Melihat perkembangan sepakbola tetangga, kita dipaksa berdiri di antara kekaguman dan sebuah ironi. Yang terbaru, ada kontroversi yang muncul dari Negeri Jiran. Malaysia dituduh mengakali FIFA demi mendapatkan pemain naturalisasi baru untuk dimainkan di Kualifikasi Piala Asia 2027.
Pasca membantai Vietnam dengan 4-0, kecurigaan pun lahir. Dunia maya langsung dibanjiri dengan berita bahwa Timnas Malaysia berpotensi menerima sanksi dari FIFA dan AFC. Sebab, federasi sepakbola Malaysia kabarnya sudah terbukti menyalahi aturan naturalisasi pemain. Tapi, bagian mana yang salah?
Wong pemain-pemain yang didatangkan sudah dimainkan. Malaysia juga mengklaim bahwa FIFA sudah merestui. Nah, ini yang akan kita bahas. Benarkah federasi sepakbola Malaysia menyalahi regulasi FIFA? Atau berita ini hanya bumbu-bumbu micin untuk menjatuhkan Malaysia yang sedang berusaha bangkit?
Daftar Isi
Tiba-Tiba Nambah Pemain
Polemik naturalisasi ini berawal dari kemunculan muka-muka baru di skuad Harimau Malaya yang tampil di Kualifikasi Piala Asia 2027 awal Juni kemarin. Dilansir CNN Indonesia, setidaknya ada tujuh pemain baru yang menjadi modal Malaysia untuk menghadapi Vietnam pada tanggal 10 Juni kemarin.
Malaysia mengaku mayoritas pemain-pemain anyar tersebut memiliki darah keturunan. Proyek dan ide ini sama persis seperti yang dilakukan oleh Indonesia. Malaysia memilih langkah melakukan alih warga negara guna mendorong prestasi sepakbola di kancah internasional. Target Malaysia memang tinggi, mereka ingin lolos ke Piala Asia 2027 dengan rekor sempurna, yakni menyapu bersih laga kualifikasi.
Menariknya, pemain-pemain yang dipanggil tidak hanya berasal dari satu negara saja. Mereka cukup beragam. Ada yang dari Amerika Selatan dan ada juga yang berasal dari Eropa. Ketujuh pemain tersebut antara lain Gabriel Palmero, Facundo Garces, Jon Irazabal, Hector Hevel, Joao Figueiredo, Rodrigo Holgado, dan Imanol Machuca.
Dari tujuh, yang bener-bener baru cuma Garces, Irazabal, Figueiredo, Holgado, dan Machuca. Sementara Hevel dan Palmero sudah menjalani debut. Hevel bahkan mencetak gol dalam kemenangan anak asuh Peter Cklamovski atas Nepal dalam kualifikasi Piala Asia 2027 yang berlangsung akhir Maret lalu.
Gonjang-Ganjing
Laga melawan Vietnam pun berlangsung di luar prediksi. Skuad asuhan Kim Sang-sik dibabat habis oleh Harimau Malaya. Skor 4-0 tersaji di akhir laga. Situasi ini jelas membuat publik Vietnam geram. Mereka mulai mencari kambing hitam dari kekalahan ini. Salah satu yang buka suara adalah pakar sepakbola Vietnam, Nguyen Quang Huy.
Meski tidak memiliki latar belakang sebagai pesepakbola profesional, Quang Huy dikenal sebagai pengamat sepakbola di Vietnam yang kerap diwawancara atau mengisi kolom opini di berbagai media olahraga Vietnam. Dia kerap memberi analisis tajam mengenai strategi tim nasional regional, seperti Indonesia dan Malaysia.
Nguyen Quang Huy menyatakan ada banyak kejanggalan di balik kehebatan Malaysia yang mampu membuat Vietnam bertekuk lutut. Dengan berani, Quang Huy mengatakan kalau sejumlah pemain yang baru dinaturalisasi tidak memiliki garis keturunan Malaysia yang jelas. Dirinya juga curiga kalau Malaysia menggunakan dokumen palsu untuk memenuhi syarat FIFA.
Beberapa media Vietnam juga curiga karena proses naturalisasi dari lima pemain terbaru Malaysia dilakukan begitu cepat. Bahkan, hanya hitungan bulan saja. Dari sini, curiganya jadi double. Pertama, pemain-pemain yang direkrut diragukan status keturunannya. Udah garis keturunannya nggak jelas, prosesnya cepat pula. Publik Vietnam pun langsung termakan dengan bola liar yang dilempar Quang Huy ini.
Tuduhan
Memangnya, apa yang membuat publik Vietnam ragu dengan status pemain baru Harimau Malaya? Berbagai media Vietnam, bahkan Indonesia melaporkan bahwa naturalisasi ini dicurigai telah menyalahi FIFA Article 7. Sebab, para pemain diduga tidak memenuhi syarat, baik soal keturunan atau residensi selama 5 tahun.
Kecurigaan ini tentu bukan tanpa alasan. Karena pemain-pemain yang didatangkan Malaysia kebanyakan dari Amerika Latin. Faktanya, Malaysia tidak memiliki hubungan historis yang kuat atau signifikan dengan negara-negara Amerika Latin seperti Brasil, Argentina, Chile, dan sebagainya.
Hubungan yang ada lebih bersifat diplomatik modern, ekonomi, dan kerja sama multilateral, bukan sejarah panjang yang terbentuk sejak era kolonial atau migrasi massal. Beda dengan Indonesia yang memang punya hubungan historis erat dengan Belanda dan Jepang. Karena Indonesia merupakan bekas jajahan kedua negara tersebut.
Dengan begini, berarti Malaysia nggak pernah dijajah dong? Bukan begitu ya adik-adik ter kedik-kedik. Malaysia pernah dijajah juga. Tapi oleh negara-negara macam Inggris dan Portugis. Itu pun tidak dalam waktu yang lama seperti Indonesia.
Garces dan kolega juga tidak memenuhi syarat yang kedua, yakni tinggal dan berkarir di Malaysia selama lima tahun berturut-turut. Gimana mau memenuhi syarat? Wong mereka masih berkarir di Eropa. Misalnya aja Jon Irazabal. Doi sebelumnya berkarir di Spanyol dan Azerbaijan. Baru musim depan gabung JDT. Garces makin jauh malah. Doi dari kecil berkarir di Argentina. Sekarang main buat tim La Liga, Alaves.
Tuntutan Publik Vietnam
Publik Vietnam pun meminta agar FIFA tidak menutup mata tentang isu ini. Dikutip dari Superball, Quang Huy bahkan berani menyebut kalau ada indikasi pemalsuan dokumen, seperti identitas orang tua dan bukti garis keturunan dalam proses ini, sehingga FIFA bisa saja menjadi korban manipulasi data.
Pakar sepakbola asal Vietnam ini juga menilai bahwa Malaysia mencoba memanfaatkan celah dalam regulasi FIFA demi memperkuat skuad mereka secara instan. Menurutnya, jika benar terbukti ada pelanggaran administratif atau manipulasi data, Malaysia berpotensi dikenai sanksi berat.
Lantas, apa sanksi yang bisa didapat oleh Malaysia? Menurut peraturan FIFA, salah satunya adalah pembatalan hasil pertandingan. Jika dugaan ini terbukti benar, maka FIFA akan membatalkan seluruh pertandingan Timnas Malaysia yang menggunakan pemain-pemain ilegal. Dalam hal ini, berarti seluruh laga yang sudah dimainkan di Kualifikasi Piala Asia 2027 bisa dianggap tidak sah, termasuk kemenangan 4-0 atas Vietnam.
Jika pemain-pemain yang digunakan terbukti ilegal, maka kemenangan itu dibatalkan. Vietnam akan dianggap menang WO dengan skor 3-0. Selain itu, Malaysia juga bisa dijatuhi denda yang tidak sedikit. Menurut Republika, denda yang diterima mencapai 2 juta dolar Amerika atau sekitar Rp30 miliar.
Ini pernah terjadi di Ekuador. Saat itu, nama Byron Castillo mencuat setelah keberhasilan Timnas Ekuador lolos ke Piala Dunia 2022. Castillo diduga merupakan pemain kelahiran Kolombia yang menggunakan paspor dan akte kelahiran palsu untuk bisa membela Ekuador. Meski pada akhirnya Ekuador tidak dicoret dari Piala Dunia, denda 100 ribu euro dan pengurangan 3 poin di Kualifikasi Piala Dunia 2026 tetap diterapkan.
Potensi Dibekukan
Tapi, sanksi itu belum seberapa. Sebab, ada sanksi yang lebih berat telah menanti Timnas Malaysia. FIFA bisa membatasi atau melarang negara tersebut menaturalisasi pemain asing jika terbukti terjadi pelanggaran sistematis terhadap regulasi. Biasanya sih durasinya mencapai lima tahun atau lebih tergantung seberat apa pelanggarannya.
Yang mungkin akan sangat berpengaruh pada dinamika sepakbola Malaysia adalah sanksi terkait dicoret dari Kualifikasi Piala Asia 2027 dan pemecatan serta pembekuan beberapa pejabat sepakbola Malaysia yang berhubungan langsung dengan proses naturalisasi pemain. Presiden FAM Datuk Joehari Ayub bisa diberhentikan secara tidak hormat dan dilarang terlibat dalam segala urusan sepakbola dalam waktu tertentu berkat kasus ini.
Pembelaan dari FAM
Setelah mendapat tuduhan demikian, federasi sepakbola Malaysia pun tak tinggal diam. Mereka melawan dengan menyampaikan pesan yang dingin namun tidak kejam. Dikutip dari media asal Malaysia, New Straits Times, Presiden FAM Datuk Mohd Joehari Ayub menegaskan Malaysia sudah melakukan naturalisasi sesuai prosedur FIFA.
“Kami memiliki pemain keturunan yang sudah dicek FIFA. Semua sudah diverifikasi secara menyeluruh dan sesuai dengan instruksi FIFA,” jelas Joehari dalam Kongres FAM. Ayub juga dengan tegas meminta pada seluruh awak media untuk tenang dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan atas dugaan pemalsuan dokumen naturalisasi.
Salah satu media sepakbola Asia, yakni Seasia pun telah mengkaji lebih dalam soal berita-berita yang muncul ke permukaan. Hasilnya? Tidak ada pernyataan dari FIFA yang mengkonfirmasi adanya sanksi tersebut. Makanya, Malaysia adem ayem aja sampe sekarang. Kayaknya ini akal-akalan Vietnam aja nih biar dapet poin gratisan di Kualifikasi Piala Asia 2027.
Sumber: Superball, CNN Indonesia, NST, Seasia