Mengapa Banyak Pemain Hebat Inggris Berasal dari West Ham United?

spot_img

Sepak bola Inggris masih memiliki satu mitos yang belum terpecahkan hingga saat ini. Konon Inggris bisa berprestasi apabila mereka dikapteni oleh pemain West Ham United. Mitos tersebut datang karena satu-satunya kapten yang mampu mengangkat trofi untuk Tiga Singa adalah pemain West Ham, Sir Bobby Moore.

West Ham memang dikenal sebagai klub penghasil pemain-pemain top di Inggris. Apabila sepak bola punya pabrik, maka mereka adalah pabriknya sepak bola. Sampai-sampai nama lain yang bersinonim dengan West Ham United adalah The Academy of Football. Lantas, dari mana semua itu bermula?

 

Sebuah Kafe yang Mengubah Sepak Bola Inggris

Revolusi sepak bola West Ham United dimulai sejak dekade 1950-an. Kala itu, mantan pemain sekaligus warga lokal, Ted Fenton, masih menangani The Hammers. Sang juru taktik adalah pengorbit nama-nama tenar seperti Bobby Moore, duo pencetak gol di Final Piala Dunia 1996: Geoff Hurst dan Martin Peters, hingga pelatih kenamaan Harry Redknapp.

Namun, ada otak yang paling bertanggung jawab dari revolusi Ted Fenton, dan orang itu adalah Malcolm Allison. Dikutip dari situs resmi West Ham, pemuda tersebut didatangkan Fenton dari Charlton Athletic pada tahun 1951. Kelak, Malcolm Allison juga akan menjadi pelatih yang akan memberi Manchester City hingga Sporting Lisbon trofi.

Pemuda 23 tahun tersebut lambat laun menyikat ban kapten The Hammers. Allison langsung menohok tim Fenton dengan menganggap bahwa The Hammers kebanyakan membuang waktu dengan latihan yang longgar, dan dipenuhi dengan pemandangan para pemain yang curi-curi untuk merokok di sekitar semak-semak.

Allison yang kagum dengan sistem latihan yang dilihatnya di Vienna, Austria, berinisiatif untuk mengajak para pemain dan pelatih berdiskusi di sebuah kafe dekat, Boleyn Ground, markas lama The Hammers, bernama Cassettari Cafe. Kegiatan tersebut diadakan setelah sesi latihan di lapangan.

“Kita adalah para revolusioner sepak bola,” ujar Allison sambil mengarahkan garpu kepada para rekan-rekannya, dikutip dari Four Four Two. Di antara para pemain tersebut ada nama-nama seperti Dave Sexton, Frank O’Farrell, dan John Bond. Mereka adalah para pelatih yang akan menghiasi sepak bola Inggris hingga awal dekade 1980-an. 

Dari obrolan-obrolan di warung kopi inilah sepak bola Inggris yang kala itu Allison anggap sebagai sebuah kejumudan dan terjebak di zaman kegelapan, berubah untuk selamanya. Terlebih kekalahan Inggris 6-3 atas Hungaria di kandang semakin meyakinkan Allison bahwa sepak bola negaranya memang tertinggal jauh dari Eropa daratan.

Setelah mengikuti kursus kepelatihan, Allison yang kala itu masih menjadi kapten, langsung mengubah botol garam, botol saus, cangkir teh, dan apapun yang tersedia di meja kafe menjadi sebuah tactical board. Kejeniusan taktikal Malcolm Allison dan kecanggihan Ted Fenton meramu pemain inilah yang kelak akan melahirkan apa yang disebut sebagai The West Ham Way.

Pemain The Hammers mulai berlatih untuk melakukan umpan satu-dua dalam sebuah segitiga pemain. Jauh sebelum Barcelona mujur dengan tiki-taka-nya. Selayaknya sepak bola Inggris yang memang keras, kecepatan dan pergerakan pemain adalah aspek yang tak kalah menonjol.

Revolusi taktikal dan metode kepelatihan yang unik tersebut akhirnya sedikit demi sedikit mulai terlihat. West Ham mulai naik dari jurang Division Two dan mulai diperhitungkan. Kelak revolusi tersebut juga yang akan membuat West Ham mulai mengisi lemarinya dengan trofi. Bahkan tak hanya West Ham, namun juga Tim Tiga Singa.

 

Para Pemain Top Didikan West Ham United

Moncernya West Ham menghasilkan talenta-talenta kelas atas di Inggris membuat mereka memiliki julukan istimewa. The Academy of Football adalah nama yang bersinonim dengan West Ham United. Generasi paling awal dari The Academy of Football adalah Sir Bobby Moore, manusia paling spesial dalam sejarah sepak bola Tiga Singa.

Namanya kalah dari Sir Bobby Charlton atau sekadar Jack Charlton. Wajar, pamor West Ham United memang tak ada apa-apanya dibanding United lain yang ada di Manchester. Namun, legasinya untuk Inggris adalah yang terbaik. Sampai-sampai Pele mengidolakannya dan menganggapnya sebagai bek terkokoh yang pernah ia lawan.

Tak hanya itu, pada generasi awal tersebut juga ada nama Geoff Hurst dan Martin Peters. Geoff Hurst adalah pencetak hattrick dan Martin Peters menggenapinya sehingga Jerman Barat takluk 4-2 atas Inggris di final Piala Dunia 1966. Martin Peters sendiri kelak akan menjadi pemain yang membawa Tottenham Hotspur merasakan nikmatnya kejayaan di awal periode 1970-an.

Kemudian pada tahun 1970-an ada Frank Richard George Lampard alias ayah Frank Lampard alias Lampard versi original. Kelak, anaknya yang memiliki nama resmi Frank James Lampard Junior atau Frank Lampard yang banyak orang kenal memang juga akan bermain untuk The Hammers. Menurut situs resmi The Hammers, ayah Frank Lampard tersebut adalah pemegang caps terbanyak kedua untuk West Ham dengan 670 laga.

Di tahun 1980-an hingga era terakhir Football League ada nama Paul Ince. Pemain yang berhasil membantu Sir Alex Ferguson untuk mulai memahat kursi kejayaannya di Inggris. Saking berharganya Paul Ince di hati fans Manchester United, warga lokal London tersebut sampai dijuluki The Guv’nor alias Pak Gubernur.

Sementara di era Premier League, jangan ditanya. West Ham adalah tulang punggung dari sengitnya Premier League sebelum Manchester City dengan uang minyaknya merusak dominasi kekuatan tradisional. Seperti yang sudah disebutkan, ada Frank Lampard, Rio Ferdinand, Joe Cole, Glen Johnson, hingga pemain tengah yang selamanya dirindukan Setan Merah, Michael Carrick adalah anak-anak lulusan The Academy of Football.

Semua orang tadi adalah hasil dari tangan dingin bapak-bapak bernama Tony Carr. Dirinya adalah pengurus akademi West Ham sejak tahun 1973. Dikutip dari situs resmi West Ham, pada tahun 2010, Tony Carr mendapatkan gelar OBE dari Kerajaan Inggris karena jasanya di dunia sepak bola.

Pada tahun 2009, diadakan laga testimonial untuk Tony Carr yang dihadiri oleh pemain-pemain top yang pernah dipolesnya. Laga yang kala itu dilaksanakan di Boleyn Ground tersebut juga mengonfirmasi rumor soal status John Terry. Kedatangan mantan kapten Chelsea tersebut adalah jawaban bahwa dirinya memang pernah mengenyam pendidikan di West Ham sebelum akhirnya pindah ke barat bersama akademi The Blues.

Di akhir-akhir masa jabatannya bersama West Ham, Tony Carr masih menghasilkan beberapa nama, antara lain Anton Ferdinand, Mark Noble, Jack Collison, hingga James Tomkins. 

 

Tradisi yang Mulai Terkikis oleh Bisnis

Dewasa ini, lulusan The Academy of Football yang bisa melenting tinggi hanyalah Declan Rice. Ini menunjukkan adanya kemunduran dari tempat yang dulunya dikenal sebagai pabriknya para pemain top.

Menurut penulis buku Goodbye to Boleyn, Pete May, kemunduran anak-anak akademi ini disebabkan oleh ulah Sam Allardyce. Menurutnya, Big Sam tak melanjutkan tradisi mengorbitkan pemain-pemain asli akademi untuk diberi kesempatan merumput bersama tim utama. 

“Terjadi kemunduran terkait promosi pemain muda selama 4 tahun di bawah Sam Allardyce. Menurutku, dia berpikir bahwa terlalu sering menurunkan pemain muda akan beresiko besar terkait bisnis, dia memang dikenal sebagai seorang pragmatis, minimnya pemain muda jelas mengganggu banyak fans,” ujarnya via These Football Times

Setelah masa Big Sam, ada Slaven Bilic. Mantan pemain The Hammers tersebut sebenarnya mengorbitkan beberapa pemain seperti Reece Oxford, Josh Cullen, dan yang paling prospek, Toni Martinez. Namun, semuanya malah dijual.

Termasuk juga Declan Rice, pemain yang mendapatkan debut di bawah Slaven Bilic. Kala itu, Rice diturunkan sebagai pengganti saat West Ham menang 2-1 di kandang Burnley pada 21 Mei 2017. Meskipun, penjualan Rice sebenarnya tidak sama seperti nama-nama yang disebutkan sebelumnya. Sebab, Rice sudah terlebih dahulu merasakan bermain reguler untuk The Hammers, bahkan memberi sebuah trofi.

Sang pemilik, yang masuk ke West Ham dalam jangka waktu yang berdekatan dengan Big Sam, yakni David Gold dan David Sullivan, memang lebih mementingkan bisnis. Jadi, kebijakan semacam itulah yang sejauh ini dipakai oleh West Ham. Semoga di masa yang akan datang masih banyak pemain top lain yang bisa diorbitkan oleh The Hammers. Come on you, Irons!

 

Sumber: West Ham United, Four Four Two, dan These Football Times

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru