Penggemar sepak bola terkenal dengan rasa cintanya yang luar biasa terhadap satu tim. Mereka acap kali sangat begitu sentimentil dan ekspresif ketika menyangkut tim yang mereka bela. Salah satu wujudnya adalah bernyanyi di dalam stadion.
Tentu, bernyanyi di stadion adalah kebiasaan yang amat lekat dengan budaya suporter bola. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga diseluruh dunia. Umumnya suporter akan mulai bernyanyi ketika salah satu suporter yang menggunakan pengeras suara memulainya. Nyanyian juga bisa mulai dari salah seorang yang didaulat sebagai pembimbing suporter.
Daftar Isi
Awal Mula
Sejarah mencatat, nyanyian suporter sepak bola ini bermula dari abad ke-19. Apa yang mereka nyanyikan kala itu? Kebanyakan adalah lagu-lagu rakyat dan teriakan perang yang bisa menandai satu kelompok tertentu.
Lalu, sekitar tahun 1960-an nyanyian dalam pertandingan ini mulai berkembang. Salah satunya adalah mulai menyanyikan lagu-lagu khusus sebelum kick off. Lagu-lagu yang dinyanyikan para suporter juga kian bervariatif.
Para suporter tidak lagi menyanyikan lagu-lagu rakyat dan teriakan perang. Namun, mereka juga mulai menyanyikan lagu-lagu dari para musisi-musisi terkenal. Seperti misalnya lagu “Can’t Smile Without You” karya Barry Manilow yang dinyanyikan 60 ribuan lebih penggemar Tottenham Hotspur.
If you only knew, what I’m going through; I just can’t smile without you @SpursOfficial 🤍🥺#THFC #COYS pic.twitter.com/GPgmhlu6M1
— Spurs Song Sheet 🎶🏟 🤍💙Home of Tottenham Chants (@SpursSongSheet) February 26, 2022
Seorang sosiolog dan sejarawan sepak bola dari Universitas Cambridge, Colin Shindler mengatakan bahwa nyanyian para suporter sepak bola sangat mirip dengan gereja. Pria yang juga penggemar Manchester City itu mengatakan pada media Inggris, Standard bahwa ia menemukan salinan selembaran lagu yang dibagikan koran Inggris, Daily Express.
Lembaran yang ia temukan itu adalah lagu “The Happy Wanderer” dan “Abide with Me”. Konon dua lagu itulah yang dinyanyikan suporter saat final Piala FA tahun 1950-an. Bernyanyi di stadion, pada era perkembangannya menjadi sangat menggembirakan.
Begitulah kata fotografer dokumenter, Stuart Roy Chart. Ia adalah seorang fotografer yang menghabiskan tak kurang dari 30 tahun merekam suasana pertandingan di Home of Football alias Stadion Wembley. Singkat kata, mengapa para suporter ini melakukannya selain tentu saja untuk kegembiraan?
Reaksi terhadap Wasit
Nyanyian suporter di stadion sejatinya lebih dari sekadar kegembiraan. Bisa jadi ada tanda-tanda khusus yang disampaikan oleh pemain kedua belas tersebut. Makanya mereka bernyanyi. Salah satunya yang paling mungkin adalah reaksi terhadap wasit.
Setiap pertandingan sepak bola kadang kala ada keputusan wasit yang membuat para suporter tidak terima. Tentu saja jika keputusan itu merugikan klub yang mereka bela. Sudah pasti para suporter ini akan menunjukkan ketidaksenangannya terhadap wasit, salah satunya dengan bernyanyi.
Wasit biasanya tidak akan merespon nyanyian itu dan tetap terlihat kalem dan berwibawa. Namun beberapa kesempatan, wasit justru membalas nyanyian tersebut. Di Coupe de France tahun 2021 misalnya.
Saat pertandingan klub kasta kelima, Stade Poitevin bertemu klub Ligue 1, Lens di Stade Michel-Amand, wasit yang memimpin bernama Jerome Miguelgorry mendapat nyanyian yang bernada hinaan. Perkaranya, Miguelgorry memberikan kartu merah pada pemain Poitevin, Cesar Neto yang menginjak pemain Lens, Corentin Jean.
Alih-alih tenang, Miguelgorry justru menanggapi nyanyian bernada cibiran terhadapnya itu dengan sedikit tengil. Ia membalas ejekan penonton itu dengan meletakkan tangannya ke telinganya, persis seperti seleberasi seorang pemain.
Insulté par le public, l’arbitre chambre les spectateurs lors du 32e de finale de Coupe de France entre Poitiers et Lens le 19 décembre 2021. Jérôme Miguelgorry effectue ce geste en toute fin de rencontre alors que l’équipe qui reçoit est éliminée.pic.twitter.com/T5yFphzIlE
— Un Truc De Foot (@untrucdefoot) December 20, 2021
Memupuk Mental Tim
Selain bentuk reaksi terhadap wasit, para suporter melakukan nyanyian di stadion adalah bertujuan untuk memupuk mental tim kebanggaan. Dari sinilah peran pemain kedua belas itu benar adanya. Nyanyian para suporter ini bisa memupuk mental dan semangat tim sekalipun posisi tim sedang terpuruk.
Misalnya, para penggemar Manchester United tak pernah henti menyebut nama “Man United” selama pertandingan, atau nama seorang pemain ketika ia mencetak gol. Betapa kita juga akan mendengar nyanyian “You’ll Never Walk Alone” ketika Liverpool bertanding, terutama di Anfield.
You’ll Never Walk Alone inside Anfield 🔴 pic.twitter.com/2UozERt7AR
— Sean Bradbury (@seanbrad2) December 6, 2020
Nyanyian dari ribuan suporter ini sangat membantu untuk meningkatkan moral para pemain. Maka dari itu, Manchester United makin sakit tak terperi ketika para suporternya justru beruduyun-duyun keluar dari Old Trafford saat Setan Merah dilumat Liverpool 5-0.
Meningkatkan Kepercayaan Diri Pemain
Disamping pengaruhnya pada mentalitas tim, nyanyian para suporter ini juga sanggup meningkatkan kepercayaan diri pemain. Beberapa pemain bahkan mendapat keistimewaaan dengan dibikinkan lagu oleh para suporter fanatik.
Penggemar Manchester United, Jeff Parish seperti laporan The Athletic justru memiliki gagasan untuk membikinkan lagu untuk Anthony Elanga, pemain muda Manchester United yang tengah moncer di tangan Rangnick.
Rhythm is a dancer 🎵#MUFC pic.twitter.com/L68mFQAIbd
— Laurie Whitwell (@lauriewhitwell) February 23, 2022
Dengan mengikuti nada “Rhythm is a Dancer” dari grup musim Snap! Dan penambahan lirik oleh penggemar lain, lagu untuk Elanga itu pun tercipta. Pemain Tottenham Hotspur yang baru datang dari Juventus, Dejan Kulusevski selain mendapat gaji juga mendapat hadiah lagu dari para suporter Spurs.
Lagu itu oleh para suporter diberi judul “Abba’s Gimme, Gimme, Gimme”. Dua punggawa Liverpool, Mohamed Salah dan Virgil Van Dijk juga tak lepas dibuatkan lagu oleh suporter The Reds, dengan menggunakan nada “Dirty Old Town” dari grup band The Pogues.
Menekan Lawan
Bermain di kandang tentu menguntungkan untuk suporter yang bersangkutan. Suporter dari tim yang bermain di kandang akan sekuat tenaga menciptakan situasi yang sama sekali tidak bersahabat bagi tim lawan atau tim tamu.
Biasanya, yang paling sering para suporter akan melempar ejekan pada satu pemain lawan. Terutama apabila pemain lawan itu sedang mengalami nasib yang buruk karena pemberitaan yang menyeretnya ke hal-hal yang memalukan. Contoh lainnya, bisa dengan mengganggu pandangan pemain menggunakan laser.
Namun, yang paling emosional dan sangat agresif adalah mereka bernyanyi di stadion. Hal itu akan menciptakan atmosfer mengerikan di stadion yang membuat nyali pemain lawan ciut.
Edisi rindu banget sama chant supporter timnas Indonesia pic.twitter.com/SHAzlpeUSd
— Andi Bachruddin (@andibachruddin) August 20, 2020
Persahabatan
Nyanyian oleh para suporter di dalam stadion ini juga bisa menjadi momentum menyatukan semua elemen dalam suporter bola. Mereka setidaknya punya satu misi yang sama: mendukung satu tim. Maka nyanyian dalam stadion tersebut membuat mereka saling membaur satu sama lain.
Tak jarang, jalinan persahabatan pun terjadi antarsuporter. Mereka yang jumlahnya ratusan sampai ribuan itu akan saling bertemu, bercengkerama, dan bernyanyi bersama. Hal inilah yang pada akhirnya mampu menciptakan basis suporter yang lebih luas.
https://youtu.be/RvT34PvUtlo
Sumber referensi: TheStadiumReviews, ExplainSoccer, Libero, LineToday