Mengingat Ketika Montpellier Menjadi Raja Di Liga Prancis

spot_img

Dalam sejarah Ligue One atau kasta tertinggi liga sepak bola Prancis, era 2000-an merupakan masa kejayaan bagi Olympique Lyon. Lyon yang sedang berada pada masa emasnya sukses merebut titel Ligue One selama tujuh musim secara beruntun.

Setelah terakhir kali meraih gelar pada musim 2007/08, Lyon belum pernah lagi mengangkat trofi liga Prancis. Pada lima musim berikutnya gelar juara Liga Prancis diraih oleh 5 klub berbeda, Girondins Bordeaux (Musim 2008/09), Olympique Marseille (2009/10), Lille (2010/11), Montpellier (2011/12) dan PSG (2012/13).

Dari kelima klub tersebut, Montpellier menjadi satu nama yang paling istimewa. Pasalnya gelar liga itu merupakan pencapaian pertama klub berjuluk La Paillade tersebut sepanjang sejarah. Montpellier menjadi klub terakhir yang juara liga Prancis sebelum kompetisi tersebut didominasi si kaya Paris Saint Germain.

Musim 2011/12 memang bisa dibilang menjadi musim yang luar biasa bagi beberapa pendukung tim top. Para pendukung Manchester City menjadi pihak yang tertawa paling akhir setelah gol Sergio Aguero pada injury time memastikan gelar Liga Primer Inggris. Di Italia, si Nyonya Tua Juventus merengkuh scudetto pertamanya setelah terjerumus ke Serie B pada 2006/07. Sementara Real Madrid, mencatatkan rekor 100 poin bersama Jose Mourinho sebagai rekor poin terbanyak La Liga sepanjang masa.

Di musim yang sama, fans Montpellier juga bersuka cita. Klub yang bermarkas di Stadion De La Mosson itu sebenarnya tidaklah identik dengan sebuah trofi. Nyaris sepanjang perjalanannya, Montpellier hanya dipandang sebagai underdog di persepakbolaan Prancis.

Sebelum musim 2011/12, lemari trofi Montpellier hanya berisi tiga trofi Ligue Two, dua gelar piala Prancis, satu titel piala liga Prancis, dan sebuah gelar piala Intertoto. Musim 2011/12 seolah menjadi musim terbaik Montpellier.

Montpellier tak serta merta bisa berbicara banyak di kompetisi teratas liga Prancis tersebut. Pada musim pertamanya kembali ke Ligue One (2009/10), Montpellier berhasil finish di peringkat ke-5. Kala itu, Montpellier menjadi pembicaraan khalayak Prancis karena berhasil mengalahkan dua raksasa Prancis, Olympique Lyon dan Paris Saint-Germain, masing-masing dengan skor 2-1 dan 3-1.

Namun, kejutan tak berlangsung lama. Karena pada musim berikutnya, klub dari wilayah Languedoc-Roussillon itu finish di urutan ke-14 Ligue One. Meski demikian, posisi runner-up di Piala Liga Prancis menunjukkan tim masih memiliki potensi.

Tetapi, bahkan para pengamat yang paling berpengetahuan luas tidak dapat meramalkan apa yang akan terjadi setahun kemudian. Dua musim setelah kembali ke Ligue One, Montpellier terbilang tak disiapkan untuk jadi tim juara. Pada bursa transfer awal musim saja, tim yang waktu itu diasuh Rene Girard hanya mengeluarkan uang 1,7 juta pounds atau setara Rp 34 miliar.

Dana segitu hanya digunakan untuk mendatangkan Hendri Bedimo dari Lens, serta dua pemain yang didapat secara gratis, Jonathan Tinhan dan Hilton. Ketiga pemain baru tersebut bergabung dengan beberapa nama lawas seperti Younes Belhanda, Marco Estrada, Remy Cabella dan striker yang nantinya bakal jadi penyerang top dunia, Oliver Giroud.

Montpellier memulai musim 2011/12 dengan apik lewat tiga kemenangan beruntun. Namun pencetak dua gol, Younes Belhanda, harus dikartu merah saat La Paillade takluk di kandang Olympique Lyon. Sebulan berselang, kekalahan telak 3-0 didapat dari PSG. Tetapi Lewat semangat juang tinggi, Montpellier mampu bangkit.

Mereka sukses revans atas Lyon pada laga di Stade de la Mosson lewat gol semata wayang Giroud. Pemain yang didatangkan dari Tours semusim sebelumnya dengan biaya transfer 1,7 juta pounds itu akhirnya jadi kunci kejayaan Montpellier, lewat gelar top skor Ligue One berkat 21 gol, bersama dengan bomber PSG, Nene.

Pada menit-menit terakhir perburuan gelar juara dengan PSG, Montpellier menunjukkan kapasitasnya lewat tiga kemenangan berturut-turut, salah satunya atas juara bertahan, Lille dengan skor tipis satu nol. Persaingan untuk menuju tangga juara kemudian harus ditentukan di laga terakhir, karena Montpellier hanya unggul tiga angka atas rival terdekatnya, yakni Paris Saint Germain.

Pada partai pamungkas, Montpellier diharuskan bertandang ke Stade de I’Abbe Deschamps, markas Auxerre, klub penghuni zona degradasi. Sedangkan, Paris Saint Germain akan menjamu Lorient. Pertandingan terakhir di kandang AJ Auxerre, 21 Mei 2012, Montpellier sempat tertinggal lewat gol cepat Olivier Kapo. Namun, Montpellier membuyarkan mimpi Auxerre untuk bertahan di Ligue One setelah John Utaka menyamakan kedudukan 1-1 pada menit ke-32. Ketika itu, Utaka menyelesaikan umpan silang dari Souleymane Camara.

Dalam posisi berimbang, para fans Auxerre mulai berulah di awal babak kedua. Mereka melempar bola tenis dan tisu toilet ke lapangan. Aksi itu membuat para pemain kedua tim harus balik ke ruang ganti sambil menunggu situasi terkendali.

Ketika pertandingan dilanjutkan, Utaka lagi-lagi menjadi mimpi buruk bagi Auxerre setelah mencetak gol kedua pada menit ke-76. Gol Utaka memastikan Montpellier berpesta juara untuk kali pertama dalam sejarah berdirinya tim pada 1974.

Seakan sudah jadi takdirnya sebagai kampiun. Montpellier dengan gagah berhasil mengangkangi PSG, yang sejak awal musim sudah difavoritkan juara mengingat dana nyaris 100 juta pounds atau setara Rp 2,02 triliun yang digelontorkan untuk membeli pemain.

Montpellier finis pertama dengan mengumpulkan 82 poin, selisih tiga poin atas Les Perisiens yang di laga lain menundukkan Lorient 2-1. Itu gelar pertama bagi La Paillade setelah 14 musim berkompetisi di Ligue 1. Sukses tersebut juga yang pertama bagi Montpellier merebut gelar major setelah juara Piala Prancis pada 1990. Pada akhir bulan Mei, pemilik klub, Louis Nicollin, dengan rambut eksentriknya (Mohawk berwarna oranye-biru) tersenyum lebar menyaksikan para pemain dan stafnya merayakan gelar juara Ligue One pertama.

Lewat ketangguhan Geoffrey Jourden di bawah mistar, kuartet Gary Bocaly, Hilton, Mapou Yanga-Mbiwa, dan Bedimo di lini belakang, kekokohan Benjamin Stambouli dan Jamel Saihi sebagai duet gelandang bertahan, kreativitas Belhanda sebagai playmaker, kecepatan John Utaka dan Remy Cabella di masing-masing sayap, dan ketajaman Giroud, Montpellier secara tak terduga jadi tim terbaik di Ligue One 2011/12.

Selain itu, nama pelatih Rene Girard pun sontak melejit. Pria yang menukangi Montpellier sejak 2009 itu terbukti berhasil menjadi seorang pelatih yang piawai memoles tim yang tidak diunggulkan menjadi superior dan diperhitungkan.

Sayang, kegagahan Montpellier di musim tersebut tak mampu mereka pertahankan di musim-musim berikutnya. Sebagai tim raksasa baru, Montpellier nyatanya masih terlalu silau dengan 12 juta pounds atau setara Rp 243 miliar yang ditawarkan Arsenal pada penyerang andalannya, Olivier Giroud. Tanpa pikir panjang, kesepakatan pun terjadi, Giroud pun resmi meninggalkan Montpellier.

Kehilangan Giroud yang telah menyumbang 33 gol dan 17 assists dalam 85 pertandingannya sangat berdampak buruk bagi Montpellier. Ketika untuk pertama kalinya berlaga di kompetisi Eropa, mereka tak sekalipun meraih kemenangan sepanjang kompetisi, di mana saat itu mereka pun tergabung satu grup bersama Arsenal dengan Giroud-nya.

Di liga domestik, Montpellier hanya mampu finish di urutan ke-9 klasemen. Bahkan mereka tak mampu mengalahkan tim papan bawah seperti Evian dan Ajaccio. Karena prestasi buruk ini, satu per satu pemain andalan Montpellier pun mulai angkat kaki. John Utaka, penyerang asal Nigeria hengkang menuju Sivasspor.
Rene Girard yang gagal memberikan prestasi pun dipecat dan digantikan Jean Fernandez.

Namun nasib Fernandez pun setali tiga uang, bahkan ia hanya mampu bertahan hingga Desember 2013 karena performa Montpellier yang tak kunjung membaik. Rolland Courbis yang menangani Montpellier sebelum era Rene Girard, kembali ditunjuk untuk menyelamatkan muka Montpellier. Courbis yang sempat mendekam di tahanan karena kasus pencucian uang itu hanya mampu memberikan peringkat ke-15 pada akhir musim 2013/14.

Meski sampai sekarang belum lagi menunjukan kebolehannya, tapi Montpellier layak disebut tim penuh kejutan karena pernah menjadi raja di sepakbola Prancis.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru