7 Menit Bak Neraka! Timnas Indonesia Kalah Karena Mentalnya Dihancurkan Wasit

spot_img

Ya… Harus bagaimana lagi? Sedih, kecewa, kesal, pasti itulah yang kini dirasakan publik sepakbola tanah air. Gemuruh suasana keseruan nobar di seluruh penjuru tanah air, tiba-tiba redup. Yang ada malah makian terhadap wasit dan VAR. Ya, para fans timnas tak bisa tidur dengan nyenyak akibat kekalahan atas Uzbekistan yang begitu menyakitkan.

Tapi apakah kita terus larut dalam kegagalan ini? Kalah dari Uzbekistan bukan kiamat. Asa Garuda Muda ke Olimpiade Paris tetap terbuka lebar! Masih ada beberapa langkah lagi. Mental timnas harus segera bangkit.

Sebelum itu, baiknya subscribe dan nyalakan loncengnya dulu agar tak ketinggalan sajian menarik dari Starting Eleven Story.

Timnas Gugup

Pasca menang melawan Korea Selatan, optimisme timnas untuk terus melaju ke final sangatlah besar. Ibarat nih, Korea Selatan saja bisa dikandaskan, masa Uzbekistan nggak bisa? Optimis sih boleh saja, namun secara realistis timnas sendiri melihat laga ini sebagai laga yang teramat berat.

Jelang laga melawan Indonesia, Uzbekistan belum pernah kebobolan. Kekuatan mereka merata di semua lini. Mereka juga punya pemain andalan CSKA Moscow, Abbosbek Fayzullaev. Kalau boleh jujur, dibanding Korea, performa Uzbekistan lebih solid.

Para punggawa garuda muda pun menyadari hal tersebut. Menurut Coach Shin, jelang laga para pemain timnas bahkan merasa gugup dan gentar duluan hadapi Uzbekistan. Pasca laga Shin Tae-yong mengaku hal tersebut menjadi salah satu faktor kenapa timnas terus ditekan Uzbekistan.

Uzbekistan Ngebet

Lain halnya Uzbekistan, yang justru tak ada takut-takutnya menghadapi Indonesia. Mereka bahkan sangat menggebu untuk melangkah ke final dan menjadi juara untuk kedua kalinya di ajang ini. Mereka juga tak takut dengan gemuruh dan teror suporter Indonesia yang membludak di Qatar.

Menurut pelatih Uzbekistan, Timur Kapadze mental anak asuhnya sudah terbentuk dan terbiasa dengan tekanan suporter lawan. Baginya Uzbekistan hanya akan fokus pada permainan di lapangan. Pelatih 42 tahun itu justru ingin membungkam suporter timnas yang hadir di stadion. Ia bahkan sudah siapkan formula khusus untuk mengurung Timnas Indonesia sepanjang laga.

Perubahan Komposisi

Timnas harusnya siaga satu hadapi rencana Uzbekistan tersebut. Coach Shin juga harus siapkan formula khusus untuk mengantisipasinya. Secara formasi, timnas tak banyak berubah. Hanya melakukan pergantian pemain di beberapa posisi.

Di wing back kanan, yang jadi starter bukan lagi Rio Fahmi melainkan Fajar Faturrahman. Di bek tengah sebelah kanan, yang bermain dari awal yakni Muhammad Ferrari, bukan Komang Teguh. Sedangkan lini depan yang ditinggal Rafael Struick diisi oleh Ramadhan Sananta.

Perubahan komposisi tersebut awalnya tak diragukan. Namun nyatanya setelah berada di atas lapangan, memang terasa ada yang kurang. Terutama faktor kehilangan El Klemer.

Ramadhan Sananta tak bisa menjalankan peran seperti Struick. Ia jarang memancing lawan dan menciptakan ruang bagi rekan-rekannya. Ia tak seperti El Klemer yang bisa bergerak mobile, serta punya skill individu mengelabui lawan. Di sektor wing back kanan yang diisi Fajar Faturrahman juga berkali-kali mudah dieksploitasi oleh para pemain Uzbekistan.

Kalah Kelas

Di babak pertama, apa yang dikhawatirkan para punggawa timnas terbukti. Timnas Uzbekistan sangat mendominasi. Intensitas pressing pemain Uzbekistan membuat para pemain timnas tak berdaya. Timnas sudah distop terlebih dahulu jika ingin melakukan serangan balik.

Uzbekistan sangat nyaman menikmati penguasaan bola. Beruntung bagi timnas, beberapa peluang dari mereka masih belum bisa dikonversikan menjadi gol. Stamina para punggawa timnas juga banyak terkuras akibat hanya bertahan sepanjang laga.

Marselino dan kawan-kawan tak punya banyak peluang membahayakan gawang lawan. Praktis hanya dua tembakan yang mengarah ke kiper Uzbekistan sepanjang laga. Namun begitu, sebenarnya ada momen emas bagi timnas mengubah keadaan ketika Witan ditekel pemain Uzbekistan di daerah terlarang.

Sayangnya, alih-alih mendapat penalti, setelah dicek VAR kejadian tersebut malah dianggap bukan sebuah pelanggaran oleh wasit Shin Yin Hao. Hmmm.. Tanda-tanda nih wasit.

Momen Krusial 7 Menit Yang Mengubah Segalanya

Hingga menit 60, meski timnas digempur terus, mereka masih bisa menahan Uzbekistan tanpa gol. Namun setelah itu, drama pun terjadi. Di menit 61, berawal dari crossing Pratama Arhan, Muhammad Ferrari sukses ciptakan gol.

Namun wasit kembali mengecek VAR. Setelah ditinjau lewat VAR, gol tersebut dianulir karena Ramadhan Sananta dianggap offside. Mental Garuda Muda pun runtuh seketika. Penonton di Qatar dan bahkan yang nobar di gang-gang sempit di seluruh Indonesia hanya bisa terkulai melihat gol Ferrari dianulir.

Uzbekistan pun memanfaatkan kesempatan itu dengan makin membuat Timnas Indonesia kocar-kacir. Terbukti, hanya dalam waktu tujuh menit setelah gol itu dianulir, Uzbekistan bisa mencetak gol melalui Khusayin Norchaev.

Mental Timnas Drop

Pasca gol tersebut, mental timnas makin drop. Bukannya bermain lebih menyerang untuk menyamakan kedudukan, Timnas Indonesia justru makin ditekan oleh Uzbekistan. Pemain Uzbekistan tak memberikan nafas bagi timnas untuk mengembangkan permainan.

Alih-alih berharap menyamakan kedudukan, timnas malah berkurang pemainnya setelah Rizki Ridho terkena kartu merah. Bermain dengan 10 pemain, membuat Witan dan kawan-kawan makin susah untuk menyamakan kedudukan.

Mental pemain timnas pasca sang kapten dikartu merah makin ambles. Buktinya, mereka gugup dan terciptalah gol bunuh diri Arhan selang dua menit setelah Ridho Keluar. Lengkap sudah penderitaan Timnas Indonesia.

Cara Kerja Wasit dan VAR

Keputusan wasit dan VAR menjadi sorotan di laga ini. Publik sepakbola tanah air geram terhadap keputusan wasit Shin Hin Yao serta wasit VAR, Sivakorn Pu-Udom. Ya, dua nama tersebut menjadi trending di media sosial. Keduanya dirujak oleh netizen +62.

Tidak hanya netizen yang dibuat geram atas keputusan wasit, pemain seperti Muhammad Ferrari dan Justin Hubner juga mempertanyakan kapasitas wasit di laga ini. Apalagi pengadil di lapangan dan VAR punya rekam jejak pernah mengecewakan Timnas Indonesia.

Wasit VAR, Sivakorn Pu-Udom asal Thailand sempat merugikan Timnas Indonesia ketika melawan Qatar di laga pembuka ajang ini. Masih ingat kan, beberapa keputusan kontroversial Nasrulloh Kabirov diawali berkat “call” dari wasit VAR Thailand yang satu ini.

Sedangkan wasit Tiongkok, Shin Hin Yao juga pernah merugikan Timnas Indonesia U-22 di laga melawan Kamboja pada SEA Games 2022 lalu. Saat itu, wasit Tiongkok tersebut menghadiahi penalti terhadap Kamboja yang menjadi tuan rumah. Padahal pelanggaran yang dilakukan oleh pemain Indonesia saat itu berada di luar kotak penalti.

Timnas Harus Bangkit!

Ya.. kesal sih boleh saja, namun semuanya sudah terjadi. Toh kelakuan wasit pasti nanti akan kena karmanya. Tinggal ditunggu saja. Yang terpenting lupakan kekalahan atas Uzbekistan ini. Mental timnas harus segera bangkit.

Lawan di perebutan tempat ketiga adalah Irak. Meski kalah pun Indonesia masih berkesempatan lolos ke Olimpiade Paris 2024, tapi bukankah lebih hebat jika bisa mengalahkan Irak lalu lebih cepat memastikan diri bermain di Paris 2024 mendatang? Selangkah lagi yuk, tuntaskan! Ayo rebut juara tiga! Ayo ke Eropa!

Sumber Referensi : bola.net, tribunnews, cnnindonesia, bola.com, sportdetik, cnnindonesia

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru