Mengapa Sepak bola di Oseania Sulit Berkembang?

spot_img

Seperti bukan sebuah hal yang sulit jika sepak bola menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di negara-negara Oseania. Dengan jumlah penduduk 35 juta jiwa lebih harusnya melahirkan pemain sepak bola top dari Oseania bukan perkara rumit. Namun, sayangnya tidak seindah itu.

Sepak bola, sekalipun disebut-sebut sebagai olahraga paling populer sejagat, tapi nyatanya tidak demikian. Selain Benua Asia yang memang sudah cukup tertinggal dari benua-benua lain macam Amerika, Eropa, bahkan Afrika, Oseania juga sama tertinggalnya.

Bahkan Oseania bisa dikatakan lebih tertinggal dari Benua Asia yang sudah cukup terbelakang. Jika Asia masih memiliki Jepang, Korea Selatan, Iran, sampai Qatar yang ranum namanya di kancah internasional, Oseania tidak.

Coba siapa yang tahu negara-negara di Oseania yang mampu berbicara banyak di ajang sepak bola internasional? Jelas tidak ada. Bahkan nama-nama negara di Oseania saja masih banyak yang tidak tahu.

Oseania sendiri adalah wilayah di muka bumi yang entah bagaimana kerap disebut sebagai benua. Padahal yang tergabung dalam Oseania Football Confederation (OFC) hanyalah 13 negara.

Mereka adalah American Samoa, Kepulauan Cook, Fiji, Tonga, Kaledonia Baru, Papua New Guinea, Samoa, Pulau Solomon, Tahiti, Vanuatu, Kiribati, Tuvalu, dan Selandia Baru. Dulu negara kuat seperti Australia bergabung ke OFC, tapi sekarang justru pindah ke AFC. Well, mengapa perkembangan sepak bola di Oseania terkesan melambat dan bahkan sulit?

Jatah di Piala Dunia

Faktor pertama adalah karena Oseania tidak bisa berbuat banyak di Piala Dunia. Jatah Oseania di kompetisi bergengsi antarnegara di dunia itu bahkan hanya satu. Itu pun tidak bisa langsung lolos menuju putaran final Piala Dunia.

Negara-negara di Oseania akan bertanding di satu babak kualifikasi Piala Dunia zona Oseania. Mereka akan memperebutkan satu tiket ke Piala Dunia tapi bukan langsung masuk putaran final.

Negara yang lolos kualifikasi Piala Dunia zona Oseania akan masuk ke babak play off Piala Dunia. Negara asal OFC tersebut akan bertemu dengan wakil dari negara yang lolos kualifikasi dari konfederasi yang lainnya.

Jadi, bisa saja tidak ada wakil Oseania yang tampil di Piala Dunia. Karena tidak ada yang tampil di Piala Dunia membuat Oseania tidak memiliki negara panutan bagi negara-negara lainnya sesama Oseania. Kebanyakan dari mereka hanya turut menyemarakkan Piala Dunia dari kualifikasi zona Oseania.

Minim Fasilitas

Negara-negara di Oseania memang tidak sering diberitakan sebagai negara miskin, tidak seperti Benua Afrika. Namun, jangan dulu berpikir kalau kondisi negara-negara Oseania baik-baik saja atau malah bagus dan kaya raya. Terlebih negara di Oseania justru lebih banyak adalah negara-negara kecil.

Tak seperti Benua Afrika yang sering disebut terbelakang tapi begitu dikenali, negara Oseania tidak cukup populer. Bahkan seorang atlet angkat besi asal Kiribati, David Katoatau berjoget walau gagal karena senang bisa tampil di Olimpiade. Karena dengan itulah negaranya bisa terkenal.

Keterkecilan negara-negara di Oseania pun pada akhirnya berdampak pada sepak bola. Banyak negara di Oseania bahkan tidak memiliki fasilitas sepak bola yang mumpuni. Misalnya saja Kepulauan Solomon.

Negara kepulauan itu bahkan tidak memiliki cukup stadion dengan kualitas berstandar internasional. Satu-satunya stadion yang berstandar internasional di Kepulauan Solomon hanyalah Lawson Tama. Sebuah stadion yang terletak di ibukota Kepulauan Solomon, Honiara dengan 22 ribu kapasitas penonton.

Di negara Tuvalu lebih parah lagi. Tuvalu hanya memiliki satu tempat olahraga bernama Tuvalu Sports Ground. Itu pun untuk lapangannya sangat tidak kondusif lantaran dipakai buat rugby, sepak bola, dan kadang malah menjadi landasan pacu.

Minim Persaingan Kompetisi

Mantan manajer Tim Nasional Kepulauan Cook sekaligus pernah bekerja di akademi Southampton, Drew Sherman mengakui bahwa ia kesulitan mengembangkan Timnas Kepulauan Cook. Hal itu disinyalir karena tidak ada kompetisi yang baik di negara tersebut.

Pernyataan Sherman itu sebenarnya bukan hanya tertuju pada Kepulauan Cook. Lebih jauh, kompetisi sepak bola di negara-negara Oseania memang sedang tidak baik-baik saja. Permasalahan yang cukup menonjol adalah di Oseania tidak ada kompetisi dengan daya saing yang tinggi.

Ada sih, Liga Champions OFC. Namun, kompetisi itu hampir mirip dengan Ligue 1 Prancis atau Bundesliga tapi dalam skala kontinental. Selama beberapa tahun, juara Liga Champions OFC hanya didominasi para wakil dari Australia League, maupun klub Selandia Baru seperti Auckland City FC.

Namun, Australia sudah memilih keluar dari OFC dan bergabung ke Asian Football Confederation (AFC) pada Januari 2006. Praktis sejak saat itu, tidak ada kompetisi sekelas liga yang bagus di Oseania. Sepeninggal A-League, nyaris tidak ada liga di Oseania yang kompetitif.

Sepak bola Tidak Populer di Oseania

Jika kamu mengetik “olahraga di Oseania” di mesin pencari, kamu tidak akan menjumpai sepak bola sebagai pilihan yang Google tawarkan. Sebab sepak bola bukanlah olahraga yang populer bagi masyarakat di Oseania. Benar memang sepak bola menjadi salah satu bagian dari masyarakat, tapi olahraga itu tak cukup populer.

Bagi masyarakat di negara-negara Oseania, rugby menjadi olahraga yang lebih populer ketimbang sepak bola. Bahkan olahraga rugby ini sudah mulai dipelajari anak-anak di beberapa negara Oseania, seperti di Papua Nugini.

Ketidakpopuleran sepak bola di Oseania membuat konfederasinya, yaitu OFC tidak bisa berbicara banyak di kancah internasional.

Minim Pemain

Sepak bola yang tidak populer di Oseania tentu saja menghasilkan dampak yang lain. Salah satu yang paling kentara adalah Oseania sulit menghasilkan pemain sepak bola. Ya meskipun bukan berarti tidak ada pesepakbola yang lahir dari Oseania.

Hanya saja, tidak semua negara di Oseania mampu menelurkan pemain. Misalnya, Kepulauan Cook. Dari pengalaman Drew Sherman, ia begitu kesulitan untuk membentuk Tim Nasional Kepulauan Cook.

Masalahnya adalah selain tidak ada perhatian khusus pada sepak bola oleh pemerintah setempat, Kepulauan Cook tidak cukup menghasilkan pemain sepak bola. Ketika sesi pertama latihan Timnas Kepulauan Cook untuk kualifikasi Piala Dunia 2018, yang hadir hanya delapan pemain domestik.

Sepanjang kariernya, Sherman mengisahkan bahwa ia pernah terpaksa memainkan seorang bek tengah sebagai penjaga gawang, karena kurangnya kiper yang dihasilkan kepulauan itu.

Tidak Ada Tokoh

Seperti halnya Benua Asia, Oseania juga tidak melahirkan tokoh penting di dunia sepak bola. Jangankan itu, pemain yang populer dan lahir dari Oseania saja bisa dihitung jari. Dengan kata lain tidak ada pesepakbola terkenal dari wilayah itu.

Satu-satunya pesepakbola yang lumayan beken dari Oseania adalah pemain anyar Newcastle United, Chris Wood. Wood termasuk pesepakbola yang lahir di Auckland, Selandia Baru.

Minimnya pemain populer dari Oseania menunjukkan ada masalah di wilayah itu. FIFA bukan lantas lepas tangan begitu saja. Sebagai induk sepak bola dunia, FIFA selalu menyokong sepak bola di Oseania. Apalagi sejak Australia menyatakan keluar dari OFC.

https://youtu.be/USJtrQQv7fo

Sumber referensi: thesefootballtimes.co, ultimatenzsoccer.com, abc.net.au, fifa.com

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru