Para pemain veteran yang mencari gaji besar di hari tua bukan barang baru. Amerika Serikat telah lama menjadi destinasi akhir para megabintang seperti Pele, Frans Beckenbauer, hingga Johan Cruyff untuk mengakhiri karier di era sebelum MLS. Di era modern, lebih banyak bintang datang ke sana. Beckham, Ibrahimovic, Schweinsteiger, hingga Wayne Rooney.
Yang menjadi berbeda sekarang adalah, para bintang di usia emas mau pergi ke China. Mereka tergoda nota-nota dengan digit tak masuk akal. Daripada berlelah dan berletih mengejar kejayaan di Eropa, mereka lebih memilih hidup bagai sultan di China.
Uang yang beredar di klub-klub China memang fantastis. Oscar baru berusia 25 tahun saat menerima tawaran 400 ribu pounds (Rp7,2 miliar) per pekan dari Shanghai SIPG. Klub tersebut membayar Chelsea sebesar 58 juta pounds untuk mendaratkan gelandang asal Brasil tersebut.
Di atas Oscar, sempat ada Carlos Tevez yang terang-terangan menyatakan menerima tawaran Shanghai Shenhua hanya untuk “liburan”. Carlitos menerima 615 ribu pounds (Rp11 miliar) per pekan, yang membuatnya berstatus sebagai pemain dengan gaji termahal dunia melebih Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Kita bisa menyebutkan daftar pemain yang tersilaukan dengan tawaran empat kali lipat dari gaji mereka di Eropa: Jackson Martinez, Fredy Guarin, Ramires, Hulk, Axel Witsel, Paulinho, Gervinho, bahkan hingga pelatih papan atas seperti Andre Villas Boas dan Manuel Pellegrini.
Fenomena ini baru terjadi lima tahun belakangan. Lantas, Apa yang membuat klub-klub China tiba-tiba sangat kaya?
Tentu saja sudah sejak dulu China dipenuhi pengusaha sukses yang punya brankas tak berujung. Perihal mengapa mereka baru menanamkan uangnya di sepak bola belakangan ini hanya disebabkan satu hal: situasi politik.
Presiden China yang baru, yaitu Xi Jinping, amat doyan terhadap sepak bola. ia berambisi menjadikan China sebagai negara superpower di dunia sepak bola. ia telah merumuskan rencana sepuluh tahun, 2015 hingga 2025, untuk menggandakan nilai ekomi olahraga.
Di aspek kualitas, Presiden Jinping ingin memproduksi 100.000 pemain baru dengan menginvestasikan banyak uang untuk membangun 20.000 sekolah sepak bola dan 70.000 lapangan baru pada 2020. Ia berencana membuat China menjadi tuan rumah Piala Dunia lalu memenanginya.
Jadi, ketika penguasa sudah memberi titah, para pengusaha di belakangnya pun merubung. Dengan turut melibatkan diri dalam pembangunan sepak bola, para pengusaha akan mendapat koneksi tak terbatas di tubuh pemerintahan.
Perusahaan besar China diketahui sudah menanam saham di Manchester City, West Brom, Aston Villa, Wolverhampton, Lyon, Inter Milan, Atletico, hingga Espanyol. Dari pengusaha Zhu Jun yang memilki Shanghai Shenhua, Xu Jiayin yang punya Guangzhou Evergrande, hingga Jack Ma pemilik Ali Baba sudah turut terjun ke klub-klub sepak bola.
Jadi, tak perlu heran bila di masa mendatang, para pemain Eropa beralih membidik China sebagai lahan bermain baru. Dalam dua minggu belakangan saja, sudah ada Marouane Fellaini dan Marek Hamsik yang berlabuh ke negeri tirai bambu.
Meski Antonio Conte menyebut gelontoran fulus China sebagai hal yang berbahaya bagi sepak bola dunia, para pemain tak pernah berpikir dua kali kala mendapat tawaran yang hanya datang sekali seumur hidup. Jadi, jangan menutup mata jika melihat lembaran uang dikipas-kipaskan di depan mukamu…