Masih ingat betapa beraninya pemuda 17 tahun Spanyol bernama lengkap Pablo Martin Paez Gavira di Piala Dunia lalu? Ketika itu ia berani ngajak ribut pemain Maroko, Roman Saiss dan Hakim Ziyech. Ia seakan tak takut pada siapa pun meski usianya masih sangat belia.
Tak sampai di situ, di level klub ia juga sering bertindak berani di lapangan. Maka dari itu, tak jarang juga ia sering cari gara-gara dengan pemain lawan, bahkan berkonflik. Sikapnya itu terkadang dianggap songong. Namun di balik sikapnya yang songong itu, ternyata ada hal-hal yang melatarbelakanginya.
Gavi is only 18, but he’s everyone’s problem. 😅 pic.twitter.com/BP7FoApbmI
— Troll Football (@Troll_Fotballl) February 17, 2023
Daftar Isi
Sejak Musim 2021/22
Gaya permainan Gavi yang sering dianggap “grusa-grusu” itu sudah terlihat sejak dini. Pemain asli La Masia itu sudah meniti karir sejak kecil di Catalan. Ia diberi debut oleh Ronald Koeman di Barca senior tepatnya musim 2020/21.
17 – With 17 years and 49 days, Gavi has been the second youngest player to make his debut as starter for @FCBarcelona in the 21st century in #LaLiga, only surpassed by Ansu Fati (16 years and 318 days). Early. pic.twitter.com/NmMnNOJQK7
— OptaJose (@OptaJose) September 23, 2021
Gol debutnya pun lahir di masa Koeman. Ia dicatat sebagai pencetak gol termuda setelah Bojan dan Ansu Fati. Nah barulah di musim lalu, ia sudah sering bermain reguler di tim inti Barca. 34 kali ia bermain di semua kompetisi dan hasilnya aneh.
Secara statistik menurut Fbref alih-alih banyak nilai positifnya dalam menyerang, ia malah tertinggi nilainya secara bertahan. Terlebih dalam hal gangguan kepada lawan (disruption) dan tekel. Ia tercatat melakukan 2,28 tekel per 90 menit.
Gavi’s tackling in his 16 Barça games:
— adil (@Barca19stats) November 26, 2021
– First 8 games: 8 successful tackles, one every 54 minutes, 57% success rate.
– Last 8 games: 13 successful tackles, one every 42 minutes, 65% success rate.
8 of Gavi’s 21 successful tackles (38%) came in the 2 games under Xavi. pic.twitter.com/KrfhHcZ0vH
Adapun dari hal gangguan kepada lawan (disruption) menurut Smarterscout tercatat sebanyak 96%. Semua angka itu adalah yang tertinggi di klub musim lalu dibanding semua gelandang Barca.
Xavi ketika menanganinya juga heran dan bahkan menyebutnya gelandang multifungsi. Ia juga menyebutnya “dewasa melebihi usianya”. Itulah yang menyebabkan mental Gavi tumbuh jadi lebih matang.
Gavi. Barcelona. La Liga. 2022-23 pic.twitter.com/fBFFAyuBuX
— StatsBombES (@StatsBombES) January 24, 2023
Musim 2022/23 Meningkat
Catatan itu baru musim penuh pertamanya. Kini di usia 18 tahun ia memulai musim penuh keduanya bersama Blaugrana. Ia masih diplot Xavi di pos gelandang serang, namun terkadang juga ditempatkan di penyerang sayap kiri palsu. Menurut Transfermarkt, per Februari 2023 ia sudah 7 kali bermain di penyerang sayap kiri palsu.
Dengan posisi itu, tentu harusnya Gavi diharapkan lebih produktif dari hal assist maupun golnya. Alih-alih banyak gol dan assist, ia malah meningkat dalam hal atribut bertahannya.
Gavi has won more fouls (49) and committed more fouls (42) than any other Barcelona player in LaLiga this season.
— Squawka (@Squawka) March 20, 2022
Those untied laces cause chaos. 😈
Justru di musim inilah ia tercatat sebagai pemain yang paling sering melanggar lawan. Total sudah 49 kali pelanggaran yang ia catatkan di musim ini. Itu adalah angka tertinggi setelah pemain RC Lens, Salif Abdul Samed dan pemain AC Ajaccio, Mounaim El-Idrissi.
Berkat beberapa sumbangan pelanggaran dari Gavi, mungkin itu adalah salah satu indikator keberhasilan lini belakang Barca bisa kokoh di musim ini. Barca lebih berhasil melakukan tekanan terhadap lawan dari lini tengah sebelum ke lini belakang. Buktinya, tingkat intensitas pressing Barcelona musim ini meningkat, yaitu 60%, menyaingi Munchen maupun Manchester City menurut Soccerment.
Di Timnas Spanyol Juga Serupa
Selain di level klub, gaya bermain Gavi yang “grusa-grusu” itu pun menular di Timnas. Ia debut di La Furia Roja kala melawan Italia di Nations League. Di timnas, Enrique sama halnya dengan Xavi, menginstruksikan Gavi berperan sebagai gelandang serang maupun penyerang sayap kiri palsu.
Hasilnya sama saja. Gavi jadi pemain yang melakukan pelanggaran paling banyak di pertandingan debutnya tersebut, yakni 7 pelanggaran. Daya jelajah dan gangguan terhadap lawannya pun tinggi sehingga mampu membawa La Furia Roja menang 2-1 kala itu.
Gavi’s international debut by numbers, against the European champions Italy:
— Squawka (@Squawka) October 6, 2021
89% pass accuracy
68 touches
53 passes
7 fouls conceded
4 tackles made
2 take-ons completed
1 through ball
1 foul won
17 years and 62 days old. ✨ pic.twitter.com/CDZMoISUoL
Sebuah debut timnas yang terbilang mengesankan bagi Gavi dari segi bertahan. Namun dari segi menyerang, ia masih harus banyak belajar. Alih-alih belajar menjadi lebih baik dalam segi menyerang, di Piala Dunia 2022 ia malah tercatat lagi sebagai pemain yang paling banyak terlibat dalam pelanggaran di Timnas Spanyol yakni 23 kali.
5 – No player has won more fouls so far in #FIFAWorldCup2022 than #Gavi 🇪🇸 (five) in the game against #CostaRica 🇨🇷. Struggle.#SPA#FIFAWorldCup pic.twitter.com/lPc5NLu6Wa
— OptaJose (@OptaJose) November 24, 2022
Kelemahan Gavi Dalam Mengganggu Lawan
Nah, dari statistik yang menunjukan bahwa ia selama ini unggul dalam hal tekel, pelanggaran, maupun gangguan terhadap lawan, ada satu yang nampaknya luput dari pengamatan. Dari statistik bertahan yang mentereng itu, ia ternyata lemah dalam melakukan tekel bersihnya. Ia juga sering melakukan pelanggaran yang tidak perlu.
Bastoni vs Gavi 😳 pic.twitter.com/eaVmMxSC2O
— ESPN Deportes (@ESPNDeportes) October 5, 2022
Masalah ini berkaitan dengan kontrol emosi. Maklum dia masih belia dengan semangat yang masih menggebu-nggebu. Dan semua itu harus segera dievaluasi oleh Xavi.
Gavi intentando humillar a Padre Toni Kross, ya lo he visto todo en la vida. Lo de esta gente no tiene fin. Te quedan muchos petit suisse todavía campeón pic.twitter.com/lCTpYvprLv
— Ragnar El Vikingo (@Ragnar_1902) January 14, 2022
Dari kelemahan Gavi tersebut, maka tak jarang ia mendapatkan hukuman kartu kuning dari wasit. Musim ini saja ia tercatat sudah mengantongi 7 kartu kuning di semua kompetisi. Hal itu buah dari sikap “grusa-grusu” Gavi yang tidak perlu.
Buah kartu kuning itu juga berdampak pada tim. Sebagai contoh ketika Barca terpaksa kehilangannya saat menghadapi Manchester United di leg kedua Europa League akibat akumulasi kartu. Ya, pada akhirnya yang rugi Barcelona itu sendiri.
Gavi for Barcelona vs. Man Utd:
— Squawka (@Squawka) February 16, 2023
◉ = Most final third passes (22)
◉ Most duels won (13)
◉ Most fouls won (5)
◉ = Most touches in opp. box (5)
◉ = Most tackles (4)
◉= Most aerial duels won (3)
◉ Most fouls conceded (3)
Will be a huge miss in the second leg. 😤 pic.twitter.com/IOQ8nyGppS
Beberapa Konflik Gavi Dengan Para Pemain
Hal-hal yang menyangkut kontrol emosi Gavi juga sering berdampak dari beberapa konflik yang terjadi di lapangan. Asal tahu saja, Gavi di usia belia ini sudah berani menentang siapa pun lawannya yang tak terima jika dilanggar olehnya.
Óscar agarrando del cuello a Gavi y Quevedo yendo a separarlos, esta foto es historia. pic.twitter.com/Bq3w6lPsxZ
— Aʟʙᴇʀᴛᴏ (@AlberrtoRM) October 9, 2022
Di level klub yang terbaru terjadi ketika melawan MU di Camp Nou. Di mana ia mencoba bersitegang dengan Casemiro dan Fred. Bahkan dengan Fred ia saling balas di media sosial.
Gavi never gets away from beefs 😂♥️ pic.twitter.com/ckp62Erfar
— Sani Abdullah (@abdullahisani_) February 18, 2023
Di La Liga juga teringat ketika ia bersitegang sampai dicekik oleh pemain Celta Vigo, Oscar Hernandez. Ataupun ketika ia dijambak rambutnya oleh Dani Ceballos di laga Piala Super Spanyol.
📸 Ceballos seen pulling Gavi’s hair. @MovistarFutbol #rmalive pic.twitter.com/lP1yc9FR0Q
— Madrid Zone (@theMadridZone) January 16, 2023
Jiwa pemberani Gavi itu juga dialami dengan banyak pemain termasuk bek Inter Bastoni maupun Toni Kroos. Begitu pula di level timnas, tak sedikit ia bersitegang dengan lawan. Contohnya saja ketika ia berduel dengan para pemain Maroko di Piala Dunia. Bahkan aksinya itu dibalas oleh Sofyan Amrabat di media sosial.
“I want to explain myself on that. I have my Instagram account, but there is another person who also manages it. The person who shared that image saw it as a joke. When I heard that people were not liking it, I immediately deleted it.”
— Football España (@footballespana_) December 14, 2022
Sofyan Amrabat on the ‘Gavi post’. pic.twitter.com/BBMhALE15A
Masa Depan Gavi
Entah apa yang akan terjadi pada Gavi di masa depan. Yang jelas sebagai gelandang serang ia harus belajar mengubah gaya bermainnya agar lebih optimal dari segi menyerangnya, baik assist maupun gol. Bukan malah terus melakukan tindakan “grusa-grusu” penuh emosi yang tak perlu.
Casemiro really just stared at Gavi after he bumped into him 😅 pic.twitter.com/LtzQq7wwuS
— ESPN FC (@ESPNFC) February 16, 2023
Sebagai seorang gelandang serang dengan raihan sementara 5 assist dan 2 gol dari 33 pertandingan belum cukup baginya untuk disebut berhasil. Ia kini masih mencari bentuk terbaik. Akan tetapi, secara mental Gavi sudah terbentuk. Meski sedikit kurang ajar dan tak tahu diri.
Jika Gavi terus bandel, bukan tidak mungkin musuhnya bertambah banyak di lapangan. Di sisi lain, kalau Gavi terus begini, Xavi bisa saja memindahkan posisinya dari gelandang serang ke “tukang jagal”. Buat saja Gavi sebagai gelandang pengangkut air di Barcelona.
Sumber Referensi : foottheball, theathletic, en.as, foottheball, transfermarkt