Mengapa Gavi Sering Cari Gara-Gara dengan Pemain Lawan?

spot_img

Masih ingat betapa beraninya pemuda 17 tahun Spanyol bernama lengkap Pablo Martin Paez Gavira di Piala Dunia lalu? Ketika itu ia berani ngajak ribut pemain Maroko, Roman Saiss dan Hakim Ziyech. Ia seakan tak takut pada siapa pun meski usianya masih sangat belia.

Tak sampai di situ, di level klub ia juga sering bertindak berani di lapangan. Maka dari itu, tak jarang juga ia sering cari gara-gara dengan pemain lawan, bahkan berkonflik. Sikapnya itu terkadang dianggap songong. Namun di balik sikapnya yang songong itu, ternyata ada hal-hal yang melatarbelakanginya.

Sejak Musim 2021/22

Gaya permainan Gavi yang sering dianggap “grusa-grusu” itu sudah terlihat sejak dini. Pemain asli La Masia itu sudah meniti karir sejak kecil di Catalan. Ia diberi debut oleh Ronald Koeman di Barca senior tepatnya musim 2020/21.

Gol debutnya pun lahir di masa Koeman. Ia dicatat sebagai pencetak gol termuda setelah Bojan dan Ansu Fati. Nah barulah di musim lalu, ia sudah sering bermain reguler di tim inti Barca. 34 kali ia bermain di semua kompetisi dan hasilnya aneh.

Secara statistik menurut Fbref alih-alih banyak nilai positifnya dalam menyerang, ia malah tertinggi nilainya secara bertahan. Terlebih dalam hal gangguan kepada lawan (disruption) dan tekel. Ia tercatat melakukan 2,28 tekel per 90 menit.

Adapun dari hal gangguan kepada lawan (disruption) menurut Smarterscout tercatat sebanyak 96%. Semua angka itu adalah yang tertinggi di klub musim lalu dibanding semua gelandang Barca.

Xavi ketika menanganinya juga heran dan bahkan menyebutnya gelandang multifungsi. Ia juga menyebutnya “dewasa melebihi usianya”. Itulah yang menyebabkan mental Gavi tumbuh jadi lebih matang.

Musim 2022/23 Meningkat

Catatan itu baru musim penuh pertamanya. Kini di usia 18 tahun ia memulai musim penuh keduanya bersama Blaugrana. Ia masih diplot Xavi di pos gelandang serang, namun terkadang juga ditempatkan di penyerang sayap kiri palsu. Menurut Transfermarkt, per Februari 2023 ia sudah 7 kali bermain di penyerang sayap kiri palsu.

Dengan posisi itu, tentu harusnya Gavi diharapkan lebih produktif dari hal assist maupun golnya. Alih-alih banyak gol dan assist, ia malah meningkat dalam hal atribut bertahannya.

Justru di musim inilah ia tercatat sebagai pemain yang paling sering melanggar lawan. Total sudah 49 kali pelanggaran yang ia catatkan di musim ini. Itu adalah angka tertinggi setelah pemain RC Lens, Salif Abdul Samed dan pemain AC Ajaccio, Mounaim El-Idrissi.

Berkat beberapa sumbangan pelanggaran dari Gavi, mungkin itu adalah salah satu indikator keberhasilan lini belakang Barca bisa kokoh di musim ini. Barca lebih berhasil melakukan tekanan terhadap lawan dari lini tengah sebelum ke lini belakang. Buktinya, tingkat intensitas pressing Barcelona musim ini meningkat, yaitu 60%, menyaingi Munchen maupun Manchester City menurut Soccerment.

Di Timnas Spanyol Juga Serupa

Selain di level klub, gaya bermain Gavi yang “grusa-grusu” itu pun menular di Timnas. Ia debut di La Furia Roja kala melawan Italia di Nations League. Di timnas, Enrique sama halnya dengan Xavi, menginstruksikan Gavi berperan sebagai gelandang serang maupun penyerang sayap kiri palsu.

Hasilnya sama saja. Gavi jadi pemain yang melakukan pelanggaran paling banyak di pertandingan debutnya tersebut, yakni 7 pelanggaran. Daya jelajah dan gangguan terhadap lawannya pun tinggi sehingga mampu membawa La Furia Roja menang 2-1 kala itu.

Sebuah debut timnas yang terbilang mengesankan bagi Gavi dari segi bertahan. Namun dari segi menyerang, ia masih harus banyak belajar. Alih-alih belajar menjadi lebih baik dalam segi menyerang, di Piala Dunia 2022 ia malah tercatat lagi sebagai pemain yang paling banyak terlibat dalam pelanggaran di Timnas Spanyol yakni 23 kali.

Kelemahan Gavi Dalam Mengganggu Lawan

Nah, dari statistik yang menunjukan bahwa ia selama ini unggul dalam hal tekel, pelanggaran, maupun gangguan terhadap lawan, ada satu yang nampaknya luput dari pengamatan. Dari statistik bertahan yang mentereng itu, ia ternyata lemah dalam melakukan tekel bersihnya. Ia juga sering melakukan pelanggaran yang tidak perlu.

Masalah ini berkaitan dengan kontrol emosi. Maklum dia masih belia dengan semangat yang masih menggebu-nggebu. Dan semua itu harus segera dievaluasi oleh Xavi.

Dari kelemahan Gavi tersebut, maka tak jarang ia mendapatkan hukuman kartu kuning dari wasit. Musim ini saja ia tercatat sudah mengantongi 7 kartu kuning di semua kompetisi. Hal itu buah dari sikap “grusa-grusu” Gavi yang tidak perlu.

Buah kartu kuning itu juga berdampak pada tim. Sebagai contoh ketika Barca terpaksa kehilangannya saat menghadapi Manchester United di leg kedua Europa League akibat akumulasi kartu. Ya, pada akhirnya yang rugi Barcelona itu sendiri.

Beberapa Konflik Gavi Dengan Para Pemain

Hal-hal yang menyangkut kontrol emosi Gavi juga sering berdampak dari beberapa konflik yang terjadi di lapangan. Asal tahu saja, Gavi di usia belia ini sudah berani menentang siapa pun lawannya yang tak terima jika dilanggar olehnya.

Di level klub yang terbaru terjadi ketika melawan MU di Camp Nou. Di mana ia mencoba bersitegang dengan Casemiro dan Fred. Bahkan dengan Fred ia saling balas di media sosial.

Di La Liga juga teringat ketika ia bersitegang sampai dicekik oleh pemain Celta Vigo, Oscar Hernandez. Ataupun ketika ia dijambak rambutnya oleh Dani Ceballos di laga Piala Super Spanyol.

Jiwa pemberani Gavi itu juga dialami dengan banyak pemain termasuk bek Inter Bastoni maupun Toni Kroos. Begitu pula di level timnas, tak sedikit ia bersitegang dengan lawan. Contohnya saja ketika ia berduel dengan para pemain Maroko di Piala Dunia. Bahkan aksinya itu dibalas oleh Sofyan Amrabat di media sosial.

Masa Depan Gavi

Entah apa yang akan terjadi pada Gavi di masa depan. Yang jelas sebagai gelandang serang ia harus belajar mengubah gaya bermainnya agar lebih optimal dari segi menyerangnya, baik assist maupun gol. Bukan malah terus melakukan tindakan “grusa-grusu” penuh emosi yang tak perlu.

Sebagai seorang gelandang serang dengan raihan sementara 5 assist dan 2 gol dari 33 pertandingan belum cukup baginya untuk disebut berhasil. Ia kini masih mencari bentuk terbaik. Akan tetapi, secara mental Gavi sudah terbentuk. Meski sedikit kurang ajar dan tak tahu diri.

Jika Gavi terus bandel, bukan tidak mungkin musuhnya bertambah banyak di lapangan. Di sisi lain, kalau Gavi terus begini, Xavi bisa saja memindahkan posisinya dari gelandang serang ke “tukang jagal”. Buat saja Gavi sebagai gelandang pengangkut air di Barcelona.

https://youtu.be/YXPn1P5wFoQ

Sumber Referensi : foottheball, theathletic, en.as, foottheball, transfermarkt

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru