Tak perlu susah payah datang ke kamp latihan Bayern Munchen melihat Tuchel memarahi Leon Goretzka, kita sudah bisa menebak kalau pelatih berpaspor Jerman itu sedang pusing setengah mampus.
Timnya kalah lagi. Kali ini bahkan oleh tim gurem, Bochum. Ini adalah kekalahan ketiga beruntun Bayern Munchen di semua kompetisi. Setelah diajari main bola sama Bayer Leverkusen di Bundesliga dan digilas oleh Lazio di Liga Champions. Memang, takluk atas Bochum tak membuat Die Roten tergelincir dari papan atas.
Bayern Munchen masih berada di zona Liga Champions. Namun, dengan kekalahan atas tim yang bahkan markasnya lebih kecil dari Stadion Sultan Agung Bantul itu, Munchen gagal memangkas jarak dengan Bayer Leverkusen. Hingga spieltag 22, Munchen masih khusyuk di posisi dua, berjarak delapan poin dari pasukan Xabi Alonso.
Daftar Isi
Bak Film Horor
Kegagalan mencuri poin atas Bochum membuat Bayern Munchen diambang gagal memperoleh satu pun trofi musim ini. Melihat performa Bayer Leverkusen yang sulit untuk menebak kapan akan goyah, delapan poin adalah jarak yang cukup jauh untuk dikejar.
Di sisi lain, Bayern Munchen juga kehilangan harapan untuk meraih gelar DFB Pokal musim ini. Pasukan Thomas Tuchel pulang duluan di putaran kedua usai takluk atas tim divisi tiga, Saarbrucken. Ya, divisi tiga!
Setelah kalah dalam tiga laga beruntun, dan itu menjadi yang terburuk sejak 2015, muncul kekhawatiran dalam tim. Salah satu yang menunjukkan kecemasannya adalah Leon Goretzka. Pemain yang sudah lima tahun memperkuat Bayern Munchen itu tak menyangka timnya bisa sebapuk ini.
Bahkan Goretzka tak segan menyebut permainan Bayern Munchen bak film horor yang tak ada ending-nya. Mungkin melihat timnya bermain, Goretzka seolah menonton berulang-ulang adegan kecelakaan lift di film Pengabdi Setan 2.
🔴🧟♂️ Leon Goretzka: “It feels like a horror movie”.
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) February 18, 2024
“Everything is going against us at the moment”.
“You feel stupid to limit yourself to half an hour. In the end we tried everything, so you can’t blame us”. pic.twitter.com/lyK1uixyoZ
Kekacauan Dimulai Sejak Musim Lalu
Inkonsistensi Bayern Munchen musim ini sebetulnya imbas dari kekacauan di musim lalu. Musim lalu FC Hollywood nyaris gagal juara Bundesliga. Tapi ketidakberuntungan Dortmund di laga terakhir menjadi keberuntungan bagi Bayern Munchen dan Thomas Tuchel.
Pemecatan Julian Nagelsmann dan penunjukkan Thomas Tuchel yang kebut semalam juga menjadi salah satu biang masalah. CEO lama Bayern Munchen, Oliver Kahn memecat Nagelsmann yang sedang berlibur karena menurutnya, di tangan pelatih muda itu Bayern tak menunjukkan potensi sebenarnya.
Julian Nagelsmann took charge of 84 matches as Bayern Munich manager before he was sacked.
— 90min (@90min_Football) February 15, 2024
Thomas Tuchel has lost the same amount of games in just 43 games. 🫣 pic.twitter.com/cOWND0U292
Namun, memecat Nagelsmann dan menunjuk Tuchel bukan ide yang bijak. Terbukti, ia tak bisa mengintegrasikan skuad dengan taktiknya dalam waktu singkat. Di awal melatih, Tuchel bahkan hanya memetik enam kemenangan dari 12 laga. Tuchel pun gusar.
Ia juga merasa tim memberinya tekanan tinggi. Tuchel tak suka cara manajemen, khususnya Oliver Kahn dan Hasan Salihamidzic, yang menunjuknya di penghujung musim. Tuchel butuh ruang untuk menyelaraskan idenya. Karena menyusun tim tidak sama dengan memasak mi instan.
Pemecatan Oliver Kahn dan Hasan Salihamidzic
Dua nama tadi: Kahn dan Salihamidzic cukup lama bekerja di The Bavarians. Namun, dewan klub menganggap kinerja dua orang ini jauh dari ekspektasi selama beberapa waktu. Di bawah komando CEO Oliver Kahn dan Direktur Olahraga Hasan Salihamidzic, Munchen tidak stabil.
Alih-alih menorehkan pencapaian yang membanggakan, di bawah dua orang itu, Die Roten justru mengoleksi masalah, baik di dalam maupun luar lapangan. Yang paling krusial tentu pemecatan Nagelsmann. Sebab setelah itu, Munchen tersingkir oleh Manchester City di Liga Champions dan terseok-seok buat juara Bundesliga.
Official: Bayern confirm that Oliver Kahn and Hasan Salihamidžić are sacked with immediate effect. 🚨🔴 #FCBayern
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) May 27, 2023
Jan-Christian Dreesen will take over as new CEO while Salihamidžić's successor has yet to be found. pic.twitter.com/8eSMPGFv7B
Kurangnya dominasi di level domestik sama sekali bukan ciri khas Bayern Munchen. Akhirnya, setelah memantapkan gelar Bundesliga ke-11, Salihamidzic dan Kahn didepak. Pemecatan keduanya membuat Tuchel lega. Karena itu artinya ia bisa leluasa bergerak.
Sebelum itu, Tuchel hanya menuruti perintah Salihamidzic. Namun, setelah ia dipecat, Tuchel diberi keleluasaan, terutama dalam hal transfer. Nah, dari sinilah rencana musim baru Bayern Munchen disusun. Thomas Tuchel punya rencana sinting agar timnya tak lagi bergantung dengan tim lain hanya untuk juara Bundesliga.
Rencana Sinting Tuchel
Enam minggu dihabiskannya hanya untuk bertemu pimpinan membahas rencana musim baru. Ada beberapa nama yang dikantongi Tuchel untuk dibawa ke Bayern Munchen. Karena tak lagi diperkuat Robert Lewandowski, Tuchel ingin striker baru. Harry Kane menjadi incaran utama.
Negosiasi sempat berjalan alot. Namun, akhirnya Bayern Munchen beneran mendatangkan Harry Kane. Tuchel yang menganut mazhab tiga bek mendatangkan pemain-pemain yang sekiranya cocok. Bek tangguh Kim Min-jae didatangkan. Bek sayap seperti Raphael Guerreiro juga direkrut.
Hal Baik
Kalau boleh jujur, sesungguhnya musim ini Bayern Munchen sedikit lebih baik. Terutama soal menyerang. Kehadiran Harry Kane membuat lini depan kian tajam. Hingga spieltag 22 saja, Die Roten sudah mengemas 61 gol, yang terbanyak di Bundesliga. Nilai pengharapan golnya juga menjadi yang tertinggi, yakni 59,6.
Bayern Munchen juga menjadi tim yang paling banyak melepas tembakan tepat sasaran, dengan 7,7. Selain itu, Munchen paling banyak menciptakan peluang besar dengan 95 kali. Apalagi? Soal gol per laga, Die Roten jelas yang tertinggi, yakni 2,8. The Bavarians juga menjadi tim kedua dengan jumlah kebobolan tersedikit setelah Bayer Leverkusen, yakni 25 gol.
Kendati jumlah kebobolan Bayer Leverkusen lebih sedikit, tapi Bayern Munchen lebih baik dalam bertahan. Hal itu terbukti dengan nilai pengharapan kebobolan Munchen hanya 1,07, lebih kecil dari Leverkusen (1,08).
Harry Kane reached 25 Bundesliga goals in 22 games, the fewest EVER amount of games needed for a player to reach this milestone!#Kane #BayernMunich #Bayern #Munich #FCB #BL #Bundesliga #365Scores pic.twitter.com/xI5Ajf2jyF
— 365Scores (@365Scores) February 19, 2024
Lalu, Apa yang Buruk?
Melihat statistik tadi, kelihatannya tak ada yang buruk dari Bayern Munchen. Tapi jika mengurainya lebih dalam, terdapat banyak kelemahan tersembunyi. Misalnya soal kebobolan. Menurut FotMob, rata-rata kebobolan Munchen per laga menyentuh 1,1. Itu lebih tinggi dari nilai pengharapan kebobolannya.
Para pemain belakang sudah mulai menurun. Dayot Upamecano, Matthijs de Ligt, hingga Kim Min-Jae seolah kehilangan kemampuannya. Dayot, misalnya. Pemain ini malah rutin melakukan pelanggaran. Saat dikalahkan Bochum, Dayot bahkan dikartu merah. De Ligt tak kalah buruk. Ia sudah terkena empat kartu kuning di Bundesliga musim ini.
Wednesday: sent off vs. Lazio
— B/R Football (@brfootball) February 18, 2024
Sunday: sent off vs. Bochum
Not Dayot Upamecano’s week 🫠 pic.twitter.com/gcda6PjDDH
Min-jae? Ia sudah tiga kali kartu kuning. Ketiga pemain tadi juga tidak cukup baik dalam bertahan. Namun, permasalahan bukan hanya soal bertahan. Perkara menyerang pun sebetulnya tak sebagus apa yang ada di permukaan. Kane itu mesin gol, tapi juga penyakit.
Bayern Munchen butuh striker, tapi Kane justru diberi tugas tambahan untuk turun ke belakang oleh Tuchel. Dengan begitu posisi Kane malah tumpang tindih dengan Thomas Muller.
Betul bahwa Munchen adalah tim yang paling banyak menciptakan peluang besar, tapi mereka pula yang paling sering membuangnya. Tengok saja, big chance missed-nya, menurut FotMob 56 kali.
Kane memang top skor dengan 25 gol, tapi nilai pengharapan golnya menurut FotMob cuma 19,79. Artinya, Kane tidak sering berada dalam situasi tepat untuk mencetak gol atau ia kerap bergerak ke belakang. Ironisnya, gol yang dicetak Kane bahkan tak sampai sepertiga dari 93 tembakan yang dilepasnya.
Since Harry Kane joined Bayern Munich:
— george (@StokeyyG2) February 18, 2024
• Knocked out of DFB-Pokal Cup (2nd Round)
• Lost the Super Cup final to Leipzig
• 1-0 down in the UCL RO16 first leg
• 8 points behind league leaders Leverkusen
He is CURSED… pic.twitter.com/4WzmItPH24
Tuchel Kehilangan Ruang Ganti
Saat dimamah tim kecil seperti Bochum, tampak jelas Munchen kehilangan semangat dan harmonisasi tim. Hal itu tak lebih merupakan imbas dari keras kepalanya Thomas Tuchel. Sang pelatih beberapa kali mendamprat pemain penting dari skuad. Dua di antaranya Kimmich dan Goretzka.
Kimmich kecewa karena Tuchel berkali-kali tak punya gelandang nomor enam. Padahal ialah salah satu yang terbaik di Jerman. De Ligt juga menaruh amarah pada Tuchel karena jarang dimainkan. Bek Belanda itu kalah saing dari Kim Min-Jae, dan Tuchel malah menurunkan pemain pesakitan seperti Upamecano.
🚨🚨🎙️| Thomas Tuchel on Matthijs de Ligt being unhappy:
— CentreGoals. (@centregoals) February 18, 2024
“We have 4 centre-backs and they compete for spots. We'll decide for those who are in best form.”
“At Bayern, you simply fight for your spot. It's very normal situation. Unfortunately, what should be normal is not normal… pic.twitter.com/iGuos9bqOA
Kehadiran Eric Dier bahkan Sacha Boey membuat De Ligt kian ditepikan. Isunya ia sudah muak dan bakal hengkang akhir musim nanti. Tuchel juga gagal menangani pemain yang sudah menurun seperti Muller.
Di lapangan, ia memang beberapa kali mencoba bermain empat bek, tapi ketika keras kepalanya kambuh, Tuchel kembali memainkan skema tiga bek, tak peduli pemainnya siap atau tidak. Pernah itu dijalankan ketika menghadapi Leverkusen. Tuchel juga gagal menyusun ulang skuad di tengah badai cedera pemain penting seperti Kingsley Coman dan Serge Gnabry.
🚨 – JUST IN: Chances are 60:40 that Thomas Tuchel will get sacked after today‘s game.
— bayerncentre (@bayerncentre) February 18, 2024
➡️[@inside_ffm] pic.twitter.com/foUGz6NvB0
Di tengah ketidakpastian, ancaman pemecatan menghampiri Thomas Tuchel. Namun, masih beruntung usai kalah dari Bochum ia tak langsung dipecat. CEO Bayern Munchen, Jan-Christian Dreesen seperti dilansir The Athletic mengatakan, Tuchel akan tetap memimpin tim setidaknya sampai melawan Leipzig.
Kendati begitu, besar kemungkinan Bayern Munchen masih memberi kesempatan pada Thomas Tuchel. Minimal sampai akhir musim, sembari mencari sosok yang tepat untuk menggantikannya.
Sumber: BFW, BeinSports, TheAthletic, BayernStrikes, AS, BFW, Sportsnet, FotMob, FootyStats