depak dan dicap sebagai rekrutan terburuk Machester United sebelum akhirnya ditampung oleh PSG.

Artinya, laga antara MU vs PSG pada 12 Februari 2019 adalah kali pertama Angel Di Maria menginjakkan kakinya lagi di Old Trafford. Setelah hengkang dari Old Trafford, Di Maria tak hanya dikabarkan tidak bahagia selama berbaju MU, tetapi menyesal pernah bergabung dengan Setan Merah.

Tak ayal, sambutan panas pun langsung diterima pemain internasional Argentina tersebut. Sejak peluit dibunyikan, Di Maria terus disoraki pendukung MU tiap kali menyentuh bola.

Sepanjang pertandingan berjalan, ada beberapa momen panas yang melibatkan Di Maria di lapangan. Mantan pemain Real Madrid itu sempat jadi sasaran lemparan botol air mineral bahkan botol bir oleh suporter MU ketika akan mengambil sepak pojok. Di Maria menanggapinya dengan memungut botol tersebut lalu berpura-pura akan meminumnya sebelum membuang kembali ke pinggir lapangan.

Perlakuan tak menyenangkan juga didapat dari pemain MU. Beberapa kali, ia dikasari. Yang paling ikonik adalah saat Di Maria berlari berebut bola dengan Ashley Young dan didorong hingga menabrak pembatas lapangan. Insiden tersebut langsung ditanggapi oleh suporter MU dengan sorakan ejekan.

Akan tetapi, Angel Di Maria membalas perlakuan-perlakuan tersebut dengan balas dendam yang manis. Ia jadi aktor di balik kemenangan PSG. Dua gol Les Parisiens tercipta berkat asisnya.

Gol pertama PSG di menit ke-53 berawal dari eksekusi sepakan pojok Di Maria yang disambut oleh Presnel Kimpembe. Di Maria merayakan gol tersebut dengan meneriakkan makian ke arah suporter MU.

Tujuh menit berselang, Di Maria yang menyisir sisi kanan pertahanan MU dengan diiringi sorakan dan ejekan dari suporter tuan rumah, sukses mengirim umpan silang manis yang berbuah gol Kylian Mbappe. Ketika ditarik keluar di menit ke-81, Di Maria mendapat standing ovation dari suporter away PSG dan meninggalkan lapangan sebagai Man of The Match.

Balas dendam Angel Di Maria tersebut sukses membawa PSG menjadi tim Prancis pertama yang mengalahkan Manchester United di Old Trafford. Sebaliknya, kekalahan tersebut menjadi pukulan telak bagi Manchester United. Sebab, kekalahan tersebut tak hanya sekadar menghentikan rentetan laga tak terkalahkan mereka bersama Ole Gunnar Solskjaer, tetapi juga menjadi kekalahan kandang terberat Manchester United di kompetisi Eropa.

“Miracle in Paris”

Manchester United bisa dibilang berada di ujung tanduk. Tak berlebih bila menyebut bahwa mereka butuh keajaiban untuk menyelamatkan nyawa mereka di Liga Champions. Sebab, sepanjang sejarah Liga Champions dan Piala Eropa, belum pernah ada tim yang mampu mengatasi ketertinggalan 2-0 atau lebih di kandang sendiri pada leg pertama.

MU juga harus menjalani laga leg kedua di Parc des Princes pada 6 Maret 2019 dengan skuad yang makin pincang. Selain Paul Pogba yang terkena akumulasi kartu, Ander Herrera, Nemanja Matic, Alexis Sanchez, dan Juan Mata menyusul Jesse Lingard dan Anthony Martial yang sudah absen karena cedera. Namun, MU dan Ole Gunnar Solskjaer tak patah arang!

Perubahan formasi dan susunan pemain dari 4-3-3 menjadi 4-4-2 yang dilakukan Solskjaer bebuah manis tatkala Romelu Lukaku sukses mencuri gol cepat ketika laga baru berjalan 2 menit. Sayangnya, sepuluh menit berselang, Juan Bernat menyamakan kedudukan dan membuat skor agregat kembali menjauh menjadi 3-1.

Sulit untuk membayangkan MU mampu membalikkan keadaan, apalagi setelah Eric Bailly yang di laga ini terpaksa main sebagai bek kanan mengalami cedera. Pertahanan MU makin digempur.

Beruntungnya, di menit ke-30, Gianluigi Buffon yang tampil sebagai penjaga gawang PSG membuat blunder fatal tatkala gagal menangkap sepakan jarak jauh Marcus Rashford dengan sempurna. Bola muntah kemudian sukses dimanfaatkan Romelu Lukaku. Skor 2-1 untuk MU pun bertahan hingga turun minum.

Gol kedua Lukaku di malam tersebut membuat skor agregat menjadi 3-2. PSG masih aman dan tampaknya skor tersebut juga akan bertahan hingga akhir laga. Pasalnya, pasukan Thomas Tuchel amat menguasai jalannya pertandingan dengan penguasaan bola hingga 72% dan terus membombardir pertahanan MU dengan 12 kali tembakan sepanjang laga.

Akan tetapi, kegigihan Manchester United memanfaatkan peluang yang sangat sedikit berbuah uluran tangan dari Dewi Fortuna. Saat laga tampak akan berakhir untuk kemenangan PSG, Diogo Dalot yang menggantikan Eric Bailly, melepas tembakan dari luar kota penalti yang berbelok arah usai terlihat mengenai tangan Presnel Kimpembe yang berdiri di dalam kotak penalti.

Drama pun terjadi ketika wasit Damir Skomina menepi ke pinggir lapangan untuk melihat tayangan VAR. Pemain kedua tim, termasuk para pendukung tuan rumah menanti dengan cemas. Dan benar saja, dalam tayangan VAR, bola sepakan Dalot jelas mengenai tangan Kimpembe yang tertunduk dengan kepala di tangannya saat wasit menunjuk titik putih.

Marcus Rashford kemudian maju sebagai algojo. Uniknya, ini adalah kali pertama Rashford mengambil eksekusi penalti di laga kompetitif. Namun, dengan tekanan berat dipundaknya, Rashford berhasil mengemban tanggung jawab tersebut. Sepakan kerasnya gagal dihalau Buffon dan menghujam jala gawang PSG serta membuat skor berubah menjadi 3-1.

Gol Rashford tersebut membuat agregat menjadi sama kuat, 3-3. Namun, Setan Merah unggul jumlah gol away. Tak ayal, gol tersebut langsung membuat seisi stadion Parc des Princes terdiam.

Setelah gol tersebut, PSG terus mencoba mencari gol tambahan. Namun, mereka terus menemui kebuntuan di hadapan tembok kokoh pertahanan MU yang dikomandoi Chris Smalling.
Manchester United harus menunggu hingga menit ke-100 sebelum akhirnya merayakan kemenangan tersebut dengan meriah. Sementara di sisi lain, Angel Di Maria tertunduk bersama skuad PSG lainnya.

Sulit dipercaya memang. Manchester United yang datang di laga tersebut dengan skuad yang amat pincang dan terpaksa memainkan skuad yang relatif muda, serta hanya ditangani manager interim sukses membalikkan semua prediksi untuk mencetak salah satu comebacks paling memorable dalam sejarah Liga Champions.

Ini adalah momen yang belum pernah terjadi sebelumnya. MU adalah tim pertama yang sanggup membalikkan ketertinggalan 2-0 atau lebih di kandang sendiri pada leg pertama fase gugur Liga Champions. Maka tak berlebihan jika laga tersebut pantas mendapat julukan “Miracle in Paris”.

Setelah mencatat sejarah tersebut, langkah MU di Liga Champions 2018/2019 memang langsung terhenti di tangan Barcelona di fase 8 besar. Namun, kemenangan dramatis MU atas PSG di babak 16 besar Liga Champions jadi salah satu pertimbangan manajemen Setan Merah untuk mempermanenkan status Ole Gunnar Solskjaer.

Solskjaer memang pada akhirnya gagal mempersembahkan trofi untuk mantan klubnya. Namun, seperti yang kami bilang di awal. Kemenangan dramatis Manchester United atas PSG di babak 16 besar Liga Champions 2018/2019 tak hanya sekadar menjadi salah satu comebacks paling memorable dalam sejarah Liga Champions, tetapi juga menjadi salah satu kenangan dari Ole Gunnar Solskjaer yang wajib diingat seumur hidup oleh fans Manchester United.


Referensi: BBC, UEFA, BBC, Goal, Manchester Evening News.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru