Mengapa Timnas Indonesia Harus Menyewa Stadion Padahal Milik Negara?

spot_img

Para penggemar kalang kabut mengetahui kalau harga tiket pertandingan Timnas Indonesia di ajang kualifikasi Piala Dunia, Juni mendatang, naik. Kenaikan harga tiket memang cukup signifikan dibandingkan ketika pertandingan menghadapi Vietnam, Maret lalu.

Pada pertandingan itu, harga tiket termurah masih Rp100 ribu. Sementara di laga kontra Irak dan Filipina, harga tiket termurah naik lebih dari dua kali lipat, menjadi Rp250 ribu. Harga termahalnya, jika sebelumnya Rp750 ribu, di dua pertandingan Juni nanti, harganya sampai Rp1.250.000.

Namun, yah, walaupun mahal, tiketnya tetap ludes. Tiket menghadapi Irak bahkan habis hanya dalam waktu 12 jam saja. Mahalnya harga tiket melahirkan asumsi liar di kalangan penggemar. Salah satunya, mungkinkah karena harga sewa Gelora Bung Karno yang naik?

Orang pun bertanya-tanya, mengapa Timnas Indonesia kalau bermain di GBK, mesti menyewanya? Padahal Gelora Bung Karno adalah milik negara, masa dipakai tim nasional yang notabene berjuang untuk negara saja harus bayar?

PSSI Butuh Pendanaan

Arya Sinulingga, salah satu komite eksekutif PSSI berdalih, tiket yang mahal salah satunya untuk mendukung pendanaan. Pendanaan siapa? Ya, tentu saja PSSI itu sendiri. Namun, Arya mengatakannya dengan pernyataan yang sedikit nasionalis, yakni “Timnas butuh dana besar”.

Kalau dipikir-pikir, Timnas Indonesia memang butuh dana besar. Selain biaya operasional, termasuk gaji pelatih dan para staf, PSSI juga butuh dana untuk menyewa Stadion Utama Gelora Bung Karno. Sebab, harus dipahami, seluruh fasilitas yang ada di Kawasan Gelora Bung Karno tidak bisa dipakai cuma-cuma.

Sekali lagi harus ditekankan, seluruh fasilitas. Jadi, bukan cuma stadion utama saja, Timnas Indonesia jika ingin memakai fasilitas seperti tempat latihan dan stadion madya juga mesti membayar sewa. Kepada siapa? Pengelola. Siapa yang mengelola? Pusat Pengelola Kawasan Gelora Bung Karno atau PPK-GBK.

Stadion Memang Milik Negara

Lalu, ada yang protes. Lho, bukankah stadion itu milik negara? Timnas Indonesia kan, berjuang untuk negara, mengapa untuk memakai fasilitas negara saja harus membayar?

Soal Stadion Gelora Bung Karno adalah milik negara memang betul. Stadion yang dulunya dibuat untuk memenuhi gengsi Presiden Soekarno itu pengelolaannya diserahkan ke pemerintah pusat. Jadi, segala sesuatu yang berkaitan dengan Kawasan GBK, bukan cuma stadion utama, itu pembiayaannya diambilkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Karena negara yang mengelola, maka negara pula yang mestinya mendapatkan pendapatan dari sana. Hal itu diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38 tahun 2018 tentang penggunaan dan biaya sewa Kawasan GBK. Dalam peraturan tersebut, jelas sekali menyebutkan besaran biaya sewa.

Peraturan itu menyebutkan, jika ingin menyewa Stadion Utama Gelora Bung Karno, biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp450 juta per 12 jam. Sementara apabila hendak menyewa stadion madya, atau yang ukurannya lebih kecil, sang penyewa harus mengeluarkan Rp150 juta per 12 jam.

Uang sewa GBK ini akan masuk ke kas negara sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Tinggi juga ya biaya sewa GBK? Ya, begitulah. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati bahkan menyebut Kawasan GBK menjadi aset termahal milik negara.

PSSI Adalah Organisasi Independen

Karena sudah ada aturan itulah, Gelora Bung Karno tidak bisa dipakai secara cuma-cuma bahkan oleh Timnas Indonesia. Mengingat Timnas Indonesia sendiri yang mengurus adalah PSSI. Walaupun ketua umumnya adalah Menteri BUMN, namun PSSI jelas bukan lembaga negara. Ia organisasi independen yang mengurus sepak bola.

PSSI sama halnya dengan organisasi yang mengurus olahraga lainnya, seperti PBSI, PERBASI, PBVSI, PERCASI, dan lain sebagainya. Memang, soal pendanaan PSSI, pemerintah belakangan ini andil. Tapi pembiayaan lebih besar ke PSSI hadir dari pihak swasta.

Nah, karena PSSI adalah organisasi independen, ya mereka harus membayar sewa jika Timnas Indonesia ingin memakai GBK. Ke WC umum saja kita bayar, apalagi mau pakai GBK. Sederhananya itu.

Mengutip Bolanet, Direktur Utama PPK-GBK tahun 2020, Winarto mengatakan, bukan cuma lembaga independen saja yang wajib bayar sewa GBK seperti PSSI, tapi kementerian juga.

Kendati begitu, ada celah agar tidak membayar sewa GBK. Yakni bagi atlet nasional yang namanya tercatat pada SK Kementerian Olahraga (Kemenpora). Namun, tidak hanya namanya tercatat, tapi juga harus mendapat rekomendasi dari Kemenpora. Sekadar info, PSSI pernah ngenyang demi mendapat harga sewa yang lebih murah.

Itu terjadi pada Piala AFF 2022 lalu. PSSI meminta diskon biaya sewa kepada Direktur PPK-GBK yang baru, Rakhmadi Afif Kusumo. Namun, tidak disebutkan berapa diskonnya. Dan apakah waktu itu PSSI beneran mendapatkan potongan harga sewa oleh PPK-GBK.

Di Negara Lain Juga Sama

Sebelum uring-uringan karena Timnas Indonesia mesti membayar biaya sewa GBK padahal berjuang untuk negara dengan dalih nasionalisme, mari melihat situasi serupa di negara lain. Di Prancis, Federasi Sepak Bola Prancis atau FFF juga mesti membayar biaya sewa apabila Timnas Prancis bermain di Stade de France.

Nah, Stade de France yang berada di sebelah utara Kota Paris sendiri memang menjadi markasnya Les Bleus. Namun, pengelolaan Stade de France sendiri berada di tangan Pemerintah Prancis. Menurut Get Football News France, apabila Timnas Prancis akan bermain di sini, maka FFF perlu mengeluarkan biaya sewa sebesar 800 ribu euro atau sekitar Rp14 miliar.

Federasi Sepak Bola Jerman, DFB memilih bekerjasama dengan Asosiasi Operator Stadion Jerman. Di dalam kontraknya itu ada perjanjian penyewaan stadion di Jerman. Jadi, Timnas Jerman bisa memakai stadion mana pun yang berada di bawah naungan asosiasi itu, seperti Signal Iduna Park, Allianz Arena, dan Olympiastadion Berlin.

Di negara Asia Tenggara, Timnas Vietnam juga tak digratiskan memakai stadion di negaranya sendiri. Ketika menjamu Timnas Indonesia di kualifikasi Piala Dunia 2026 lalu, Federasi Sepak Bola Vietnam atau VFF mesti membayar 800 juta dong (Rp505 juta) untuk memakai Stadion My Dinh.

Stadion di Daerah

Biaya sewa tidak hanya dikenakan di stadion milik pemerintah pusat, namun juga pemerintah di daerah. Terlebih stadion-stadion di daerah dibangun dan dikelola menggunakan APBD. Sehingga pemerintah daerah juga perlu menarik retribusi dari sana.

Jakarta International Stadium atau JIS, misalnya. Itu ya juga ada biaya sewanya. Timnas Indonesia U-20 pernah akan memakai JIS. Namun, karena biaya sewanya yang hampir Rp1 miliar, akhirnya membuat PSSI batal memakai JIS.

Walaupun setiap stadion ada biaya sewanya, tapi Timnas Indonesia, khususnya U-20 pernah memakai stadion tanpa perlu membayar uang sewa. Itu terjadi di Kualifikasi Piala Asia U-20 2023 lalu.

Waktu itu, Timnas U-20 memakai Stadion Gelora Bung Tomo secara cuma-cuma, karena biaya sewa dan operasional ditanggung oleh pemerintah setempat.

Pada intinya, untuk memakai stadion wajib membayar uang sewa. Ini bukan karena perhitungan atau tidak nasionalis. Stadion perlu pengelola dan ucapan terima kasih tidak bisa membayar perawatan rumput.

Jadi siapa pun yang memakai, tak hanya Timnas; Blackpink, NCT Dream, partai politik, bahkan Raffi Ahmad kalau mau ngadain pesta sunatannya Cipung di GBK, juga wajib membayar uang sewa.

Sumber: Quora, TribunNews, Suara, TheStadiumBusiness, DFB, Superball, Bolanet, Kumparan

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru