Mengapa Liga Prancis Kini Hanya Diikuti 18 Tim Seperti Bundesliga?

spot_img

Lihatlah klasemen Liga Prancis. Selain keberadaan tim gurem Stade Brestois di papan atas dan tim raksasa Lyon yang masih belepotan di papan tengah, ada hal baru di Liga Prancis musim ini. Ya, Liga Prancis atau Ligue 1 musim ini tak lagi diikuti oleh 20 tim.

Jumlah peserta Ligue 1 mulai musim ini menyusut menjadi 18 tim, sama seperti Bundesliga dan Eredivisie. Padahal musim-musim sebelumnya Ligue 1 sama seperti Premier League, diikuti oleh 20 tim. Mengapa kompetisi papan atas Prancis itu kini hanya diikuti oleh 18 tim saja? Mari kita mengulasnya.

Resmi Sejak 2021

Perubahan jumlah tim di Ligue 1 menjadi 18 tim diputuskan bukan baru-baru ini saja, melainkan sudah sejak tahun 2021. Adalah Presiden Liga Profesional Prancis atau LFP, Vincent Labrune yang pertama kali mengusulkan ide ini. 

Mengutip Be Soccer, ia bermaksud mengurangi jumlah peserta Ligue 1 menjadi 18 tim untuk menarik investor ke kompetisi yang lebih kecil dan lebih elit. Tujuan lainnya adalah memangkas kerugian ekonomi, baik yang diterima LFP maupun klub.

Saat pandemi Covid-19 mengamuk, Ligue 1 menjadi salah satu yang berdampak, terutama soal ekonomi. Tak sedikit dari tim-tim di Ligue 1 yang pendapatannya merosot akibat Covid-19. Keuangan sepak bola Prancis juga makin remuk karena Mediapro TV yang memegang hak siar menunda pembayaran.

Padahal kesepakatan dengan Mediapro nilainya lumayan besar, yaitu 3,25 miliar euro (Rp54,8 triliun). Karena penundaan itu, FA Prancis terpaksa mencari tempat lain untuk menjual hak siar. Untunglah mereka berhasil menyegel kesepakatan dengan Canal Plus senilai 365 juta euro (Rp6,1 triliun) per musim. Tapi kesulitan keuangan tetap tak dihindari oleh tim-tim di Liga Prancis.

Diajukan dan Disepakati

Usulan untuk mengurangi jumlah peserta Ligue 1 menjadi 18 tim pun diajukan ke Majelis Umum Liga Sepak Bola Profesional Prancis. Selain untuk urusan yang bermuara pada finansial, pengurangan tim Ligue 1 ini juga dimaksudkan agar persaingan di Ligue 1 menjadi lebih sengit dan tim-tim yang lolos ke kompetisi Eropa bisa fokus dan tak terbebani pertandingan liga.

Pada Juni 2021 proposal itu akhirnya disepakati oleh hampir seluruh anggota majelis. Mengutip Sky Sports, 97% suara mendukung ide pengurangan peserta Ligue 1 tersebut. Hampir seluruh tim di papan atas setuju, kecuali satu, FC Metz. Dilansir media Prancis, So Foot, Presiden Metz, Bernard Serin mengatakan tidak mempunyai alasan untuk mendukung usulan ini.

[Cuplikan wawancara Bernard Serin, tidak usah di-VO]

Bernard Serin: “Secara etis saya tidak bisa melihat bagaimana saya dapat mendukung proyek yang akan membuat empat dari 40 presiden bangkrut!”

Tim dari divisi tiga Liga Prancis, AS-Nancy Lorraine juga menolak usulan tersebut. Pemimpin Lorraine pada 2021, Gauthier Ganaye berpendapat kalau Prancis tidak bisa disamakan dengan Jerman. Menurut pihak Lorraine tidak logis mengurangi jumlah klub. Sebab resikonya klub profesional di beberapa wilayah bisa jadi berkurang.

Dua suara saja tidak sanggup untuk merobohkan usulan itu. Setelah gol pada tahun 2021, sistem baru dengan 18 tim mulai diterapkan pada musim 2023/24. Namun, untuk Ligue 2 tetap diikuti oleh 20 tim. Para pemimpin LFP yakin keputusan ini tepat. Mengingat Liga Champions musim 2024/25 juga akan lebih banyak pertandingan.

Bagaimana Sistemnya?

Sebetulnya bukan kali ini saja Ligue 1 berubah dari 20 tim menjadi 18 tim. Hal yang sama juga pernah terjadi antara tahun 1945 hingga 2023. Terakhir kali Ligue 1 diikuti hanya 18 tim adalah pada tahun 2002, sebelum akhirnya jumlahnya bertambah menjadi 20 tim di musim 2002/03.

Perubahan itu berkaitan dengan restrukturisasi Liga Prancis. Jadi, musim 2002/03 adalah musim pertama Ligue 1. Sebelum itu Ligue 1 bernama Divisi Satu. Setelah namanya berubah menjadi Ligue 1, di situlah pesertanya ditambah menjadi 20 tim.

Sistem 20 tim bertahan hingga 2023. Sistem itu memungkinkan tiga tim terdegradasi. Namun, ketika beralih lagi menjadi 18 tim, ada empat tim yang terdegradasi dari Ligue 1 musim 2022/23. Di sisi lain hanya ada dua tim yang promosi dari Ligue 2.

Nah, pada akhir musim 2023/24 nanti dua tim peringkat bawah akan tergusur ke Ligue 2. Sementara dua tim teratas di Ligue 2 akan otomatis promosi ke Ligue 1. Satu slot lagi akan diperebutkan melalui babak play-off yang mempertemukan tim peringkat 16 Ligue 1 menghadapi tim peringkat tiga Ligue 2.

Sistem ini sama persis seperti Eredivisie dan Bundesliga. Lalu soal jatah kompetisi Eropa. Karena tim di Liga Champions musim depan bertambah, berdasarkan koefisien UEFA, Ligue 1 akan mendapatkan tiga jatah langsung ke League Phase, karena Liga Champions musim depan nggak ada fase grup. Dengan begitu tiga tim teratas otomatis ke Liga Champions.

Sementara tim yang mengakhiri musim di peringkat keempat mendapat tiket play off Liga Champions. Jika tim finis di posisi lima, maka ia mendapat jatah ke Liga Eropa.

Sedangkan jatah play off Liga Konferensi Eropa dari Ligue 1 akan diberikan pada tim yang finis di peringkat keenam. Namun, skema ini akan berubah apabila juara Coupe de France adalah salah satu dari enam tim tersebut.

Implikasi Finansial

Bersamaan dengan perubahan format ini, LFP juga mulai mengatur siasat agar setiap tim mendapatkan dana. LFP telah membentuk anak perusahaan yang berbasis di Luksemburg bernama CVC Capital Partners, di mana LFP mempunyai 13% saham di sana. Hasilnya akan diberikan kepada klub-klub di Ligue 1 maupun yang promosi ke Ligue 1. 

Hal itu bahkan sudah diberikan sejak musim lalu. 17 tim yang bermain di Ligue 1 selama musim 2021/22 masing-masing telah mendapatkan 16,5 juta euro (Rp278,5 miliar). Sementara tim yang promosi ke Ligue 1 musim 2022/23 seperti Toulouse, AC Ajaccio, dan AJ Auxerre masing-masing mendapatkan 8,25 juta euro (Rp139,2 miliar).

Menurut laporan L’Equipe seperti dikutip Sports of The Day, dalam dua musim mendatang terhitung sejak musim lalu, beberapa tim Ligue 1 akan mendapat tambahan dana disesuaikan dengan ketenaran setiap tim.

PSG akan memperoleh 200 juta euro (Rp3,3 triliun); Marseille dan Lyon masing-masing 90 juta euro (Rp1,5 triliun); Lille, AS Monaco, Stade Rennes, dan Nice 80 juta euro (Rp1,3 triliun); dan sisanya akan memperoleh masing-masing 33 juta euro (Rp557 miliar).

Memang, Liga Prancis kelihatannya banyak mengeluarkan dana, tapi dengan jumlah tim yang lebih sedikit, mereka bisa membantu tim-tim yang berada dalam naungan tanpa perlu khawatir keuangan organisasi boncos.

Lebih Ketat?

Satu yang layak disoroti adalah pengurangan tim ini katanya agar kompetisi lebih ketat. Kita tahu bahwa Ligue 1 sering disebut Liga Petani karena juaranya itu-itu saja. Dengan pengurangan peserta betulkah akan lebih ketat? Jika berkaca pada tahun 1997 hingga 2002, di mana hanya 18 tim, Liga Prancis tidak dikuasai satu tim saja.

Bahkan ada lima tim yang menjadi juara selama lima musim tersebut. Mereka adalah RC Lens, Girondins Bordeaux, AS Monaco, FC Nantes, dan Lyon. Sementara sejak musim 2002/03, hegemoni mulai muncul. Lyon dan PSG adalah dua tim yang mendominasi.

Apakah tim Prancis juga akan berbicara banyak di Eropa jika jumlah peserta liganya dikurangi? Sulit untuk mengatakan iya atau tidak. Hanya saja kalau merujuk tahun 1997 hingga 2002, ada tiga tim Prancis yang bisa mencapai semifinal kompetisi Eropa.

Monaco di UCL 1997/98, Marseille di UEFA Cup 1998/99, dan RC Lens yang mencapai semifinal di UEFA Cup semusim setelahnya. Kalau menurut football lovers, pengurangan peserta ini mungkinkah membuat Liga Prancis lebih baik?

https://youtu.be/G4_3ZZNtDLA

Sumber: TheAthletic, SkySports, SportsOfTheDay, LeParisien, BeSoccer, Lefigaro, SoFoot

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru