Mengapa Pelatih Asal Inggris Sering Gagal?

spot_img

Liga Inggris sering dianggap jadi liga terbaik di dunia saat ini. Dan tak dipungkiri tim-tim liga Inggris juga sering tampil di final kompetisi Eropa, bahkan sering terjadi All English Final. Dari semua keberhasilan tim asal Inggris itu ternyata ada fakta yang ironis.

Yakni tak ada satu pun pelatih Inggris yang ada di dalamnya. Bahkan di liganya sendiri, pelatih asal Inggris pun belum pernah menjadi juara sejak 1992 hingga sekarang. Pertanyaannya, kok bisa? Tentu ada sejumlah fakta yang menjadi penyebab fenomena tersebut.

Kultur Dan Anggapan terhadap Para Pelatih Inggris

Yang pertama menjadi faktor adalah pengaruh kebudayaan. Adanya anggapan umum yang kurang positif dari negara-negara Uni Eropa tentang kehidupan persepakbolaan Inggris. Kebanyakan klub-klub di luar Inggris menganggap pemain Inggris, atau yang kemudian menjadi pelatih, minim kemampuan teknis dan kreativitas dalam sepakbola.

Memang ini cuma persepsi. Namun persepsi itu telah meluas di Eropa daratan yang berdampak pada kecenderungan enggannya mereka mengontrak para pelatih Inggris untuk klub atau timnas mereka. Kalaupun ada mungkin sedikit, seperti Roy Hodgson di Inter maupun Steve McClaren di Twente.

Masih berkaitan dengan faktor anggapan. Faktanya memang pemain Inggris atau pelatih Inggris sangat terpaku dengan pola ortodoks 4-4-2 dengan gaya Kick And Rush plus permainan yang selalu mengandalkan fisik yang dominan. Minim sekali pemain atau pelatih Inggris yang skillfull dan mengandalkan kemampuan teknis.

Kurangnya kreatifitas dan imajinasi dalam bermain inilah yang berpengaruh pada gaya bermain atau taktik yang ditampilkan oleh para pelatih Inggris. Lebih jauh lagi, jika ditarik ke belakang, para pemain muda Inggris yang dibina sejak belasan tahun memiliki waktu yang lebih sedikit dalam mempelajari teknik bermain hingga mengembangkan visi permainan. Beda jika dibandingkan pemain muda di kelompok usia yang sama misal di Spanyol atau Jerman.

Memang ada alasan tersendiri yang mengatakan bahwa di Inggris para pemain di kelompok mudanya sudah dibiasakan tampil kompetitif. Di mana kemenangan dan hasil lebih diutamakan. Bukan proses pembelajaran tentang teknis dan sistem dalam permainan.

Orang tua di Inggris umumnya memotivasi anaknya untuk menang dan mencetak gol, bagaimanapun caranya. Hal itu yang akhirnya mendorong mereka hanya mengandalkan tendangan-tendangan jarak jauh maupun permainan fisik seperti adu kuat bodi maupun adu kuat bola udara.

Masalah Kepopuleran Jadi Pelatih dan Masalah Lisensi

Masalah yang kedua yang membuat para pelatih Inggris kurang bersinar adalah masalah lisensi dan kepopuleran melatih. Profesi pelatih tidak populer di Inggris. Bahkan sekarang cenderung para mantan pemain Inggris lebih suka menjadi pundit seperti Gary Lineker, Alan Shearer, Jamie Carragher maupun Gary Neville. Hal inilah yang juga menjadi penyebab minimnya lahir pelatih Inggris. Mengingat jumlah para eks pemain yang berminat untuk menjadi pelatih tak sebesar di negara-negara Eropa lainnya. Gimana mau berkualitas, kalau secara jumlah saja terbatas?

Faktor lisensi kepelatihan juga menjadi penyebab dari langkanya jumlah pelatih Inggris. Lantas apa yang menyebabkannya? Inggris termasuk yang memiliki aturan berbeda dalam sertifikasi kepelatihan. Mereka sebenarnya lebih longgar secara aturan dalam lisensi ketimbang negara-negara Eropa lainnya.

Bagi pelatih yang telah dikontrak klub-klub Liga Inggris sebelum tahun 2010, mereka tidak diharuskan memiliki lisensi kepelatihan UEFA Pro License atau sertifikat level tertinggi untuk melatih klub.

Kelonggaran ini tentunya sedikit berpengaruh negatif pada kualitas pelatih yang ada. Apalagi karena siapa pun bisa ditunjuk sebagai pelatih klub asalkan memiliki kenalan petinggi klub, orang dalam, atau mantan pemain klub tersebut tanpa keharusan akan kepemilikan lisensi.

Aturan ketat dengan sertifikasi bagi pelatih klub di Inggris baru berlaku sejak tahun 2010. Sementara di liga-liga Eropa lainnya, lisensi UEFA Pro License adalah sebuah keharusan bahkan sejak sebelum tahun 2010.

Pelatih Asal Inggris Muter Itu-Itu Saja Dan Kualitasnya Juga Standar

Dengan jumlah pelatih yang terbatas karena masalah kultur, lisensi dan kepopuleran maka imbasnya banyak pelatih Inggris yang namanya hanya itu-itu saja. Dan secara kualitas pun, biasa biasa saja. Umumnya mereka berkutat di klub-klub sekitar Inggris saja. Seperti misalnya, Sam Allardyce, Steve Bruce, Alan Pardew, dan lain sebagainya.

Sekarang cenderung para pelatih tersebut tak mampu bersaing. Hal itu berkat invasi para pelatih top Eropa non Inggris. Secara komposisi, pelatih asal Inggris di Liga Inggris musim 2022/23 ini bisa dihitung dengan jari. Bahkan kini, klub-klub medioker seperti Crystal Palace, Southampton, Wolves maupun Leeds lebih percaya pelatih non Inggris.

Tak berbeda jauh di Serie A yang juga mempunyai pelatih yang muter itu-itu saja. Tapi bedanya di Italia, mereka punya pembinaan pelatih yang berkualitas. Makanya tak heran meskipun di Serie A banyak pelatih yang muter itu-itu saja, tapi sering melahirkan pelatih top dunia.

Hal itu pula yang membedakan kualitas para pelatih Inggris dan Italia yang keluar melatih di negeri orang. Apa banyak pelatih Inggris sukses melatih di luar Inggris? Boro-boro, di Inggrisnya saja dijajah pelatih asing.

Namun jika dipikir, dengan predikat liga terbaik nomor satu dunia sekarang, Inggris mungkin tak terlalu mempermasalahkan kualitas para pelatihnya. Toh dengan para pelatih asing mereka bisa mendongkrak rating liga. Beda dengan Italia yang kurang dalam hal bisnis mendongkrak rating liganya.

St. George Park Dan Lahirnya Pelatih Muda Inggris, Sebuah Harapan?

Meski begitu, sejak kehadiran St.George Park atau pusat sepakbola nasional Inggris pada 2012 menjadi bagian dari reformasi FA. Sepakbola Inggris mulai menunjukkan perubahan yang signifikan sejak 2012. Di mana model ini sebenarnya meniru apa yang sudah dilakukan Perancis dengan “Clairefontaine”, Spanyol dengan “Ciudad del Futbol” maupun Italia dengan “Coverciano”.

Dampak dari dibukanya St. George Park dimulai dengan munculnya para bintang muda yang tak selalu mengandalkan permainan Kick and Rush seperti Raheem Sterling, James Maddison, Jack Grealish dan Phil Foden yang kreatif. Namun perlu diingat juga bahwa beberapa pemain itu makin matang karena juga ditempa oleh pelatih asing di klubnya.

Hasil nyata yang lain dari pembukaan St. George Park yakni prestasi tim muda Inggris yang menjadi juara dunia di kategori U-21 maupun U-17. Nilai plusnya lagi yakni sekarang banyak ketertarikan para pelatih Inggris untuk belajar mengembangkan sistem teknik permainan tanpa terpaku pola lama. Hal itulah yang telah dimulai oleh Gareth Southgate sejak dipercaya menangani The Three Lions.

Selain itu, yang terpenting di era sekarang sudah mulai bermunculan para pelatih muda revolusioner yang berbakat serta terbuka dengan ide-ide segar permainan baru seperti Steven Gerrard, Eddie Howe, Graham Potter, maupun Frank Lampard. Bukan tidak mungkin mereka akan menjadi pelopor kesuksesan pelatih inggris di era-era mendatang.

https://youtu.be/UGoGZtoDSbI

Sumber Referensi : fourfourtwo, quora, sportdw

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru