Menyambut Kembalinya Ipswich Town ke Premier League

spot_img

Bukan Manchester United, Manchester City, Liverpool, Chelsea, Aston Villa, West Ham United, atau bahkan Nottingham Forest. Adalah Ipswich Town, satu-satunya klub Inggris yang punya rekor unbeaten di kandang sendiri dalam kompetisi Eropa.

Portman Road, stadion tua yang sudah berdiri sejak 1884, pernah menjadi saksi kedigdayaan Ipswich Town mengalahkan tim-tim kuat Eropa seperti AC Milan, Inter Milan, Lazio, AS Roma, Feyenoord, hingga Real Madrid dan Barcelona.

Tahun 1981 adalah puncak dari prestasi Ipswich Town di kancah Eropa. Klub berjuluk “The Tractor Boys” itu sukses membawa pulang trofi UEFA Cup usai mengalahkan wakil Belanda, AZ Alkmaar di laga final.

Ipswich Town, klub yang sudah berdiri sejak 145 tahun silam ini juga merupakan mantan klub dari dua manager legendaris Inggris, Sir Alf Ramsey dan Sir Bobby Robson. Sebelum mengantar timnas Inggris menjuarai Piala Dunia 1966, Alf Ramsey adalah manager yang membawa Ipswich Town menjuarai Liga Inggris di musim 1962.

Sementara itu, sebelum melanglang buana dan meraih banyak trofi bersama PSV, Porto, hingga Barcelona, Bobby Robson adalah manager yang mengantar Ipswich Town menjuarai FA Cup 1978 dan UEFA Cup 1981.

Ya, Ipswich Town adalah klub legendaris di tanah Inggris. Mereka juga merupakan salah satu tim yang membentuk Premier League. Sayangnya, seiring dengan berjalannya waktu, mereka mulai terlupakan. Dan, ketimbang sejarah di masa lalu yang semakin mudar, klub ini pada akhirnya lebih kita kenal sebagai klubnya Ed Sheeran dan Elkan Baggott.

Awal Mula Ipswich Town Terasingkan

Di luar musim legendaris Alf Ramsey dan Bobby Robson, Ipswich Town memang selalu kembali ke setelan pabrik, yakni sebuah klub papan tengah yang cukup rajin naik turun kasta. Seperti yang terjadi di musim 2001/2002. Ipswich kembali terdegradasi.

Degradasi yang dialami Ipswich kala itu nampak seperti degradasi biasa yang sudah sering mereka alami. Namun, tanpa mereka sadari, itu menjadi awal dari masa pesangingan “The Tractor Boys”.

Pasca degradasi, Ipswich memang mendapat sedikit hadiah hiburan karena kelolosan mereka ke UEFA Cup berkat aturan UEFA Respect Fair Play ranking. Namun, degradasi menimbulkan masalah yang lebih pelik.

Pendapatan klub menurun drastis. Alhasil, mereka masuk ke fase administrasi. Artinya, klub sedang mengalami krisis finansial dan punya utang yang harus segera dilunasi. Singkat kata, Ipswich Town diambang kebangkrutan.

Namun, kondisi tersebut tak berlangsung lama. Pada awal musim 2003/2004, Ipswich akhirnya berhasil keluar dari fase administrasi. Dan, di bawah manager anyar Joe Royle, “The Tractor Boys” berhasil masuk playoff Championship di dua musim beruntun, tepatnya di musim 2004 dan 2005. Sayangnya, langkah mereka selalu kandas di babak semifinal.

Secercah harapan baru kemudian muncul tatkala pebisnis Marcus Evas mengambil alih saham kepemilikan klub pada akhir tahun 2007. Tak hanya menutup utang klub senilai £32 juta, Evans juga mengucurkan dana investasi senilai £44 juta. Namun, performa Ipswich Town di atas lapangan hijau justru memburuk.

Selama hampir 3 musim di bawah asuhan mantan kapten tim, Jim Magilton, Ipswich Town hanya sanggup sekali finish di posisi 10 besar. Hingga akhirnya, pada musim semi 2009, Magilton dipecat.

Setelah itu, Ipswich Town yang ambisius bertaruh dengan mengontrak pelatih yang punya pengalaman promosi ke Premier League. Roy Keane, Paul Jewell, dan Mick McCarthy jadi deretan manager yang menukangi “The Tractor Boys” selama periode 2009 hingga 2018.

Akan tetapi, meski dilatih oleh sosok yang punya CV spesialis promosi sekalipun, performa Ipswich Town justru makin inkonsisten. Hanya sekali Ipswich Town berhasil lolos ke babak playoff, tepatnya di musim 2015. Namun, seperti halnya kegagalan mereka sebelumnya, Ipswich kembali kandas di babak semifinal.

Bencana besar kemudian terjadi di musim 2018/2019. Sejak awal musim, Ipswich konsisten berada di dasar klasemen dan hingga akhir musim gagal menyelamatkan diri dari jurang degradasi.

Realita pahit pun harus ditelan mentah-mentah oleh para pendukung Ipswich Town. Untuk pertama kalinya sejak 1957, Ipswich harus memulai musim 2019/2020 dari kasta ketiga Liga Inggris.

Tak tanggung-tanggung, tiga tahun mereka habiskan di kasta ketiga. Ironis! Sebab, langkah Ipswich Town sebenarnya tak berubah. Mereka masih mempercayakan posisi manager kepada Paul Lambert dan Paul Cook, sosok yang juga bisa dibilang spesialis promosi. Namun, hasilnya nol besar.

Nyaris dua dekade terasingkan dari kasta teratas Liga Inggris membuat denyut sepak bola di Kota Ipswich melemah. Dengan kondisi klub yang terlihat tanpa harapan, wajar bila keputusasaan melanda.

Bergabungnya Ed Sheeran dan Perekrutan Kieran McKenna yang Mengejutkan

Kondisi memprihatinkan tersebut akhirnya menemui ujungnya seiring dengan keputusan Marcus Evans yang menjual saham kepemilikannya pada April 2021. Gamechanger 20, sebuah konsorsium asal Amerika Serikat kemudian mengambil alih klub dengan mahar £40 juta.

Tak lama setelah itu, gairah para fans kembali menyala usai Ed Sheeran memutuskan untuk men-support Ipswich Town. Tumbuh di Kota Framlingham yang berjarak 20 mil dari Ipswich membuat peraih 4 penghargaan Grammy Awards tersebut sudah menjadi pendukung setia “The Tractor Boys” sejak kecil.

Tak hanya beberapa kali datang ke stadion untuk memberi dukungan langsung, Ed Sheeran juga memutuskan untuk men-support klub idolanya tersebut melalui kesapakatan sponsorship. Itulah mengapa sejak 2021, logo The “Mathematics Tour” milik Ed Sheeran jadi sponsor utama pada jersey Ipswich Town. Selain itu, nama Ed Sheeran juga dimasukkan ke dalam skuad Ipswich Town dan diberi nomor punggung 17.

Momen tersebut jadi penanda dari awal kebangkitan Ipswich Town. Lalu, sosok yang akhirnya mampu mewujudkan mimpi tersebut adalah Kieran McKenna. Namun, penunjukannya sebagai manager anyar pada Desember 2021 pada awalnya membuat banyak pihak ragu dan bertanya-tanya.

Lulusan Sports Science dari Loughborough University tersebut tak pernah menembus level profesional. Pelatih yang kini baru berusia 37 tahun itu juga tak punya pengalaman melatih tim utama. Selain itu, profil dan CV yang McKenna miliki juga kontras dengan deretan manager Ipswich Town sebelumnya. Oleh sebab itu, Kieran McKenna pada awalnya bukanlah sosok yang disukai para penggemar.

Akan tetapi, pengalaman Kieran McKenna sebagai asisten pelatih Jose Mourinho, Ole Gunnar Solskjaer, dan Ralf Rangnick di Manchester United adalah bekal krusial yang kelak bakal mengubah nasib Ipswich Town.

Di bawah asuhan Kieran McKenna, Ipswich Town disulap menjadi tim yang amat produktif dan enak ditonton. Dengan rekor 101 gol dan hanya kebobolan 35 gol di sepanjang musim 2022/2023, Ipswich Town dibawanya finish sebagai runner-up dan meraih tiket promosi langsung ke Championship.

22 Tahun Menanti, Ipswich Town Kembali ke Premier League

Musim ajaib Ipswich Town kemudian dimulai. Dengan status tim promosi dan dengan skuad yang nilainya hanya seperempat dari skuad Leicester City, bisa bertahan di Championship saja rasanya sudah bagus.

Apalagi, pengualaran mereka sangatlah minim. Di sepanjang musim 2023/2024, manajemen Ipswich hanya menggelontorkan dana sebesar €4,67 juta untuk mendatangkan 11 pemain anyar.

Secara skuad, Ipswich seharusnya juga bukanlah tim favorit. Namun, tanpa talenta bernilai milyaran poundsterling dan dengan materi pemain yang kurang terkenal semacam Leif Davis, Cameron Burgess, Wes Burns, Conor Chaplin, Nathan Broadhead, Sam Morsy, hingga Omari Hutchinson, Kieran McKenna sukses membawa Ipswich Town tampil mengejutkan.

Sejak awal musim, Ipswich Town hanya sekali keluar dari empat besar. Bahkan, mereka hanya kalah 6 kali dan berhasil mencetak 92 gol di sepanjang musim. Sebuah catatan yang bahkan lebih baik dari sang juara, Leicester City.

Hingga akhirnya, sebuah kemenangan 2-0 kontra Huddersfield Town di laga pamungkas Championship musim ini sukses membulatkan koleksi poin Ipswich Town menjadi 96. Sebuah kemenangan yang sudah cukup untuk mengunci posisi kedua dan meraih satu tiket promosi langsung ke Premier League.

Makin spesial lagi, momen tersebut mereka raih di hadapan puluhan ribu pendukungnya yang memadati Portman Road. Sebuah cara yang amat manis untuk mengakhiri penantian selama 22 tahun lamanya.

Selamat, Ipswich Town. Selamat datang kembali ke Premier League!


***
Referensi: Sky Sports, The Athletic, BBC, The Guardian, ITFC.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru