Serie A telah menancapkan diri sebagai liga top Eropa. Ia bahkan menjadi satu dari lima liga terpenting di Benua Biru. Namun, tidak seperti liga-liga lainnya yang lebih variatif, terutama soal kewarganegaraan pelatihnya, Serie A justru seperti hanya mengakomodir pelatih-pelatih dari Italia itu sendiri.
Tidak banyak pelatih asing yang melatih tim-tim Serie A. Pertanyaannya, mengapa hal itu bisa terjadi? Mungkinkah tim-tim di Liga Italia punya semacam aliran untuk tidak mempercayai pelatih yang bukan berasal dari Italia?
Daftar Isi
Tidak Banyak Pelatih Asing di Serie A
Dalam lima musim terakhir, Serie A nyaris hanya dipenuhi oleh para pelatih lokal. Itu terhitung sejak musim 2019/20 hingga 2023/24. Musim ini sampai dengan naskah video ini dibuat, pelatih asing di Serie A cuma Ivan Juric, pelatih berpaspor Kroasia yang menukangi Torino.
Sejatinya ada dua. Tapi Jose Mourinho baru-baru ini sudah dipecat oleh AS Roma. Giallorossi menunjuk Danielle De Rossi, pelatih asal Italia untuk menggantikan Mourinho. Alhasil, 19 tim Serie A kini dilatih oleh pelatih asal Italia itu sendiri. Hal ini berbeda dengan empat liga top Eropa lainnya.
🚨 BREAKING: José Mourinho and AS Roma part ways with immediate effect.
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) January 16, 2024
It’s over. 🟡🔴🇵🇹 pic.twitter.com/EPnCQClL5R
Perbandingan dengan Liga Lain
Di Liga Primer Inggris misalnya. Liga yang disebut paling menarik di seluruh dunia itu tidak banyak mengakomodir para pelatih Inggris. Musim ini, setidaknya hingga pertengahan Januari 2024, hanya ada lima pelatih asal Inggris yang melatih tim-tim Premier League.
Mereka di antaranya Chris Wilder (Sheffield), Gary O’Neil (Wolves), Roy Hodgson (Crystal Palace), Sean Dyche (Everton), dan Eddie Howe (Newcastle). Tim-tim La Liga juga sebetulnya banyak dilatih oleh pelatih lokal. Hanya saja, pelatih asing juga banyak yang melatih tim-tim Spanyol.
Setidaknya ada lima pelatih asing di La Liga hingga pertengahan Januari 2024. Mereka adalah Alexander Medina (Uruguay) yang melatih Granada, Javier Aguirre (Meksiko) pelatih Mallorca, Manuel Pellegrini (Chile) yang melatih Real Betis, Carlo Ancelotti (Italia) yang melatih Los Blancos, dan Diego Simeone (Argentina) yang melatih Atletico Madrid.
Di Bundesliga juga lumayan banyak pelatih asing. Setidaknya ada enam pelatih asing di Bundesliga saat ini. Dua di antaranya Nenad Bjelica (Kroasia) yang menukangi Union Berlin dan Jess Thorup (Denmark) yang melatih Augsburg.
Union Berlin 🤝 Nenad Bjelica pic.twitter.com/lDnN5ZqIrx
— mackolik (@mackolik) November 26, 2023
Selain itu masih ada Gerardo Seoane (Swiss) yang melatih Gladbach, Pellegrino Matarazzo (USA) yang menukangi Hoffenheim, Xabi Alonso (Spanyol) yang membesut Leverkusen, dan Niko Kovac (Kroasia) yang kini melatih Wolfsburg. Sementara di Ligue 1 hampir mirip dengan Premier League. Pelatih lokal tak banyak melatih tim-tim Prancis.
Hanya delapan pelatih Prancis di Ligue 1. Mereka antara lain Pascal Gastien (Clermont), Franck Haise (RC Lens), Regis Le Bis (Lorient), Eric Roy (Stade Brestois), Patrick Vieira (Strasbourg), Julien Stephen (Rennes), Jocelyn Gourvennec (Nantes), dan Pierre Sage (Lyon).
🎤 @GovouSidney sur Pierre Sage:
— Olivier Salmon (@OlivierSalmon_) January 15, 2024
«#Lyon n'est pas habitué à ce genre d'entraîneur sur le banc. Maintenant il profite aussi d'une situation lyonnaise qui était très compliquée depuis plusieurs années. Il apporte une certaine forme de stabilité. Il va signer jusqu'à la fin de la… pic.twitter.com/w3NLRBaF5y
Kesuksesan Pelatih Italia di Serie A
Dari sini terlihat bahwa memang hanya Serie A yang paling sedikit pelatih asingnya. Hal itu boleh jadi berkaitan dengan sejarah. Ya, telah banyak pelatih asal Negeri Mussolini itu sukses di negaranya sendiri. Dari tahun 2000 nyaris tidak ada pelatih asing yang mengangkat trofi Serie A.
Ya, hampir, karena cuma ada dua pelatih asing yang merengkuh gelar Liga Italia sepanjang tahun 2000 hingga 2023. Kedua pelatih itu adalah Sven-Goran Eriksson yang menyabet gelar Serie A musim 1999/2000 bersama Lazio, dan Jose Mourinho yang sukses back to back gelar Serie A musim 2008/09 dan 2009/10 bersama Inter Milan.
José Mourinho está en Milán y podría regresar al banquillo del Inter a partir de la próxima temporada.
— J-Ziela (@JZiela1) February 6, 2019
Mou dirigió al Inter 2008-2010 (108 juegos, 67 victorias, 26 empates y 15 derrotas).#Mourinho ahí ganó el TRIPLETE 2009-10
2 Serie A
1 Coppa Italia
1 Supercoppa
1 Champions pic.twitter.com/g8HDlOVelg
Hal itu berbeda dengan Premier League. Dalam rentang waktu yang sama, tidak ada satu pun pelatih Inggris yang sukses meraihnya. Ya, tidak ada satu pun. Terakhir kali pelatih asal Inggris menjuarai Premier League terjadi pada musim 1991/92. Ketika itu Howard Wilkinson membawa Leeds United juara.
Di La Liga, para pelatih dari Spanyol sering meraih trofi. Tapi banyak juga pelatih asing yang meraih titel La Liga. Dari 2000 hingga 2023 setidaknya tujuh pelatih asing pernah menjuarai La Liga. Mereka antara lain Frank Rijkaard (Belanda), Fabio Capello (Italia), Bernd Schuster (Jerman), Jose Mourinho (Portugal), Diego Simeone (Argentina), Zinedine Zidane (Prancis), dan Carlo Ancelotti (Italia).
Sama Seperti Jerman dan Prancis
Banyaknya pelatih lokal yang menjuarai Serie A sama seperti di Bundesliga maupun Ligue 1. Sejak tahun 2000, juara Bundesliga selalu pelatih dari Jerman itu sendiri. Hanya Josep Guardiola, Carlo Ancelotti, Louis Van Gaal, dan Niko Kovac pelatih asing yang menjuarai Bundesliga dalam rentang waktu tersebut.
Di Liga Prancis, sejak tahun 2000-2012, tidak ada pelatih asing yang juara. Baru pada 2013, Carlo Ancelotti mengantarkan PSG meraih gelar Ligue 1. Semenjak rentetan gelar pelatih Prancis di Ligue 1 diputus Ancelotti, sejak saat itu pula pelatih asal Prancis seperti kehilangan tajinya di Ligue 1.
Hingga 2023, hanya ada dua pelatih Prancis yang menjuarai Ligue 1. Dua orang itu adalah Christophe Galtier dan Laurent Blanc. Yang kedua cuma bisa juara di PSG, sedangkan Galtier juga pernah menjuarainya kala membesut Lille.
Serie A, Liga yang Taktikal
Balik lagi ke pertanyaan, mengapa tak banyak pelatih asing melatih tim Serie A? Mantan Direktur Sekolah Kepelatihan Coverciano yang kini menjabat Ketua Asosiasi Manajer Sepak Bola Italia, Renzo Ulivieri memberi jawaban sederhana. Menurutnya, Serie A adalah liga yang sangat taktikal.
“Kejuaraan kami adalah kejuaraan yang sulit,” kata dia. Bagi pelatih Italia, menurutnya, seni melatih harus bisa diturunkan di lapangan. Seni melatih yang dimaksud diajarkan di Coverciano. Bahwa pendekatan yang dilakukan adalah memberikan kebebasan seorang pelatih menemukan taktiknya sendiri.
Di Italia, tentunya yang dimaksud adalah Serie A, seorang pelatih harus konsisten dengan taktik yang dianutnya. Juga tidak mudah goyah dengan pengaruh luar. Di Serie A, pemilihan taktik lebih dikedepankan ketimbang gaya bermain dan ideologi.
Maka dari itu, banyak pelatih sukses di Serie A karena punya konsep taktiknya sendiri dan tidak terpengaruh dengan sepak bola luar. Sebut saja Massimiliano Allegri. Sejak 2010-2023 ialah pelatih yang paling banyak meraih gelar Serie A, dengan enam trofi.
Tidak Cocok untuk Pelatih yang Suka Coba-Coba
Karena liganya adalah liga taktikal, maka yang terjadi di Serie A adalah pertempuran taktis. Mana taktik pelatih yang akan menang dan mana yang kalah. Oleh karena itu, pelatih yang tidak punya konsep taktik yang jelas. Katakanlah suka berspekulasi, tidak cocok di Serie A.
Sebutlah misalnya Frank De Boer. Gaya De Boer yang filosofis tidak cocok dengan Serie A yang taktikal. Ia gagal total saat melatih Inter. Luis Enrique juga sama. Ia yang cenderung spekulatif dalam melatih, gagal ketika menukangi AS Roma.
Nah, Serie A cocok dengan pelatih seperti Jose Mourinho. Mou yang punya pakem taktik yang jelas dengan pragmatismenya, dan cenderung tak berubah-ubah, pernah meraih kesuksesan di Italia, terutama saat melatih La Beneamata.
Cenderung Kembali dan Lahirnya Pelatih Muda
Selain itu, ada pula tradisi di mana tim-tim Italia suka memulangkan bekas pelatih mereka ketika memecat seorang pelatih. Apalagi jika pelatih tersebut di masa lalu merengkuh kesuksesan. Misalnya, Allegri yang kembali dipercaya Juventus.
Kendati belum tentu memberikan hasil sesuai apa yang diinginkan, tapi hal semacam ini masih sering dipakai. Sangat mungkin karena persoalan taktikal tadi. Suatu klub di Italia percaya bahwa pelatih dengan konsep taktik paten lebih menjanjikan.
Kesempatan pelatih asing berkiprah di Italia juga sepertinya makin tertutup karena sudah mulai banyak para pelatih muda asal Italia yang bermunculan. Thiago Motta, Alberto Gilardino, Alessio Dionisi, hingga Raffaele Palladino membuktikan bahwa Serie A tidak akan pernah kehabisan stok pelatih asal Italia.
Sumber: Rivistaundici, Labaroviola, CalcioEngland, KhelNow