Mengapa Fisik dan Mental Pemain Timnas Indonesia Sering Bermasalah?

spot_img

Setiap kali jelang event olahraga maupun saat katakanlah Indonesia kalah di ajang olahraga, termasuk sepak bola masalah yang selalu muncul adalah fisik dan mental. Para atlet-atlet kita, termasuk pesepakbola tim nasional seringkali ngos-ngosan padahal pertandingan belum genap satu jam.

Belakangan, setelah mengumpulkan sejumlah pemain untuk Piala AFF 2024, Shin Tae-yong mengeluhkan hal serupa. Fisik para pemain yang dipanggil masih jauh dari harapan. Sederhananya, mereka masih mudah ngos-ngosan. Lahdalah, ini gimana sih?

Kalau bapak-bapak kantoran atau pegawai Dinas PUPR main sepak bola gampang ngos-ngosan wajar. Lah ini atlet, lho! Pemain tim nasional pula, bukan kesebelasan Lebak Bulus. Hal ini ternyata sudah menjadi masalah klasik para pemain Timnas Indonesia yang sampai sekarang masih belum beres.

Mengapa begitu? Apa nggak ada solusinya?

Keluhan Shin Tae-yong

Emang bener ya, min, Shin Tae-yong mengeluhkan lagi kondisi fisik pemain Timnas Indonesia? Bukannya kemarin-kemarin sudah mendingan?

Lah ya. Manajer Timnas Indonesia sendiri yang mengatakan demikian. Mengutip CNN Indonesia, selama meminjam tempat latihannya Bali United untuk persiapan Piala AFF, Sumardji bilang fisik pemain masih jauh dari harapan.

Memang, dari 33 nama yang dipanggil ada 23 pemain yang boleh dikatakan kondisinya baik. Namun, yang dikatakan “baik” itu pun fisiknya masih jauh dari apa yang diinginkan Shin Tae-yong. Sehingga mereka masih akan terus digembleng untuk meningkatkan fisik. Tuh kan! 

Kebetulan keluhan fisik ini muncul lagi bertepatan dengan pemanggilan para pemain yang kebanyakan berasal dari Liga 1 untuk Timnas Indonesia. Jadi, masalahnya ada di kompetisi dalam negeri, nih?

Bukan Cuma Shin Tae-yong yang Mengeluh

Mantan fisioterapis Timnas Indonesia, Matias Ibo pernah bilang begini, kebugaran pemain Timnas Indonesia yang menahun seperti korupsi, bukan Shin Tae-yong saja yang mengeluhkannya. Tujuh pelatih sebelum STY juga mengeluhkan masalah serupa.

“Berarti ada yang belum dibetulkan. Seperti ada missing link. Masalahnya selalu fisik,” kata Ibo kepada CNN Indonesia.

Menurut sang fisioterapis, masalah klasik ini tak bisa dilepaskan dari kondisi pemain selama di klubnya masing-masing. Karena, menurut Ibo, pemain timnas adalah cerminan dari klub. Bagaimana klub itu memberi porsi latihan ke para pemainnya. Apakah cukup, pas, atau berlebihan.

Di Klub Tidak Latihan Fisik?

Jika masalahnya lagi-lagi fisik, apakah mungkin di klub, terutama klub-klub Liga 1 tidak ada latihan fisik? Sebagaimana klub-klub profesional di Inggris, klub-klub di Liga 1 juga melatih fisik para pemainnya.

Coba saja cari di eyang Google. Kita akan disuguhi berbagai berita dari klub-klub Liga 1 yang menggembleng fisik para pemainnya. Namun bersamaan dengan itu kita juga mudah mencari berita tentang pelatih-pelatih asing yang mengeluhkan ketahanan fisik para pemain Liga 1.

Pun jika kamu menonton wawancara Rizky Ridho di kanal YouTube Sport 77, kita akan tahu bahwa sepertinya terdapat masalah di klub-klub Indonesia. Bagaimana mungkin Rizky Ridho baru tahu bahwa gym itu penting buat pemain sepak bola?

Padahal tandem Jay Idzes itu bukan baru kemarin main di Liga 1. Aneh sekali sampai nggak tahu betapa pentingnya gym. Masa pemain sekelas Rizky Ridho kalah sama bapak-bapak skena keringat di kawasan Tebet?

Asupan Gizi

Lewat pernyataan Rizky Ridho, kalau kita boleh sedikit berprasangka buruk, betul bahwa klub-klub Liga 1 juga menggembleng fisik para pemain. Hanya saja mungkin ada yang salah dari metode, cara, kurikulum, atau apalah itu namanya yang dipakai oleh klub-klub lokal. Yang bisa jadi metode itu berada di bawah standar Shin Tae-yong.

Persoalan fisik ini sebetulnya juga bertalian erat dengan asupan ke perut. Dan lucunya, dalam pernyataannya pula, Rizky Ridho mengatakan baru tahu makanan bergizi sejak gabung Timnas Indonesia dan dilatih Shin Tae-yong. Bek yang bikin minder Julian Alvarez itu bilang bahwa dirinya, terbiasa makan gorengan lima ribuan sebelum latihan.

Hal itu karena Ridho dulu tidak bisa membedakan mana makanan yang sehat. Karena menurutnya, soal makan yang penting cukup di budget. Bek yang baru bertunangan itu juga baru mengerti makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan lain sebagainya ketika bermain di Timnas Indonesia.

Ini sungguh miris. Seorang pemain yang, sekali lagi, tahunan berkiprah di liga domestik tidak tahu mana makanan yang bergizi? Wah, kalah sama emak-emak yang ngerumpi di Posyandu. Sebentar, apakah klub-klub Liga 1 tidak mengajarkan soal makanan bergizi?

Mungkin iya, tapi tidak semuanya demikian. Ada beberapa klub di Liga 1 yang memang mulai memperhatikan hal ini. Persija, Persib Bandung, dan Bhayangkara FC sejauh ini telah memperhatikan asupan gizi.

Sebetulnya hal-hal mengenai asupan ini tidak perlu dikasih tahu. Sebab setiap klub yang menyebut dirinya klub profesional mestinya sudah mengerti bagaimana pentingnya pengetahuan soal makanan bergizi.

Menit Bermain

Perkara fisik ini juga berkaitan dengan jam terbang. Shin Tae-yong tak bosan-bosan mengkritik Liga 1 yang kompetisinya, acap kali tidak memberikan menit bermain yang efektif. Mengutip Tempo, Tae-yong bilang para pemainnya yang berasal dari Liga 1 hanya diberikan rata-rata menit bermain 35 menit.

Padahal menurut pelatih berkebangsaan Korea Selatan itu, seharusnya sebuah kompetisi sepak bola yang baik, rata-rata menit bermain yang mesti diberikan per pertandingan adalah 60 menit. Menit bermain di Liga 1 yang sedikit ini, menurut STY, berkontribusi pada kondisi fisik pemain yang begitu-itu.

Lebih jauh STY mengatakan ini bukan cuma perkara dimainkan atau tidak. Ia mengkritik kebiasaan pemain Liga 1 yang doyan protes terhadap keputusan wasit. Hal itu yang juga menyebabkan menit bermain para pemain susut. Lalu selain faktor internal, apa lagi yang membuat fisik pemain kita gampang kendor?

Lingkungan yang Buruk

Apabila dicermati, pemain yang fisiknya gampang lelah kebanyakan yang bermain di Liga 1. Sementara para diaspora dan pemain abroad, tidak demikian. Berarti selain liganya, negaranya juga bermasalah. Ini boleh jadi berkaitan dengan kondisi lingkungan hidup di Indonesia yang buruk.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memang bilang bahwa indeks lingkungan hidup di Indonesia naik dalam lima tahun terakhir. Namun kenyataannya tidak begitu. Lihat saja, deforestasi masih tak kunjung berhenti. Per 2023, mengutip Kompas, Indonesia kehilangan 292 ribu hektar hutan tropis.

Itu baru hutan. Soal pencemaran udara? Wah… Indonesia jagonya. Menurut laporan World Air Quality Report seperti dikutip Greenpeace, Indonesia berada di posisi pertama negara dengan kualitas udara terburuk di Asia Tenggara pada tahun 2023.

Bagaimana para pemain liga lokal yang bergabung ke tim nasional fisiknya bagus, staminanya kuat selama 90 menit, kalau kualitas lingkungannya rusak begitu?

Shin Tae-yong pun terpaksa menerapkan porsi latihan lebih keras demi membentuk fisik pemain yang memadai. Untuk Piala AFF nanti saja, latihannya sampai digandakan dalam sehari. Terkadang STY juga menerapkan metode-metode latihan semi militer untuk memompa fisik para pemain.

Bagaimana dengan Mental?

Itu fisik. Bagaimana dengan mental? Shin Tae-yong juga berkali-kali mengeluhkan soal mental pemain Timnas Indonesia. Belum lama ini di sebuah obrolan berbahasa Korea, Tae-yong bilang para pemain Timnas Indonesia mentalnya masih buruk. Mereka mudah menyerah.

Shin Tae-yong mencontohkan ketika menghadapi tim-tim besar, yang secara ranking jauh banget di atas Indonesia. Para pemain akan kalah sebelum bertanding. Mereka tidak punya mentalitas memenangkan pertandingan. Selain itu, mental untuk bangkit dari keterpurukan masih belum dipunyai pemain Indonesia.

Hal ini tak ada kaitannya dengan ada atau tidak pemain diaspora. Sebab sampai sekarang pun apabila tertinggal lebih dulu, Timnas Indonesia akan ciut nyalinya. Tengok saja beberapa pertandingan terakhir. Apabila ketinggalan lebih dulu, Indonesia sering tak bisa membalikkan keadaan.

Persoalan mental ini sudah ditangani pelan-pelan oleh STY dan PSSI. Salah satunya dengan menggelar uji tanding melawan tim yang sangat hebat. FIFA Matchday menghadapi Argentina contohnya. Laga melawan sang juara dunia itu sedikit banyak mengasah mental para pemain timnas.

Begitu pula di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Nah, di Piala AFF nanti laga yang bisa jadi ajang mengasah mental adalah laga menghadapi Vietnam, babak gugur, dan final. Di situlah kita akan melihat sejauh mana mental para pemain, khususnya mereka yang masih muda.

https://youtu.be/VRSfYu5zPPI

Sumber: CNNIndonesia, TVOneNews, Viva, Tempo, Tempo, Sindonews, Kompas, Greenpeace

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru