Lagu “O Tuan” milik Feast adalah lagu yang membawa pesan tentang refleksi kematian, waktu, dan ketakutan manusia akan kehilangan. Liriknya pun dalam dan alunan lagunya begitu dramatis. Lagu ini barangkali jadi lagu yang tepat untuk mengiringi fans Liverpool di hari Jumat yang sayu ini.
Fans Liverpool tenggelam dalam duka yang dalam setelah kehilangan salah satu gladiatornya, Diogo Jota. Ada kecewa yang menggumpal, karena ia pergi di saat banyak dari fans masih ingin menyanyikan namanya dengan lantang. Ada rasa hampa yang menggantung, karena tak ada lagi selebrasi khasnya di Anfield musim depan.
Memang, tak ada yang pernah siap dengan sebuah kehilangan. Namun, kehilangan sosok yang sangat mudah untuk dicintai sepertinya adalah luka yang sulit digambarkan. Apalagi, 2025 seharusnya jadi bab paling indah dalam hidupnya. Ia baru saja menempuh hidup baru bersama wanita yang paling ia cintai. Namun, Tuhan ternyata punya rencana lain. Dan berikut adalah kolase kehidupan yang tak terprediksi dari Diogo Jota.
Daftar Isi
Kronologi Kecelakaan
Spanyol jadi saksi terakhir Diogo Jota. Di sebuah jalan tol yang sepi di Zamora, suara deru mesin Lamborghini Urus memecah kesunyian. Di balik kemudi, ada Diogo Jota duduk bersama sang adik, André Silva. Mereka sedang menempuh perjalanan jauh dari Porto menuju Santander, karena hendak menyebrang ke Inggris.
Perjalanan darat dipilih karena sebuah alasan medis. Ternyata, Diogo Jota baru saja menjalani operasi paru-paru. Ia belum mendapatkan izin dari dokternya untuk menaiki pesawat, pasca tindakan medis tersebut. Namun tak disangka, itu jadi perjalanan terakhir Jota.
Di satu tikungan maut di kilometer 65 jalan tol A-52, sesuatu yang mengerikan pun terjadi. Ban mobil yang ditumpangi Jota pecah. Kondisi itu membuat kendaraan mewah itu oleng dan kehilangan kendali. Dalam hitungan detik, mobil Lamborghini itu pun keluar jalur, menghantam pembatas jalan. Dan disusul dengan sebuah ledakan. Api menjalar cepat, seperti tak memberi kesempatan siapa pun untuk selamat.
Petugas medis yang datang pun hanya bisa berdiri terpaku di depan bangkai mobil yang nyaris tak bisa dikenali. Tak ada denyut, tak ada suara. Dunia pun segera tahu, bahwa dua pesepakbola berbakat, yakni Diogo Jota dan adiknya Andre Silva telah tiada. Bukan cuma fans Liverpool saja yang hatinya teriris. Ini jadi kehilangan bagi seluruh pecinta sepakbola.
Mengantarkan Liverpool ke Final Carabao
Tangisan semakin kencang ketika mengingat bagaimana perjalanan Diogo Jota di musim 2024/25. Musim ini seharusnya jadi salah satu yang terbaik baginya. Bersama pelatih anyar, Jota memang tetap tak menjadi pemeran utama di Anfield. Arne Slot masih mengandalkan Luis Diaz atau Cody Gakpo di lini depan.
Namun, perannya sama sekali tak bisa diabaikan. Ia bukan tipe pemain yang butuh sorotan terang untuk menarik perhatian. Justru di saat Liverpool membutuhkan penyelamat, Jota muncul dari balik bangku cadangan, seperti hantu yang tak terduga, namun tetap mematikan. Perjalanan Liverpool di Carabao Cup jadi salah satu buktinya.
Dalam laga-laga yang kerap dianggap remeh oleh banyak klub, Jota menunjukkan bahwa semangatnya tak pernah setengah-setengah. Ia mencetak dua gol krusial di babak ketiga saat menghadapi West Ham. Gol yang mengubah jalannya pertandingan saat Anfield hampir kehabisan harapan.
Setelah itu, ia selalu bermain dengan jiwa, bukan hanya taktik. Setiap sentuhan bolanya membawa arti. Setiap pergerakannya membawa keyakinan. Diogo Jota tak sekadar membantu Liverpool melaju ke final Carabao Cup. Ia menyeret tim ini ke sana dengan semangatnya. Sayang, di partai puncak hasil tak berpihak pada Liverpool. Mereka kalah 1-2 dari Newcastle United.
Juara Premier League
Namun Diogo Jota menebusnya dengan mengantarkan Liverpool juara Premier League. Masih dengan peran yang sama, Jota selalu ada jika Arne Slot hilang arah. Banyak yang mulai lupa dia pernah jadi predator kotak penalti yang ditakuti. Tapi Jota bukan tipe yang ngambek. Dia diam dan terus berlatih.
Nggak banyak cincong di media sosial. Ia terus menunggu kesempatan yang datang secara perlahan. Saat jadwal mulai padat, pemain lain mulai ngos-ngosan, Jota masuk dan langsung ngasih impact. Bukan cuma gol, tapi juga tenaga dan semangat. Di laga-laga sulit yang butuh penyelesaian dingin, Jota hadir kayak pahlawan tanpa celana dalam yang tampak dari luar.
Dari 26 pertandingan yang dimainkan, pemain asli Portugal itu mengemas enam gol dan empat assist di Premier League musim 2024/25. Statistiknya mungkin nggak segila top skor liga. Tapi tiap poin penting yang bikin Liverpool akhirnya jadi juara Premier League, ada jejak kakinya di sana.
Pemain bernomor punggung 20 itu memberikan gelar Premier League ke-20 untuk seluruh warga Anfield. Jota nggak pernah main demi sebuah pujian. Dia main buat lambang di dada. Dan di musim yang dipenuhi sorotan ke pemain lain, seperti Mo Salah dan Dominik Szoboszlai, Jota tetap layak disebut pahlawan.
Nations League Kedua
Raihan trofi Diogo Jota tak berhenti di situ. Trofi yang lebih bermakna diraihnya bersama Portugal, tanah kelahirannya. Beberapa pekan setelah arak-arakan juara di Liverpool, Jota kembali ke Portugal untuk mengenakan jersey merah yang lain. Ia jadi bagian dari skuad Roberto Martinez yang mentas di Nations League 2025.
Di Tahun 2025, Portugal sudah melenggang ke perempat final. Denmark jadi lawan Cristiano Ronaldo cs kala itu. Jota menonton dari bangku cadangan saat bertandang ke markas Tim Dinamit. Namun, di leg kedua, Jota jadi salah satu pemain paling bersinar di lapangan. Ketika laga berakhir dengan agregat 3-3 dan harus berlanjut ke babak extra time, Jota mengambil peran.
Jota membuktikan bahwa ia bukan hanya pelengkap di skuad. Masuk di menit 62 menggantikan Rafael Leao, ia mencetak satu assist penting untuk golnya Goncalo Ramos menit 115. Itu jadi gol yang mengunci kemenangan Portugal di babak perempat final. Di semifinal, peran Jota lebih sedikit. Ia hanya ditugaskan untuk menjaga keunggulan saat menghadapi Jerman di Allianz Arena.
Di final melawan Spanyol, Jota kembali masuk di saat-saat penting. Ia masuk di babak tambahan selama pertandingan ketat 2‑2. Jota memang tak mencetak gol atau assist. Tapi ia membantu menjaga ritme dan mental tim menjelang adu penalti. Di sinilah dramanya, Portugal akhirnya memenangkan adu penalti 5-3. Jota meraih gelar Nations League keduanya.
Janji Suci
Trofi di klub sudah, trofi di tim nasional sudah. Kali ini, Jota mengejar love of my life-nya. Pada 22 Juni 2025, selepas merayakan gelar juara bersama Portugal, Diogo Jota akhirnya menikahi cinta masa kecilnya, Rute Cardoso. Pernikahan dilangsungkan di Porto, kota tempat mereka tumbuh bersama.
Momen itu jadi momen puncak kebahagiaan Diogo Jota tahun ini. Di tengah suasana haru dan sakral, Rute menuliskan di Instagram, “22 Juni 2025. Ya, untuk selamanya,”. Lalu Jota membalas, “Hari yang gak akan pernah kami lupakan,” bahkan menambahkan komentar manis, “Akulah yang paling beruntung memilikimu.” Sarungan cinta yang menggetarkan hati, semakin lengkap dengan kehadiran ketiga buah hati mereka.
Pribadi yang Mudah Dicintai
Nahas, belum genap dua minggu menikah, Diogo Jota mengalami kecelakaan tragis di Spanyol. Duka mendalam datang menyusul kepergian Jota, terutama bagi Rute. Wanita yang baru saja menjalani masa-masa paling indah dalam hidupnya. Kabar ini dengan cepat menyebar. Semua terkejut seakan tak percaya.
Seluruh memori baik tentang Jota pun langsung memenuhi jagad media sosial. Orang-orang terdekat dan rekan satu tim ramai-ramai mengirimkan doa untuk pemain yang murah senyum itu. Mungkin dia bukan ikon di Liverpool, tapi tetap jadi salah satu penyerang paling berbakat yang pernah berseragam merah.
Gairah Jota terhadap sepakbola pun tak mengenal batas. Jota dikenal sebagai pemain yang senang menebar kebahagiaan dan cinta. Ia tak sungkan untuk berinteraksi dan berkawan karib dengan para fans.
Seluruh masyarakat Liverpool pun mengibarkan bendera setengah tiang. Liverpool memang mengakhiri musim 2024/25 dengan meraih gelar Premier League ke-20. Namun sayang, mereka justru harus kehilangan sang nomor 20. Sebagai tanda penghormatan terakhir, Liverpool pun resmi mengumumkan bahwa pihak klub akan memensiunkan nomor punggung 20 milik Diogo Jota.